29. Banci in Denial

12.4K 1.5K 580
                                    

Maaf guys, beberapa bab terakhir ini saya jarang balasin komen dari kalian. Selain karena Wattpad agak lamban dibuka (gak tahu kenapa sejak wattpad error, saya sering loading lama pas buka komen), saya juga milih fokus untuk nulis dan bisa update tepat waktu. 

Makasih banget untuk semua votes dan komen kalian selama ini, benar-benar jadi sumber semangat nulis. Enggak nyangka saya ternyata cerita Gebetanku Banci dan Aku dan Atasanku banyak yang suka. Saya belum pernah dapat votes atau komentar sebanyak itu selama nulis di Wattpad, maklum bukan author populer, dapat pembaca 1000 tuh sudah banyaaak banget buat saya hehehe. Kalau ada waktu lowong pasti saya balesin komen kalian lagi. Thank you for loving my baby RaShouRa! Moga cerita saya bisa terus menghibur.

Selamat menikmati bab 29! Lumayan panjanglah.



"Siap berkencan hari ini? Akang sayang?"

Shou tercengang. "Ra—isyo?"

Anggun, Raisyo memandang. Matanya yang dibingkai bulu mata, mengerling, cling-cling. Diperhatikan lebih lekat, Ra sepertinya berdandan lebih perempuan dari yang biasanya. Parfum yang dikenakannya menyergap Shou dengan harum yang aduhai sekali.

Shou berdesah lega dan melorot di kursinya.

"Kenapa?" Raisyo terkekeh dengan suara lelaki, kemudian berdeham dengan suara perempuan. "Belum pesan makan?" Ia duduk di samping Shou dan meletakkan tangannya di atas punggung tangan Shou.

Shou duduk tegak lagi, dan memonyongkan bibir, cemberut. "Kamu bikin kaget saja. Bilang dong kalau Raisyo yang datang."

Raisyo tiba-tiba memajukan wajah. Jantung Shou berdentum. Kekasihnya seperti ingin menerkam bibirnya barusan.

"Hmm? Maunya yang datang yang macho?" tanya Raisyo.

"Enggak sih," Shou garuk kepala, "Oke, begini lebih baik."

"Ayo kita pesan makan dulu."

Sambil menarik tangan Shou, Raisyo berdiri dan berjalan ke konter makanan. Shou melihat punggungnya yang berbalut blus ketat, ditimpa wig rambut panjang hitam yang menjuntai dan bergoyang saat ia berjalan. Sekekar-kekarnya tubuh Ra sebagai lelaki, ia masih punya pinggang yang cukup ramping karena dibalut korset dan garis punggung yang berlekuk seksi. Um, bagaimana Ra bisa berdandan semenawan ini? Mau perempuan atau lelaki, Shou betul-betul menyukainya.

Shou terdiam sebentar saat ditanya ingin pesan apa dan menjawab sekenanya. Langsung kukuruyuk perutnya melihat daftar makanan. Ugh. Satu porsi saja sudah hampir lima puluh ribu rupiah. Selagi Shou rogoh-rogoh kantong menghitung uang, Ra sudah membayar pesanan.

"Berapa, Ra?" tanya Shou.

"Daddy sudah bayar semuanya," jawab Ra, dengan nada yang rendah. "Baby tinggal duduk manis dan makan kenyang."

"Tapi—"

"Nurut saja, Akang." Raisyo menyeringai dan mencubit pipi Shou gemas. Ujung kukunya yang berhias kuteks warna merah mencakar lembut pipi Shou. "Tunggu makanannya datang."

"Maaf merepotkan—makasih sudah traktir makan."

Raisyo tersenyum, lalu beranjak ke wastafel untuk mencuci tangan. Pengunjung restoran melirik kepadanya penasaran. Dilihat dari wajah mereka, sepertinya sebagian terpesona. Karena Raisyo tinggi sekali, pastilah ia disangka model atau selebritis. Sebagian lainnya—mungkin—menebak Raisyo sebagai trainer kebugaran dari bentuk tubuhnya yang lebih kekar dari perempuan biasa. Shou malah terkejut apabila ada yang mencurigai Raisyo sebagai lelaki, karena penampilannya benar-benar menipu, secara banci profesional.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang