Jilid 86

421 12 1
                                    

PERMAISURI dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Melati Putih Giok Hu Yong, Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw, jago muda Tan Ciu, Pek Co YOng dan Lie Bwee sedang berkumpul didalam ruangan itu. Mereka mengenang jasa-jasa Tan Sang dan Tan Kiam Pek.

Demi menolong kawan-kawan mereka, Tan Kiam Pek dan Tan Sang mengorbankan diri mereka sendiri. Tidak ada yang lebih berharga dari pengorbanan mereka ini.

Braaakkk....

Tiba-tiba tangan Tan ciu memukul dinding ruangan. Kemarahan si pemuda melonjak keras.

"Eh.." PEngemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay mengerutkan alisnya, "Apa yang sedang kau kerjakan?"

"Aku harus menuntut balas." Tan Ciu mengeretek gigi. Dia berjalan pergi.

"Hei.." Tong Kay meneriakinya lagi. "Kembali!!!"

Tan Ciu tidak menghentikan langkahnya, tekadnya sudah bulat. Tidak ada sesuatupun yang dapat membendung kemarahan itu.

Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay berteriak dari belakang.

"Bocah panas. gunakanlah pikiranmu yang dingin. Sebelum mempunyai cukup kekuatan untuk mengalahkan mereka. Jangan kau sembarangan bergerak."

Tan Ciu tidak membalas peringatan itu.

Giliran Giok hu Yong yang bergerak dari tempatnya. dia menyusul larinya sang putra.

"Tan Ciu." Jago wanita ini membentak. Dia sudah kehilangan satu orang putri, Tentu saja tidak akan membiarkan putra ini dibunuh mati lagi.

Tan Ciu berdiam. Mereka ibu dan anak saling pandang.

Pek Pek Hap sekalian pun sudah menyusul datang.

"Tan Ciu." Berkata Pek Pek Hap. "Bukan jaman untuk sok2an menjadi seorang jago. Balik dan rundingkanlah untuk mengatasi keadaan ini."

"Tan Ciu." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay membuka mulut. "Kita harus mengumpulkan jago-jago kuat, meminta bantuan kawan-kawan baik. Setelah itu aku tidak akan mengganggu kau menuntut balas."

Semua orang berusaha untuk menahan Tan Ciu. Hasil dari perundingan itu adalah menarik kekuatan yang dapat membantu usaha mereka. Diantaranya kekuatan dari Guha Kematian dan jago-jago utara yang dikenal baik oleh Pek Pek Hap. Untuk menghubungi Guha Kematian, Tan Ciu mendapat tugas khusus. Dan untuk memanggil jago-jago utara, Pek Pek Hap bersedia mencalonkan dirinya.

Perundingan itupun selesai sampai disitu.

Pek Pek Hap menuju kearah utara.

Tan Ciu melakukan perjalanan kearah Guha kematian.

Menyingkirkan cerita Pek Pek Hap dan mengikuti perjalanan Tan Ciu.

Seperti apa yang telah diceritakan dibagian depan Guha Kematian berada dibawah asuhan Thio Ai Kie, Dengan mendapat bantuan Thio Ai kie, tentu saja kekuatan itu bukan kekuatan biasa.

Tak jauh dari Guha Kematian, berlari datang satu bayangan, langsung menghampiri Tan Ciu.
Jago muda kita menghentikan langkahnya.

Dia memperhatikan orang tua yang berada dihadapannya, tidak terlalu asing, inilah Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap yang mempunyai dendam pembunuhan muridnya.

"Kau?" Tan Ciu menduga buruk.

Murid Sin Hong Hiap terbunuh mati dibawah tangannya. Dan atas kejadian itu, mengikuti adanya yang kasar dan yang mau menang sendiri, Sin Hong Hiap pernah bentrok dengannya.

Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menganggukkan kepala.

"Kau baru tiba?" dia mengajukan pertanyaan.

Tan Ciu membawakan sikap siap tempur, dahulu dia bukan tandingan si jago tua, hampir saja mati dibawah tangannya. Beruntung Thio Ai Kie memberi pertolongan, maka dia luput dari kematian.

"Sin Hong Hiap, kau hendak mengadakan tuntutan atas kematian Chio It Chong?" Tan Ciu menegur.

"Ha..Ha..Ha..." Sin Hong Hiap tertawa.

"Mengapa tertawa?" bertanya Tan Ciu heran.

"Aku?!"

"Hee,, apa guna menyambung permusuhan? Hampir aku menjadi korban Thio Ai Kie. Dan muridku itupun salah sendiri. Kedatanganku bukan urusan itu...."

"Maksudmu?"

"Kau belum tahu, bahwa drama kehancuran hampir melanda Guha Kematian."

"Bahaya kehancuran?"

"Mari kita pulang." Berkata Sin Hong Hiap.

"Pulang??"

"Ng.... Aku menetap didalam Guha Kematian. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie melatih dan memperdalam ilmu kepandaian mereka, kurang berhati-hati, seret jalan masuk api. Aku tiba tepat pada waktunya, dikala aku masuk kedalam Guha Kematian, mereka masih kelejetan, cepat-cepat kutotok jalan darah mereka. Memberi perintah kepada Siauw Tin untuk meminta obat Thong Thian hoan. obat Thong Thian-hoan hanya berada di pulau Tong-hay, Siauw Tin pergi ke tempat itu.

"Aaaa...." Tan Ciu mengeluarkan seruan kaget.

Bersama-sama dengan Sin Hong Hiap, mereka lari kearah Guha Kematian. Seperti apa yang diceritakan Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie sangat mengkhawatirkan. Dua saudara itu salah melatih diri, hampir mati.

"Kita harus segera membantu Siauw Tin." berkata Tan Ciu.

"Mengapa?" Sin Hong Hiap belum mengerti.

"Salah satu dari tiga jago Tong-hay yaitu si kurus kering Kut Lauw Kui sudah menggabungkan diri dengan Sri Ratu Bunga, kedudukannya tentu tidak akan menguntungkan kita."

Diceritakan kejadian yang sudah terjadi di Sumur Penggantungan.

"Betul." Berkata Sin Hong Hiap. Dia dapat menyetujui pendapat si pemuda. "Siauw Tin meminta obat, belum tentu dapat."

Setelah mempernahkan dua saudara Thio, Tan Ciu dan Sin Hong-hiap meninggalkan Guha Kematian. Mereka menuju kearah Pulau Thong-hay, menyusul Siauw Tin yang meminta obat Thong thian-hoan.

Perjalanan menuju ke pulau Tong Hay dilanjutkan dengan menggunakan perahu, pengalaman-pengalaman Sie Hong hiap sangat luas, mereka menyewa perahu, menuju kelaut Timur.

Perahu yang membawa Tan Ciu dan Sin Hong Hiap meluncur dengan laju!

"Berapa lamakah melakukan perjalanan yang seperti ini?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.

"Kurang lebih dua hari." Sin Hong hiap memberi keterangan.

Satu hari lagi, Pulau Tong-hay sudah berada didepan mata, ternyata laju perahu berada di depan mata, ternyata laju perahu berada diluar dugaan mereka, begitu cepat berada di pulau Tong Hay.

Pulau Tong hay dijagoi oleh Kut Lauw Kui, Tay Tauw Kui dan Bu Ceng-kui, tiga akhli silat yang merajai pulau tersebut, kemudian ditempat ini sangat sepi sekali.

Tan Ciu dan Sip Hong Hiap tidak menemukan lain perahu, entah bagaimana keadaan Siauw Tin ditempat itu.

Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengadakan perundingan, mereka memisahkan diri, menyelidiki keadaan pulau itu secara terpisah. Sin Hong-hiap menuju ke Selatan, Tan Ciu menyelidiki bagian Utara Pulau itu.

Mengikuti penyelidikan Tan ciu, tampak pemuda ini merayap naik dari sebuah tebing batu.

"Siapa?" tiba-tiba terdengar suara bentakan dari atas tebing batu itu.

"Aku.." Tan Ciu memunculkan dirinya. Ia berhadapan dengan seorang lelaki tinggi.

"Sebutkan namamu." Bentak orang itu.

"Tan Ciu."

"Dengan maksud tujuan?"

"Bertemu dengan tiga jago Tong Hay."

"Ada urusan apa?"

"Boleh aku bicara langsung dengan mereka?" Tan Ciu tertawa.

Laki-laki itu memperhatikan si pemuda beberapa waktu, kemudian menganggukkan kepala.

"Baiklah" Dia mengajak Tan Ciu kepada sang majikan.

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now