Jilid 60

415 14 0
                                    

DI PUNCAK gunung Pek soat-hong.

Seorang pemuda memandang pandangan di bawah kakinya.

Siapakah pemuda itu?

Dia adalah murid si Putri Angin Tornado Kim Hong Hong, putra si Pencipta Drama Pohon Penggantungan Melati Putih Giok Hu Yong.

Namanya Tan Ciu!

Salju putih menutupi pemandangan, bagaikan kapas tipis, bunga-bunga salju bertaburan.

Tan Ciu tiba ditempat itu pada keesokan harinya, setelah ia meninggalkan sang ibu dibangunan luar biasa yang terletak dibawah tanah. Janji duel adalah dua hari lagi, dua hari dari waktu keberangkatannya.

Ia datang lebih cepat satu hari dari waktu yang ditetapkap.

Tan Ciu harus menunggu satu hari.

Memandang tidak ada orang, ia harus mencari tempat bermalam.

Hawa sangat dingin.

Tan Ciu melayang turun. dia dapat melihat adanya sebuah guha perlindungan. Langsung meluncur kearah itu.

Guha cukup untuk seorang, sangat gelap, tentunya sangat dalam.

Memeriksa sebentar, Tan Ciu mengayun kakinya maksudnya memasuki guha tersebut.

Tiba-tiba, terdengar suara bentakan seseorang.

"Hei!"

Tan Ciu menekan lajunya kaki, ia membatalkan diri. Berdiri dimulut guha, menolehkan kepalanya.

Seorang pemuda berkerudung jubah kulit macan tutul berdiri dihadapan jago kita.

Ditangan kanan pemuda berbaju macan itu memegang senjata bercagak, itulah garpu untuk menghadapi binatang buas.

Ditangan kiri pemuda itu menantang dua ekor kelinci liar. itulah hasil buruannya.

Dia seorang pemburu.

Tan Ciu tertegun.

Pemuda berpakaian bulu macan itu menegur lagi.

"Kau mau apa?"

"Ahk tidak?" Tan Ciu masih bingung,

"Huh, bukankah kau hendak memasuki guha itu." Bertanya lagi si pemuda berpakaian macan tutul.

"Oh, ya....."

"Mengapa boleh sembarang memasuki tempat tinggal orang?"

"Tempal tinggal orang?"

"Tempat tinggalku." Geram si pemuda pemburu.

"Rumahmu?! Kau tinggal didalam guha itu."

"Mengapa? Tidak boleh?"

"Oh..... Aku salah bicara."

"Hei mengapa tidak meminta ijin dahulu?"

Tan Ciu menyengir.

Bagaimana ia meminta izin? Sedangkan orang itu baru saja datang.

Mana diketahui, bahwa guha batu itu ada penghuninya?

pertanyaan-pertanyaan si pemuda berbaju macan sering menyimpang dan kebiasaan seorang yang berpikiran normal.

Mungkinkah sedang berhadapan dengan seorang pemuda sinting.

Tidak mungkin.

Orang itu masih pandai merawat diri. Masih bisa bersuara. Masih dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang seperti masuk di akal.

"Hei, apa yang sedang kau pikirkan?" Bertanya lagi pemuda berpakaian kulit macan.

"Oh . . ." Tan Ciu sadar dari lamunannya. "Sedang kupikirkan, mengapa kau tinggal di dalam sebuah guha?"

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now