11. Tercyduk

14K 1.7K 437
                                    


Shou melirik. 

Pak Rayyan, menawan dan makan tanpa bunyi, asyik menikmati sepiring pempek lenjer dan kapal selam.

Mungkin sebelumnya Pak Rayyan pergi ke parkiran mobil untuk mengambil dompet yang tertinggal, lalu pergi makan ke kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sebelumnya Pak Rayyan pergi ke parkiran mobil untuk mengambil dompet yang tertinggal, lalu pergi makan ke kantin. Anggaplah begitu. Jangan bilang Pak Rayyan menguntit Shou karena tahu mau dibicarakan, kan?

"G-Gue pesan makan dulu deh," ucap Shou, berdiri dan berjalan ke konter kwetiau sedap mantap. Dari pantulan kaca etalase, Shou lirik-lirik ke arah meja di belakang.

Pak Rayyan makan perlahan. Tak seperti cara anak kosan makan yang garpu dan sendok sering berdenting ribut, sebab kelaparan dan ingin cepat kenyang. Pak Rayyan seperti sengaja berlama-lama.

Shou kembali ke meja membawa sepiring kwetiau. Aky dan Tora sejak tadi mati kutu. Tora sibuk menggambar kucing. Aky pura-pura browsing kriteria daddy idaman. Shou duduk, makan dengan anteng. Tak ada yang berbicara.

Canggung.

Sambil seruput kwetiau, Shou melirik Pak Rayyan dan piringnya. Kok pempeknya tidak habis-habis? Tadi pempek kapal selamnya cuma satu, sekarang jadi dua. Pak Rayyan malah pesan piring kedua.

Detik itu, Pak Rayyan tiba-tiba menoleh ke samping. Matanya beradu ganteng dengan Shou. Oo! Kamu ketahuan.

Shou langsung tersedak, batuk-batuk kasihan. Sampai memerah mukanya. Ia tepuk-tepuk dada.

Tora heboh ikut menepuk-nepuk pundak Shou. Aky ngasih minum. "Istighfar, Bro. Kalem. Tarik napas."

Pak Rayyan terus memandang. Tak tahan dan salah tingkah Shou dipandang seintens itu. Buru-buru ia menghabiskan segelas es teh manis.

Aky berdiri. "Oke, kita pindah aja yuk, Bro."

"Dari tadi kek!" Tora langsung kabur.

Shou menyandang ransel dan membawa piring kwetiau. Salahkan mata yang suka latah melirik Pak Rayyan diam-diam. Sang dosen kembali memergoki lirikannya. Tak bisa menghindari, kali ini Shou mengangguk kaku kepada sang dosen. "P-Pak. Saya permisi."

Pak Rayyan mendengus, geleng-geleng pelan.

Aky dan Tora memilih meja beberapa kilometer dari Pak Rayyan, pokoknya jauh, dekat abang penjual kelapa. Shou baru berdesah lega setelah duduk di sana.

Aky langsung bicara serius, "Ayo kita ngomong serius, Bro. Gelagat lo gak wajar."

Shou cuma bisa diam, menyumpal mulutnya dengan sesendok besar kwetiau.

"Pertama lo udah tahu bahwa mereka orang yang sama. Kedua, gue tahu memang sakit rasanya, tapi terus lo mau apa sekarang? Mau datangin Pak Rayyan-nya?"

Tora mencoba realistis. "Jangan deh. Seram juga sih cari ribut ke dosen, nanti kita gak dilulusin. Dikasih nilai E."

Shou hela napas, memandangi pesan Facebook dirinya dengan Raisyo di layar ponsel Android-nya. "Oke, mungkin karena pesan-pesan gue yang gak dibalas sama Raisyo, gue jadi uring-uringan begini." Shou menunjukkan pesan-pesan yang tidak berbalas itu. "Kesal aja, Bro. Potek."

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang