1. Perempuan Jagung Rebus

Mulai dari awal
                                    

Raisyo dan Ishyono.

Pasti nama panggung dari dua perempuan menawan ini.

Tahan napas, Shou mendekat cukup dekat untuk bisa menonton. Syukurlah, musiknya baru saja intro meski penonton sudah bergoyang duluan. Tampaknya mereka baru mulai bernyanyi.

Mudah menebak yang mana Raisyo dan Ishyono. Pada paha mereka yang tak tertutup, terukir inisial nama. "R" dan "I". Mereka mengenakan gaun terusan minimalis lima belas senti di atas lutut, Raisyo hitam dan Ishyono putih. Keduanya kutilang sehat, jenis terbaik sebab berkulit mulus, selangka menonjol, tungkai licin bercahaya seperti diminyaki. Lentur, menggiurkan. Shou tak mudah dibuat bergairah, tetapi dia pastikan ritsletingnya terkunci dengan baik sebelum menyimak aksi dua perempuan ini. Demi menjaga kesopanan.

Mereka bernyanyi lypsinc yang senapas dengan lirik lagu. Bukan bibir yang buka tutup secara presisif, melainkan goyangan mereka.

"Ketika dibuka bajunya, kelihatan bulunya. Idih." Goyang. "Idih." Goyang. "Terlihat pula bijinya~!" dan dobel goyang.

Kalem, Shou bersedekap di antara pengunjung yang entah tercekik atau terkekeh. Shou ingin menghargai para hawa yang telah bergoyang susah payah untuk mereka. Mengapa ditertawakan?

"Bentuknya ada yang panjang, juga ada yang pendek" Goyang. "Idih". Goyang. "Idih, tapi banyak yang suka~! Bang boleh dong, aku nyobain, Bang~."

Tak menarik.

Shou putuskan untuk pulang, menyesali beberapa menit waktunya terbuang penasaran di kelab malam. Dia mencari rekan satu band-nya, Tora dan Aky, yang bertanggung jawab menelantarkannya malam ini di kelab. Mereka tak ada. Pastilah mereka telah berbaur gemas dengan para pengunjung, mencecap pemandangan perempuan kelaparan. Mereka itu hanya tampilannya saja yang inosen kalau dipandang sekilas. Yeah.

Namun, terhenti langkahnya. Entah kenapa gemas matanya kembali menoleh ke panggung. Sekali lagi saja tak ada salahnya.

Ketika itu, Raisyo maju ke depan, dengan langkah teranggun yang pernah Shou tangkap dari perempuan.

Dari jauh tadi paras Raisyo terlihat menawan. Dilihat lebih dekat, lebih-lebih lagi. Kulitnya putih. Semampai atraktif. Rambut yang jatuh seperti tinta, terayun bersama entakan pinggulnya yang berisi. Sebuah pinggang yang tampak sesuai dengan dekapan lengannya. Pergelangan tangan dan leher yang tipis, tampak sensitif bila dikecup.

Akan tetapi, bukan tubuh bidadari itu yang membuat celana Shou mengetat.

Matanya.

Mata Raisyo yang seperti bohlam dalam gelap, membutakan tetapi menarik perhatian. Baru saja mereka bersitatap seolah hanya berjarak sejengkal.

Mata itu mengundang, menjerat. Intens. Membuat Shou bergerak seperti magnet bertemu sumbu lawan jenisnya. Membikin Shou mengacung kepadanya.

Raisyo bernyanyi, dengan matanya masih menghunjam Shou. Bahkan tidak tanggung-tanggung, jemari lentik perempuan itu menunjuk tepat kepada ritsleting Shou yang membumbung. "Ku mau yang itu saja, masih segar dan masih muda! Masih manis rasa di lidah, jagung rebus, Abang, aduh enaknya~"

Tak bisa Shou menatap jagung rebus dengan cara yang sama lagi.

Raisyo berputar. Bokong ke penonton. Anehnya tidak murahan. Elegan, sambil bernyanyi tentang jagung rebus sedap, Raisyo memilin ujung mik seperti mengupas jagung dari puncak tumpulnya. Terbayang jelas di benak Shou, kupasan itu begitu sempurna sampai tampak seluruh biji jagungnya, tinggal dikunyah lembut atau diisap minyak manis dari sela bijiannya.

Shou ngucap dan telan ludah.

Bibir Raisyo membuka dan menutup, seolah-olah mengajarkan Shou cara yang baik dan benar dalam melenguh terkesiap. Ugh.

Shou sungguh-sungguh terkesiap pelan.

Tora, culun berambut oranye, anggota satu band-nya yang paling alay menubruk dengan sengaja dari samping. "Nah, ketemu! Mau pulang sekarang, Shou? Emak bisa marah lagi kalau pulang kemaleman. Aky juga lagi mesen Godjek di luar."

Shou melirik ke panggung tepat waktu, Raisyo sedang meliukkan pinggul dan tersibak rok pendeknya. Yang barusan cukup membuat darah berdesir.

Tora tak sadar dengan pemandangan memukau yang Shou tengah lihat. Dia malah buru-buru menarik lengannya. "Sudah, yuk. Itu Godjek-nya sudah dipesan tiga."

Shou ditarik keluar sembari kepalanya terus menoleh arah panggung. Ah. Sosok Raisyo yang sedang mengulang lirik lagu sambil bergoyang kupas jagung itu pun lenyap.

Kelab malam ini, sesuai kata rekan-rekannya, yang paling top se-ibu kota. Shou tak sempat melihat apa nama kelabnya ketika masuk. Jadi dia mendongak dan berputar untuk melihat sekali lagi. Firefly. Kunang-kunang—oke, sesuai isinya. Shou akan merekam baik-baik nama tempat itu untuk kembali dijamah.

Tiga motor Godjek jalan beriringan membelah jalanan ibu kota. Ketika berhenti di lampu merah, Tora menyapa dari motor sebelah.

"Gimana tadi? Seru? Nyesel enggak? Atau malah kepingin lagi?" tanya Tora, cengar-cengir seperti menunggu Shou meledak marah.

"Yeah, begitu deh," jawab Shou. "Seru kok."

Senyum Tora lenyap, entah kenapa.

Sepanjang malam Shou tak bisa tidur. Masih terekam jelas wajah Raisyo yang berdagu lancip, dan cara bibir merah mudanya mendesahkan lirik nakal lagu jagung rebus. Ketika berhasil jatuh tertidur, Shou bermimpi Raisyo datang membawa sepiring jagung rebus. Pelan-pelan sekali, perempuan itu melucuti kulit jagung yang tipis dengan giginya.

Terbangun sambil berkeringat, Shou langsung mandi wajib. Setelah ini salat malam, mau berdoa.

Berdoa supaya dapat berjodoh dengan kunang-kunang pujaan, si perempuan jagung rebus.



____

Instagram: @ ra_shou (IG khusus pembaca Rashoura, DM dulu agar di-confirm, ya)

Lirik lagu "Jagung Rebus", lagunya Maya Jasika (puter aja lagu di atas kalo penasaran sama lagu aslinya).

GEBETANKU BANCI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang