49. Night with Rayyan

13.2K 1.1K 494
                                    


Ini chapter GB yang paling panjang sejauh ini. >6000 kata.

Wattpad ngelarang nulis cerita private. Aku harus membatasi supaya tidak menulis cerita R18+ yang terlalu eksplisit di sini.

Kalau kamu ngikutin cerita-ceritaku yang lama atau pernah baca buku-bukuku yang udah dicetak, aku memang lebih sering nulis R18+ yang eksplisit. Namun, sejujurnya aku lebih suka adegan R18+ yang implisit/yang enggak vulgar. Menurutku yang begitu jauh lebih seksi aja.

Jadi, untuk bab ini aku buat adegannya lebih soft, lambat, dan emosional karena ada sedikit konflik batin di antara mereka. Lagian ini first night mereka. First night selalu canggung, itu pasti. Semoga tetap sedap dinikmati :)




Shouki Al Zaidan punya dua surga di dunia.

Yang pertama adalah rumahnya sendiri, tempat orang tua dan saudara-saudaranya tinggal. Lalu, surga itu beralih ke sepetak mungil kamar kosannya saat ini. Shou tidak mengeluh. Di mana pun ia tinggal, di sanalah surga.

Surga yang kedua adalah apartemen Rayyan Nareswara.

Shou masih suka berdebar setiap kali ia melihat Ra berdiri di depan pintu apartemennya, membuka kunci, masuk ke dalam. Celah lengang pintu meniupkan hawa sejuk udara yang membuat segar pori-pori muka. Ra meletakkan koleksi boneka bebek di samping pintu bersama humidifer dan pengharum udara. Itulah sebabnya udara mewangi sedap surgawi di sini (tentunya yang membuat udara sangat segar, bagi Shou, adalah ketika ia mencium wangi Ra yang berseliweran saat pria itu mempersilakan duduk).

Yang lebih istimewa lagi, Shou tidak datang sendiri ke apartemen pujaannya. Ada Tora dan Aky mengikuti di belakang. Sudah sebulan sejak mereka rutin nge-band di Kukuruyuk Studio bersama Pak Rayyan (ketagihan diajari main musik dan ditraktir makan gratis). Hari ini mereka main ke apartemen Pak Rayyan dalam rangka menjadi tim hore, bantu-bantu Pak Rayyan menyiapkan karya yang akan dikirim ke San Fransisco.

Tora dan Aky membantu Ra membuat modul. Ra minta plastik sampah pembungkus makanan—dari camilan cokelat seperti Beng Beng atau Kit Kat—untuk dikumpulkan dalam satu lembaran, lalu ditekan dengan mesin heat press sampai penyek. Untuk apa lembaran itu, Shou masih belum paham, tetapi ia sangat antusias melihat ide-ide gila Ra.

Ra menyulap apartemennya menjadi workshop sementara. Karyanya membentang sepanjang dinding, selagi ia bekerja melukis dengan berbagai teknik pewarnaan. Ra membuat tiga buah karya untuk ditampilkan di pameran. Konsepnya unik.

"Rwa Bhineda. Saya mengangkat tema dua rupa. Sesuatu yang saling bertentangan. Dunia atas dan dunia bawah. Kanan dan kiri. Asimetris dan simetris. Air dan api. Kayu dan besi. Sesuatu yang duniawi dan sakral. Lukisan saya yang pertama adalah tentang dua kutub yang berbeda, tetapi saling menarik. Manusia terjebak di antara keduanya, takut ingin naik atau turun, tetapi pada akhirnya memilih jalan tengah yang lebih nyaman dan seimbang. Sesungguhnya, segala yang bertentangan sebenarnya diciptakan untuk mencapai keseimbangan."

Tora hanya "Ooh" dan "Ooooooh!" sepanjang mendengarkan penjelasan. Shou yakin Tora masih belum paham apa maksudnya. Ra melukis di atas material resin dengan cat akrilik yang dilapis berulang-ulang hingga menimbulkan efek tiga dimensi. Lukisannya sekilas simpel, berbentuk seperti pusara maut. Namun, apabila ditatap lama-lama seolah-olah kau dapat tersedot ke dalam, memasuki lapis demi lapis balok resinnya. Lukisannya mistis, sebagaimana figur Rayyan Nareswara secara keseluruhan. Mungkin ia menempatkan sebagian ruhnya di sana.

Karya yang kedua berupa instalasi karya seni mixed media dari bahan bekas. Di sinilah modul-modul yang dibuat oleh Tora dan Aky akan dilekatkan. Masih dengan konsep dualitas. Sampah plastik yang berbentuk balok—sesuatu yang manufaktur—dipadu dengan material kayu tua yang sengaja dibiarkan sesuai dengan bentuk aslinya—sesuatu yang alami. Warna hitam di sana dibuat dengan pencampuran larutan grafit yang menciptakan bentuk-bentuk organis.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang