17. Pengabdi Sasetan

13.1K 1.6K 527
                                    

Shouki Al Zaidan tak terlalu sering bermimpi.

Hanya beberapa kali saja ia bermimpi tentang gadis yang disukainya (dua mantannya yang dulu). Mereka hadir setelah Shou membuat ikatan alias berpacaran. Mimpinya jauh dari kata basah maupun jorok. Antara pergi plesiran keliling dunia atau naik haji berdua pakai uang tabungan sendiri. Kurang lebih seperti itulah. Meski ketika terbangun dari tidur, Shou merasa mimpinya terlalu konservatif.

Setelah putus dari mantan-mantannya, Shou kembali memimpikan mereka. Cukup menyakitkan. Dalam mimpinya, ia kembali membina ikatan. Sudah pasti sakit ketika terbangun nanti dan ia harus meyakini bahwa semua itu hanya bunga tidur.

Malam ini, Shou memimpikan mantan-mantannya lagi. Aneh, sebab sudah lama sekali Shou move on. Apa gerangan yang membuat gadis-gadis ini hadir kembali di mimpinya? Dalam mimpinya, mereka pergi ke pantai bersama. Pantai, yah, kau tahu. Langit biru, laut lepas, bikini eksotis, yang bikin Shou sering ngucap kalau ada yang lewat dan mengenakan pakaian terlampau minim.

Namun, ada sesuatu yang berbeda.

Para mantan Shou kini berambut panjang hitam dan berponi. Mereka membawa tas-tas piknik yang berisi banyak minuman dan makanan sasetan. Padahal, mantannya yang kedua sering memperolok kebiasaan berhemat Shou yang rajin mengumpulkan produk sasetan (miskin, menurut gadis itu). Dan yang lebih aneh lagi, mantannya yang pertama biasanya selalu menutup aurat, tetapi kali ini buka-bukaan! Shou terkejut, ngucap, ingin mengingatkan tetapi tak kuasa. Sebab matanya terpancang pada tubuh-tubuh gadis ini, yang tiba-tiba terlihat lumayan diragukan keasliannya. Dada mereka datar. Perut berotot. Leher ada jakunnya. Dan yang di bawah sana bergembung. Di tepi pantai, mereka kipas-kipas dan berjualan jagung bakar.

Saat mereka menoleh kepada Shou, wajah mereka berubah jadi si banci idaman.

Sedetik kemudian segalanya buyar.

Ada rasa manis yang bisa ia kecap di bibirnya pagi ini. Shou terbangun dengan sedikit linglung. Pada bibirnya ia temukan butiran kecil seperti remah permen. Ah, semalam ia begadang selagi mengunyah camilan, sampai ketiduran dan bermimpi aneh.

Semalam Shou menghabiskan waktu dengan berlatih gambar. Sejak pulang dari kantor dosen, Shou jadi terpicu gairahnya. Pak Rayyan mengajarkan beberapa teknik baru, yang mampu membuat Shou melihat segala sesuatu hal dari sudutnya yang terindah. Tiba-tiba kerak cat mengelupas di dinding kosannya terlihat menawan, dan mangkuk makan kucingnya yang sudah sompel pun terlihat seperti baru lagi. Dada Shou berdebar ketika ia menggosok gigi saat mandi. Ia jadi menghabiskan waktu lebih lama untuk merapikan rambut dan pakaiannya di depan cermin, dan tak sengaja menyemprotkan kolonye dua kali.

Bila ada Arian di sini, pasti akan menyebutnya efek jatuh cinta. Dan kau tahu? Shou tak peduli dengan semua itu. Mau orang-orang berpendapat ia salah jatuh cinta atau perlu diluruskan alatnya yang sudah mulai bengkok sekarang—terserah saja.

Shou telah menetapkan hati. Dia tahu apa yang dia mau.

Sudah berhari-hari Shou bangun pagi dan langsung pergi ke kampus. Dia datang membawa tas besar berisi hadiah untuk ia letakkan di meja seseorang. Mumpung Pak Rayyan belum datang, tergelitik rasa rindu untuk Shou memandangi ruang kerja kecil dosennya tersebut. Walau hanya mejanya. Dia memandang sambil tersenyum-senyum.

Kondisi meja tersebut masih sama seperti kemarin, ada lembar gambar Shou yang diletakkan paling atas dari tumpukan tugas mahasiswa. Shou menatap gambarnya sebentar, kemudian membaliknya. Tak jauh dari tumpukan gambar, terdapat kotak alat tulis dan tatakan cangkir mungil yang terbuat dari potongan kayu, mug tanah liat yang bentuknya seperti siluet wajah samping manusia, dan alas meja dari anyaman serat aren. Antik, menurut Shou. Pak Rayyan penyuka benda-benda unik seperti ini. Mungkin buatan pengrajin pilihan. Yang pasti bukan benda-benda yang bisa dibeli dengan kantong anak kosan seperti Shou.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang