5. Siap Tembak Siaga 2

18.1K 1.6K 237
                                    

Hari-hari pendekatan kepada Ra, atau Raisyo, seperti balada musim kawin. Tiap jam dibikin berdebar, ditantang agar bisa menahan diri dari serangan fajar.  

Raisyo mengirimkan foto-foto syurnya bisa sampai sepuluh kali dalam sehari. Dipotret melalui pantulan cermin atau sekadar swafoto. Pose dan sudut pandang berbeda. Bisa dari atas, dari bawah. Serong kanan, serong kiri. Bibir seksi mingkem atau monyong. Kulit mengintip atau berani tembus pandang.

Semua foto-fotonya ladang gawat—lama dipandang bikin enggak kuat.

Kalau sedang di luar rumah, Shou mesti menyembunyikan layar ponselnya supaya orang-orang tak salah paham. Duduk di kafe, toleh kanan kiri, Shou menikmati asupan foto syur Raisyo. Lama-lama dia makin berani merekam tiap-tiap sudut tubuh molek perempuan itu. Dadanya—yang semula ia pikir datar, ternyata cukup berisi juga seperti otot binaraga, terlihat dari balik kaus Raisyo yang ketat.

Kalau sudah tak tahan, Shou melakukan pertolongan pertama masuk ke toilet umum. Duduk di kloset dan, yah—kau tahu harus apa.

Keluar dari toilet, Raisyo mengiriminya foto yang lain.

Shou terpaksa atret mundur masuk toilet lagi.

Argh. Frustrasi.

Bisa gawat bila berahi sudah tak dapat lagi terkontrol.

Kalau diteruskan bisa jadi maksiat. Sebab sudah hampir setiap hari Shou dan tangannya melakukan penistaan terhadap anu—sebut saja jagung. Shou juga mesti rajin-rajin berwudhu dan mandi wajib.

Terkadang ritsleting celananya bisa terbuka sendiri karena kepenuhan!

Lusa sudah masuk kuliah. Shou tahu inilah saatnya mengakhiri saraf kelojotan pada organ kelaki-lakiannya. Telah tiba saatnya untuk menerjang langsung ke depan, tepat sasaran. Raisyo mesti tahu bahwa ada lelaki yang telah dibuatnya tersiksa oleh ketidakpastian, setiap kali perempuan itu mengiriminya foto jagung rebus yang baru separuh dibuka kulitnya.

Shou mau tahu apakah Raisyo pun memiliki perasaan yang sama.

Malam ini Shou akan datang ke Firefly untuk menyatakan rasa.

Rasa cinta tentunya, untuk rasa lainnya di-pending dulu.

Sejak kasus salah kirim pesan Facebook beberapa waktu lalu, Tora dan Aky menjadikan Shou bahan tertawaan setiap kali mereka bertegur sapa. Biasanya dia akan turut bercanda tawa, tetapi saat ini Shou sedang terjatuh pada titik nadir, atau bahasa gaulnya; 'lagi tanggung'. Seperti mengeluarkan air dari selang mampet. Shou tak bisa maju ataupun mundur. Yang dia butuhkan selain salat malam adalah saran-saran waras agar bisa keluar dari jeratan cinta perempuan jagung rebus. Apakah keputusan yang tepat untuk menyatakan cintanya malam ini di kelab? Kepada Tora dan Aky sekali pun, Shou sulit mengaku.

Untungnya, Shou punya seorang lagi sahabat lelaki. Mereka tetangga dan teman satu SMA yang tergabung dalam klub pencinta kucing. Anaknya supel, rambutnya bergelombang kayak Frodo Baggins, lumayan ganteng, dan sikapnya eksentrik. Namanya Arian Hendrajaya. Kalau dalam bahasa Indonesia, arti "Hendrajaya" adalah seorang yang berjaya dengan petuah dewa. Keren, kan? Bukan sekadar nama saja, Arian memang terbukti punya indra keenam. Dia sering menebak apa pun secara benar. Dia paling enak ditanyai ketika ingin curhat atau tersesat di jalan.

Meski Arian lebih berpotensi menyesatkan ketimbang Tora dan Aky.

Misalnya, pernah suatu hari Shou sedang tes matematika. Dia bertanya, "Psst, Arian, kasih tahu dong, jawaban soal nomor 24."

Arian langsung menghitung dengan kancing bajunya. "Cap cis cus belalai udin A B C D mana yang bener A atau B atau C atau D—" Telunjuk Arian tiba di kancing celana. "Nah, jawab D aja, Bang!"

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang