16. Kesempatan dalam Kesempitan

13.8K 1.7K 554
                                    

AN: Jujur aja saya payah urusan bikin cover buku, kepengin suatu hari bisa bikin cover keren kaya author Wattpad lainnya. Jadi seneng banget tetiba dapat kiriman hadiah cover dari pembaca. Thank you so much, dRythem24    !!!

 Thank you so much, dRythem24    !!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Selepas salat subuh, berhati-hati Shou memasukkan tiga kotak hadiah itu ke dalam kantong besar. Motifnya garis-garis hitam merah. Ia ikat dengan rapi lalu menggotongnya ke kampus.

Gedung fakultas seni rupa dan desain bersaput embun di pagi hari. Sunyi. Hanya seorang lelaki tua renta menyapu daunan di depan ruang dosen. Di kanan kirinya berdiri instalasi seni patung separuh jadi. Bila Pak Rayyan berdiri di sana, ia akan menyebutnya karya seni abu-abu. Karya yang tak jelas asal-usulnya, dipresentasikan oleh para kurator dengan penuh tafsir. Apakah patung wajah tanpa hidung tersebut sudah selesai? Apakah kotak yang melayang di udara itu tengah dilempar ke udara atau dalam posisi jatuh ke bumi?

Penuh tanya.

Seperti Pak Rayyan.

Kalau bukan karena Pak Rayyan, Shou pun tak akan melintas di tempat ini. Kalau tak mau dicibir para senior, ia baru boleh berjalan ke sini jika sudah semester dua atau lebih.

Ruang dosen terbuka. Harum cendana dan cat lukis miks media yang kali pertama tercium. Shou tak perlu bertanya di mana Pak Rayyan duduk. Ada meja di sudut dengan tumpukan kertas gambar mahasiswa—dan yang tertumpuk paling atas adalah gambar milik Shou.

Anti berlama-lama, Shou meletakkan kantong hadiah tepat di atas meja itu. Tanpa pesan. Tak perlu. Setelahnya segera ia berbalik lalu kabur secepatnya dari tempat ini—

"Shouki Al Zaidan? Kamu ngapain?"

Pak Rayyan berdiri mencyduk dari belakang.

Shou mematung.

Pak Rayyan menatap lurus kepada Shou. Tatapan matanya tak berubah. Seperti ketika di kelas, atau ketika memutari tiang. Masih bisa membuat Shou cenat-cenut. Dari muka Shou, ekor mata Pak Rayyan menangkap tas besar pada mejanya. Tak perlu membuka tas tersebut, ia pasti tahu apa isinya.

Jeda sebentar, yang hanya diisi suara serokan sampah dedaun di luar ruang dosen.

"Saya cuma taruh barang-barang ini aja, Pak," ujar Shou pelan, membungkuk kecil dan bersiap pergi. "Itu saja, Pak. Permisi."

Pergelangan tangan Shou ditangkap dan ditarik.

Terkesiap, Shou menoleh.

Pak Rayyan meremas lembut tangan Shou. Serius, dia bertanya, "Apa yang kamu taruh di meja saya?"

Shou mengernyit. "Um, hadiah—"

"Maksud kamu?"

"Hadiah, Pak. Ada tiga. Kotak-kotak—"

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang