Kimi selalu berlari ceria ke arah Arian setiap kali lelaki itu datang. Arian pasti memanggilnya dengan nama buatannya sendiri. "Assalamualaikum Kimi Markitiw Simalikidin! Ayo, salaman sama Abu Galabu dulu, teman main kamu."

Abu gantian melompat ke pangkuan Shou, selagi Kimi menguasai pangkuan tuannya. Kedua kucing saling pandang dan saling gapai, nafsu main bersama.

"Jadi, Abu Galabu semalam jadi pelakor," Arian bercerita sambil mengusap-usap punuk Kimi.

"Apa tuh pelakor?"

"Perebut lauk orang."

"Ooh." Shou merasakan dentuman tak enak mendengar kata pelakor, meskipun artinya bukan yang itu. Shou tahu Zena itu bukan pelakor. Perempuan itu sudah jadi mantan Pak Rayyan, tetapi siapa yang tahu ada berapa banyak Zena yang lain di luar sana? Yang jangan-jangan masih berhubungan dan—mungkin Shou yang bakal disebut pelakor oleh mereka.

"Kimi Markitiw Simalikidin sudah berapa lama enggak ketemu Abu Galabu?"

"Ah?" Shou mengerjap sebentar. "Hmm, sejak kita masuk kuliah."

"Nah, kan. Kita sudah lama enggak main bareng, Bang." Arian memandangi. "Bang!"

"Hm?"

"Kedipin matanya dong."

" ... ha?"

"Dari tadi ngelamun terus."

"Oh, sori, Arian. Lagi yang ada yang gue pikirin." Shou berdeham. "Dan gausah ditebak, Arian. Pasti lo tahu kenapa."

"Iya, tapi kali ini gue enggak tahu kok," kata Arian. "Suer kesamber bebek deh."

Ada dentuman lagi di dadanya. Shou menarik napas panjang. "Jujur. Dengar kata 'bebek' aja gue galau."

Arian mendengus. "Iya, gue tahu, Bang."

"Tahu apa?"

"Tahu kalau lo lagi galau. Kayaknya sekelas juga tahu. Siapa yang enggak tahu? Seharian lo kayak kehilangan jiwa dan raga, Bang."

" ... kok bisa sekelas sampai tahu?" Shou menggeser duduknya lebih dekat. "Gila aja."

"Tahu kok. Lo kan ditanyain terus dari tadi. Ditanyain sama cewek manis yang naksir elo."

"Siapa sih namanya dia? Gue lupa."

"Aisha Danisa Gayatri. Diinget baik-baik, Bang, namanya siapa tahu minat."

"Haha. Lo ngomongin cewek ini mulu dari tadi, Arian. Suka ya? Ambil aja dia, Arian. Nanti keburu diambil orang lain."

Arian tiba-tiba tertawa, yang membuat Abu Galabu langsung mendekat dan mengusapkan pipinya ke lengan sang tuan. Bahkan kucingnya pun tahu tuannya memaksakan tawa.

"Sayangnya, Bang, hati gue sudah direnggut sama orang lain," kata Arian.

"Wah? Lo kok enggak pernah cerita ke gue?" Shou menyenggol rusuk Arian akrab. "Anak kelas kita ya? Buruan samber dia. Sambeeer."

"Enggak bisa, Bang."

"Lho kenapa?"

"Dia udah disamber sama pak dosen."

....

"Hah? Emang ada dosen yang macarin mahasiswanya?" Selain Pak Rayyan. "Fakultas mana?"

Arian hanya menatap dan tersenyum. "Jadi? Masalah lo sama pak dosen apaan? Ceritain dulu deh, Bang."

"Ah iya ... gue butuh cerita sama lo, kalo lo berkenan mendengarkan."

"Always, Bang. Always."

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang