37. Main Api Babak Dua

7.9K 1.2K 464
                                    

Guys, maaf dalam beberapa minggu ini kerjaanku lagi numpuk, jadi enggak bisa nulis lama-lama. Aku enggak hiatus, akan tetap update rutin setiap malam minggu. Namun, mohon maaf ya kalau terkadang babnya agak lebih pendek dari yang biasa (meski per babnya tetep sepanjang 2000 kata kok, no less). Semoga kalian tetap terhibur dengan ceritaku setiap minggunya.

Minggu lalu aku enggak bisa update Gebetanku Banci karena Wattpad error. Sebagai kompensasinya, aku akan update bab 38 Gebetanku Banci jadi lebih cepat, yaitu lusa tanggal 26 Maret 2018, sudah bisa kalian nikmati.

Thank you!



Berat.

Mencintai kamu itu ... berat, Ra.

Shouki Al Zaidan harus menonaktifkan ponsel sering-sering supaya tidak tergoda untuk menjawab semua pesan masuk atau telepon dari Ra.

Malaikat kecil di dalam hati mendesak bahwa ia harus menjawab telepon-telepon itu. Malaikat lainnya—atau iblis—berwujud Arian, sahabatnya, mewanti-wanti agar ia mengabaikan Rayyan Nareswara selama seminggu penuh.

"Biarin, Bang. Jangan diangkat, biar makin terbakar sampai keriting."

Shou menelan ludah. Ia biarkan ponselnya bergetar dan berputar di atas meja warung. "Kalau dia malah marah gimana?"

"Lah, justru itu. Kalau cuma karena pacarnya sibuk enggak bisa ngangkat telepon terus dia marah, berarti terbukti dia enggak cinta dong."

"Tapi gue lagi enggak sibuk, dan gue enggak ngangkat setiap teleponnya udah enam hari berturut-turut. Di kampus juga gue menghindar. Kalau begini, bisa aja Pak Rayyan marah dan batalin kencan kami."

"Percaya sama gue, Bang, ini akan berakhir indah pada waktunya."

"Kalau enggak berakhir indah, bagaimana?"

Arian menyeringai lebar sebelum meneguk jus mentimun. "Ikhlasin, Bang."

Shou menghela napas panjang.

Sudah enam hari sejak mereka duduk di kelas bertiga, dan Ra mengajaknya untuk berkencan. Semenjak itu, Shou dengan sangat sengaja mengabaikan semua pesan masuk dan telepon dari Ra.

Kalaupun dijawab, mestilah dengan gaya balas pesan sok sibuk, atau mengambinghitamkan keypad yang pas-pasan.


Baby, kamu di mana?

D kmps.

Baby, kamu lagi apa?

Mkn.

Baby, angkat telepon saya.

Sbk.

Baby? Kamu di sana?

Y.


Kira-kira begitu, dan setiap kali melakukannya, hati Shou seperti dicubit-cubit genit oleh kuku bermanikur Raisyo. Selain miris melihat pesannya yang singkat alay, Shou juga sakit hati sendiri membayangkan raut muka kecewa Ra.

"Masa? Yakin dia kecewa beneran?" Arian menaikkan alisnya.

Shou berharap begitu. Shou berharap Ra mencegat di tengah jalan dan bertanya kenapa Shou menghindar, lalu berkata dengan mantap bahwa ia tidak bermain perasaan. Bahwa ia tak seperti yang Zena dan orang-orang sangkakan. Bahwa Shou tidak mencintai dan menggilainya secara sepihak.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang