14. Cyduk-Cydukan (part 2)

14.6K 1.7K 452
                                    

Author Note: Bab ini dua kali lebih panjang dari yang biasanya. Selamat menikmati.

Untuk pemenang giveaway minggu lalu yang sudah dapet payung jagungnya sore ini, selamat menikmati jagungnya ya~




Rasa menekan datang di perut bawah Shou, menjalar geli sedap ketika ia berjalan melewati pagar rumah kosan.

Terlambat untuk menarik diri.

Ketukan sepatu tinggi Raisyo mengikuti dari belakang. Raisyo berjalan mantap dengan kacamata hitam sambil mengunyah permen dalam mulutnya. Ia juga tak ragu membalas tatap para tetangga yang menoleh. Siapa sangka ia seorang waria. Orang-orang menoleh penuh tanya. Satu, mengapa model secantik Raisyo bisa melangkah lurus di gang senggol seperti ini? Dua, mengapa Shouki Al Zaidan yang terkenal sholeh berani bawa awewe masuk kosan?

Abaikan desis nyinyir ibu-ibu tetangga dan lirikan nafsu abang penjual asongan yang menatap Raisyo. Shou membuka pintu kamar kosan dan mempersilakan tamunya masuk. Mengundang dosen masuk ke rumah memang harus sopan begini. "Silakan masuk, Pak—maksudku Ra."

Raisyo tolah-toleh ke sekeliling. "Kita di mana ya, Akang?"

"Di kosanku." Shou tersenyum. "Kenapa?"

"Apa gak apa saya masuk? Nanti Akang Shou diomongin tetangga, lho."

"Memangnya kenapa? Teman-temanku juga sering main ke sini. Kan kita sesama lelaki," jawab Shou enteng.

Raisyo terkekeh. "Tapi yang terlihat kan Akang bawa masuk perempuan ke kamar."

Yang mengintip Raisyo saat ini bukan abang asongan saja. Ada abang becak, abang ojek, abang listrik, dan abang gas elpiji mondar-mandir depan pagar kosan hanya untuk menyiuli Raisyo.

Panas, Shou mendelik ke semua abang-abang di luar pagar. Spontan ia menarik tangan Raisyo dan membawanya masuk kamar.

Pintu dikunci.

Raisyo melangkah santai sambil melihat-lihat sekitarnya.

Pada sepetak dinding di kamar kecil tersebut, tertempel poster ukuran A2 penyanyi kesayangan Shou: Haido dari Larc~en~ciel yang dilaminating supaya awet tahan debu. Di sampingnya berdiri lemari kecil multifungsi berisi setelan pakaian dan buku-buku. Sehelai sejadah warna merah-biru dilipat dua di atas meja belajar, warnanya telah meluntur. Peci diletakkan di atasnya.

"Maaf berantakan," ucap Shou sungkan.

Yang barusan murni basa-basi. Shou merapikan kamarnya setiap hari. Meski berperabot sederhana dan segalanya serba pas-pasan, kamar itu sangat bersih.

"Kubuatkan minum dulu," kata Shou, menyobek sebungkus jeruk sachet dan menuangkan air ke dalam gelas. "Silakan duduk."

Tak ada sofa atau apa pun. Shou menunjuk ke sebuah ranjang kecil.

Raisyo tersenyum dan duduk di ranjang itu. Sedap rasanya melihat Raisyo meletakkan bokongnya di sana. Dengan jemari bermanikur ia mengelus lembut selimut Shou yang terlipat rapi, meski bulukan, dan menyingkap seprai merahnya yang tipis nyaman tetapi ada bolong kecil pas di bagian punggung. Kalau Arian main ke kamar, dia menyebut seprai Shou sundal bolong.

Shou menyodorkan segelas jeruk sachet instan. "Maaf hanya ada ini."

"Saya enggak mau ngerepotin Akang."

"Kalau gak diminum, justru merepotkan."

Raisyo tersenyum. Sedikit tangannya curi-curi mengusap punggung tangan Shou ketika mengambil gelas. Sambil minum, ia terus menatap sekitar. Shou bertanya-tanya apakah Raisyo tak senang dengan betapa kecil ukuran kamar kosannya. Apakah Raisyo tak nyaman.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang