40. Gosong, Ambyar

Mulai dari awal
                                    

Jawaban dari pertanyaan lainnya bisa kalian baca di work Rayyan Nareswara's Diary nanti. :)

Selamat menikmati bab 40 dari GEBETANKU BANCI! Bentar lagi cerita ini tamat! Tamatnya di bab 50 ya.

Enggak usah khawatir kalau cerita ini bentar lagi tamat. Habis ini banyak cerita RaShouRa lainnya yang udah kusiapkan. Kayak TAMPAN BERDASI. Kalian bakal terus-menerus dapat asupan RaShouRa dariku setiap hari atau setiap minggunya. :)))

 :)))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Shou tahu, Arian menunggunya terbakar. Bukan Ra saja yang malam ini ingin dibuat kepedasan.

Shou yang mulai terbakar.

Seperti tidak membantu, Raisyo tampak duduk terlalu dekat dengan tamunya. Didempet dan mendempet. Dari sudut pandang Shou, Raisyo tampak sedang duduk dengan agak membungkuk, meng-handle sesuatu yang ada di bawah. Dari belakang, kelihatan lengannya yang agak kekar itu bergerak naik turun, melakukan gerakan mengocok.

Shou menahan napas. "Terus, di ruang privat ini selesainya jam berapa, Bang?"

"Oh, si Raisyo ya—sudah dari tadi sih dia. Bentaran lagi. Lima menit lagi palingan."

Shou mengangguk, memperhatikan gerakan tangan Raisyo yang sedang mengocok sesuatu di antara kaki tamunya. Selagi sang tamu, tampak kesenangan, meletakkan tangannya pada pinggang Raisyo, meremas suka-suka.

Kepala Shou sudah berdenyut. Tiga puluh detik sebelum waktu lima menit, Shou sudah turun dari kursi bar.

"Mau ke mana, Bang?" Arian bertanya.

Shou mengabaikannya.

Ia berjalan tegap dan perlahan menuju ruang privat,kemudian mendobrak pintu kacanya.

Mungkin karena sedang tanggung, bahkan suara pintu yang terbuka luput terdengar oleh Raisyo dan tamunya di ruangan itu. Raisyo masih asyik mengocok, dan tamunya, seorang paman asing berewokan berkebangsaan Arab sedang merem melek enak.

"Fetul kata orang-orang. Gerakan tangan Raisyo memang dahsyaaat. Milik ana serasa diguncang qalqalah kubro ... terpantul-pantul dengan kerasnyaaa ...."

Qalqalah kubro apanya?! Shou tak mungkin bisa menahan diri lagi ketika ia menarik Raisyo dari belakang, memaksa si waria berhenti mengocok jagung rebus arab.

Raisyo terkesiap kaget. "Shou?!"

Si tamu juga kaget. Ia seperti memaki dalam bahasa Arab, yang Shou tak tahu artinya.

Shou mau tak mau jadi memandang ke arah bagian tengah-bawah milik si Paman Arab. Anehnya, tak ada ritsleting yang terbuka. Tak ada jagung arab besar dan panjang. Semuanya rapat-rapat saja. Bagian yang telanjang hanya sebelah kaki si Paman Arab.

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang