48. Everyday with Rayyan (part 2)

8.7K 1K 355
                                    



Part ini panjang ya. >4000 kata lebih. Selamat menikmati!


Studio musik ini diberi nama Kukuruyuk. Entah apa alasan si pemilik menamai studionya dengan bahasa ayam atau burung. Namun, Shouki Al Zaidan dan sahabat betah menghabiskan waktu latihan nge-band di tempat ini. Bukan karena terpanggil oleh bahasa burungnya, tetapi karena alasan ekonomi. Lokasinya di ruko kecil sebelah warung satai goyang lidah. Hanya ada tiga ruang studio yang dapat disewa per jam dengan tarif supermurah. Nisutakumi (nama band Shou, Aky, dan Tora—apabila kau lupa) langganan mengambil ruang terpojok.

Alasannya supaya privasi mereka terjaga. Lagi pula, tak semua orang percaya diri memainkan lagu jejepangan. Oleh anak-anak gaul kekinian, pasti diteriaki wibu.

Sejak jam sepuluh pagi, ruangan itu sudah diisi oleh Tora, Aky, dan satu teman tambahan yang bersedia membantu memelintir kabel: Arian. Shou belum datang. Mereka menunggu sembari berbincang.

Sambil tuning gitar, Tora bercelatuk, "Genks, menurut lo, kenapa bisa ya Pak Rayyan itu banyak yang suka."

"Auuk ah terang, padahal dia cuma main-main doang." Arian nyinyir.

"Ya karena tebal-lah," jawab Aky.

"Apa yang tebal, Ky?"

"Kantongnya. Mau samping, mau depan. Semua kantong deh."

"Aky memang paling cerdas ya. Betul itu," Arian menimpali. "Kucing gue juga gitu. Yang namanya Sheila on Simson Abubatulipsing. Pas lagi tebel-tebelnya, langsung deh doi buntingin kucing tetangga. Enggak ada yang bisa nolak dia tuh."

"Yaoloh, beda, Arian. Terus itu kenapa nama kucing lo enggak ada yang waras. Kasihan. Nanggung nama itu berat lho. Kayak nama gue dipaksain ada nama OTP-nya Nyokap. Gue jadi dihantui rasa geli gimana gitu pas nama gue dipanggil guru zaman SMA dulu." Tora ngucap sambil elus dada.

"Halah, memangnya apa arti sebuah nama? Kalau enggak bisa menghasilkan duit ya percuma," kata Aky. "Jadi, kesimpulannya Pak Rayyan banyak yang suka karena tajir, enggak tahu dari mana kekayaannya."

"Sasuga si Pak Rayyan, Ky, tapi kalau cuma tajir doang yang lain juga bisa tajir. Cuman Pak Rayyan ini bikin si Shou yang alim sejak orok jadi belok—" Tora diam sebentar. "Eh, Arian, lo udah tahu kan perihal ini? Jangan bilang gue keceplosan ngomong."

Arian menyengir lebar. "Santai aja, Bro. Gue selalu tahu banyak hal dan gue santai. Shou sudah pernah cerita sendiri kok."

"Syukur deh. Kalau menurut lo, kenapa Pak Rayyan bisa banyak yang naksir, sampai Shou juga ikutan naksir?" Tora bertanya kepada Arian.

Arian angkat bahu. "Enggak ngerti gue. Mungkin Pak Rayyan pake susuk, Bro."

"Zaman gini masih ada yang namanya susuk?!"

"Memangnya Pak Rayyan pasang susuk di sebelah mana coba—"

"Di tetek palsunya yang kayak balon silikon diisi air. Gue enggak bisa lupain malam pertama kita nonton Pak Rayyan nyanyi jagung rebus. Bukan cuma Shou aja yang enggak bisa lupa. Gue juga. Berarti di situ letak susuknya!"

"Lah, kan tetek palsunya dilepas pas di kampus. Bego lo, Tora."

"Ya, kalau lagi dilepas, berarti dipindahin ke bawah kali ya, Bro," sahut Arian.

"Iya, bener tuh. Ke bawah mana ya by the way?"

"Ke jempol kaki. Menurut nganaaa—"

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang