Death2 - 13

5.8K 376 17
                                    

"Sayang kamu yakin? Apa tidak apa-apa?"

Athena mengangguk. "Gak papa, Ma. Athena udah tanyain itu kok. Hanya saja harus lebih hati-hati."

Sita tampak menghela nafasnya. "Mama sebenarnya gak mengizinkan kalian pergi. Mama khawatir, Sayang. Tapi Mama gak bisa berbuat apa-apa."

Athena tersenyum lalu menyentuh tamgan Sita. "Mama gak usah khawatir, ada Dean yang jaga Athena kok."

"Tapi dia gak tau, Sayang." ucap Sita.

"Gak tau apa?" tanya Dean yang tiba-tiba saja muncul.

Athena panik, namun sebisa mungkin ia menjaga mimik wajahnya agar terlihat tenang. "Kamu udah pulang." katanya, berbasa-basi.

"Aku gak tau apa, Sayang?" tanya Dean lagi begitu ia duduk disamping Athena.

Athena tersenyum. "Nggak kok. Tadi aku jatuh pas di dapur dan rencananya aku gak akan bilang kamu." ujarnya lalu Athena menggaruk pipinya yang tidak gatal. Merasa kikuk dan tidak enak karena telah berbohong.

Ya, itu bohong. Hanya sebuah alasan.

"Astaga, Athena! Kamu jatuh dan kamu gak kasih tau aku?!" tanya Dean heboh. Terlihat jelas bahwa pria itu khawatir.

"Aku gak papa kok. Tanya aja sama Mama. Ya kan, Ma? Aku gak luka atau semacamnya kan?"

Sita mengangguk. "Iya, Dean. Mama sudah memastikan itu. Mama juga sudah panggil Dokter Vera. Athena gak papa kok."

Dean meraih tubuh Athena lalu memeluknya. "Tetep aja, Ath, setidaknya kamu harus bilang kalo kamu kenapa-napa, biar aku langsung pulang."

Athena menepuk-nepuk kecil punggung Dean. "Aku gak papa. Aku sehat kok. Cuma kepeleset dikit karena sendalnya licin."

Dean melepaskan pelukannya. "Sendal yang mana?! Biar aku buang sendalnya!"

Athena tergelak, merasa lucu dengan sikap posesif Dean sekarang. "Apaan sih kamu, lebay deh." ucapnya.

"Dean, kamu yakin mau mengunjungi enam negara itu?" tanya Sita.

"Dean ngikut apa kata Athena aja, Ma. Selagi itu bisa bikin Athena bahagia, Dean akan lakuin apapun." ujar pria itu sambil melirik Athena dan tersenyum.

"Sejujurnya Mama agak khawatir sama Athena. Ya, tentang kejadian waktu lalu."

Dean tersenyum. "Mama gak usah khawatir. Dean akan menjaga Athena melebihi apapun."

Mau tidak mau Athena tersenyum. Selalu saja Dean memprioritaskan dirinya dibanding apapun.

"Oh iya Sayang, aku sama Mama sudah urus Visanya. Tadi kita ke kedutaan. Tinggal kamu urus tiket pesawatnya." ujar Athena.

Dean mengernyitkan dahinya. "Untuk apa? Kita bisa pakai jet pribadi untuk kesana. Biar gak repot. Pak Abdi udah urus semuanya."

Athena terkesiap. "Jangan bilang kalo Pak Abdi juga ikut?"

"Pak Herman juga."

Athena memutar bola matanya malas. "Comeone, Dean. Ini traveling kita."

"Apanya yang salah?"

"Aku gak mau. Hanya kita berdua, Dean. Aku dan kamu. Gak ada Pak Abdi, gak ada Pak Herman, gak ada jet pribadi, gak ada pekerjaan. Hanya kita berdua."

"Are you kidding me, Athena?!" Dean terkekeh pelan.

"No!" ucapnya serius.

Sita mengerjapkan matanya menyaksikan perdebatan kedua anaknya. Ingin melerai, pasti tidak akan didengar. Hingga akhirnya, Sita memilih meninggalken mereka sejenak. Memberikan waktu untuk perdebatan suami-istri itu.

Endless FeelingWhere stories live. Discover now