3. R A i s y o

19.5K 2K 541
                                    


Firefly punya desain interior unik. Begitu masuk, pada dinding kirinya tertanam puluhan botol kaca berlampu kerlap-kerlip. Shou sebagai mahasiswa baru Seni Rupa dan Desain tergelitik ingin mengapresiasi. Mengejutkan, mengapa ia tak melihat desain tersebut saat pertama kali memasuki kelab?

Bila sekarang Shou banyak menotis keindahan, pasti karena jatuh cinta kepada perempuan jagung rebus.

Semakin masuk ke dalam, semakin banyak botol-botol kaca. Mereka tidak berlampu, tetapi berisi cairan dan dipajang di belakang meja bar panjang. Shou mengamati wewarna desain botol dan cairannya yang semarak.

Gara-gara jatuh cinta, semuanya jadi terlihat indah.

Di atas panggung bundar, Raisyo sedang bernyanyi lip sync. Shou berucap syukur karena datang tepat waktu.

Raisyo tampil solo. Atasannya bustier hitam ketat berbahan seperti lingerie, pada pundaknya menggantung jaket hitam, dan bawahannya rok mini motif macan yang membelah nakal pada bagian belakang. Rambut panjangnya digelung naik, beberapa helai jatuh ke sisi pundak. Bila Raisyo berputar memunggungi, Shou dapat melihat pundaknya yang tajam, dan leher belakangnya yang melengkung cantik. Ampun. Baru melihat penampakan kulit leher saja, Shou sudah semeriwing.

"All you need is your own imagination, so use it that's what it's for."

Bibir Raisyo berpoles gincu merah muda pucat, mengilat. Lancar ia membuka dan menutup mulut mengikuti lirik lagu. Malam ini lagu disko klasik Vogue oleh Madona, bukan dangdut Jagung Rebus. Namun, ampun lagi, mik naik turun di depan bibir Raisyo itu—masih tampak jagung di mata Shou.

Saat Raisyo berputar mengelilingi tiang, tiba-tiba dia berlutut. Kakinya membuka dan mengatup cepat. Sekelebat lingerie renda penutup selangkangnya terlihat, tampak bersumpal tebal dengan cukup sopan.

Shou menatap lekat-lekat, tanpa napas. Darahnya berdesir turun, dan mengumpulkan sesuatu di dalam celana jeansnya. Tanpa sadar dia maju makin depan, sampai Raisyo menotis presensinya.

Raisyo, sambil mencumbui mik, menyeret lutut ke tepian panggung. Mata perempuan ini persis predator cantik di tengah rumputan gersang. Kilatnya kemerahan. Lapar, ingin menerkam sejumput daging yang kelihatan. Shou rasakan otot-otot di tungkainya ingin bergerak, mengayun bersama lekuk feminin Raisyo. Dibayangkannya predator cantik ini turun, melucuti pakaian sambil menari di atasnya, lapar ingin menelan apa yang ia punya di antara hangat kaki.

Panas. Peluh Shou menuruni pipi, kaus dalamnya lembap. Keadaan Raisyo tak berbeda. Shou hampir menyeringai puas saat melihat Raisyo menyanyi sambil memandang tepat kepadanya, dengan peluh meluncuri lehernya yang jenjang nikmat.

Ketika itu, jarak mereka menipis. Raisyo telah menyeret lutut, berguling dengan cara-cara paling erotis. Ujung rambutnya terkibas di depan wajah Shou. Tinggal sehasta lagi mereka dapat saling bersentuh.

Saatnya mundur.

Shou mundur sebelum benda miliknya tak tahan ingin maju menubruk panggung. Mundur, mundur sekarang.

Raisyo melihat Shou pergi menjauh. Detik itu juga, ia turun dari panggung sebelum lagunya selesai. Raisyo melangkah seperti kutilang paling seksi (supermodel!) kepadanya dan Shou berkedut cepat di bawah. Mata mereka saling hunjam. Ritme napas mereka memburu satu sama lain. Tungkai Raisyo elegan, sedikit tertekuk, lututnya seperti ingin bermanja di antara kaki Shou yang kaku.

Sebelum itu terjadi, Raisyo berbelok arah. Perempuan itu berjalan melewati baik Shou maupun ketegangannya.

Raisyo berkitar di antara meja bar dan berdiri di samping bartender gempal berotot. Dia berbisik supaya bertender tersebut merelakan posnya untuk Raisyo. Shou tak tahu bahwa Raisyo bukan hanya bisa mengocok jagung—atau apalah, tetapi perempuan itu juga pandai membuat minuman.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang