Jilid 15

510 16 1
                                    

KEMBALI bercerita tentang Tan Ciu.

Setelah ditinggalkan oleh wanita berkerudung hitam yang misterius itu, si pemuda masih bengong saja ditempatnya. Tidak henti-hertinya ia berpikir, siapakah wanita tersebut?
Mengapa hatinya berdebar keras?

Tiba-tiba...

Terdengar suara rintihan orang. Itulah suara rintihan Su Hay Khek yang menderita luka parah.

Tan Ciu terkejut. Cepat ia menghampiri orang tua aneh itu.

Disana, Su Hay Khek terbaring lemah, keadaannya sunggah payah,napasnya sudah menjadi satu dengusan yang tidak teratur, seolah olah orang yang menantikan waktu ajalnya.

Tan Ciu menubruk ketempat orang tua itu.

"Cianpwee..." Ia memanggil.

Su Hay Khek masih berusaha tertawa, tertawa sedih, Ia terlalu banyak mengeluarkan darah.

Melihat hal ini, cepat Tan Ciu mengeluarkan obat Seng-hiat hoan-hun-tan!

"Cianpwee, makanlah obat ini!" Ia harus menolong orang tua itu!

Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala, ia menolak.

"Aku sudah tiada guna!" Ia berkata!

"Makanlah obat ini! ia akan membantu menambah darahmu!" Masih Tan Ciu berusaha.

Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala lagi, ia kukuh tidak mau menerima pemberian obat itu.

"Urat nadiku telah putus banyak." Ia berkata. "Tiada gunanya lagi... Obat mujarab apapun ... tidak dapat menolong ... urat nadi yang sudah putus."

"Cianpwe..." Tan Ciu mengucurkan air mata.

Su Hay Khek menyengir. "Jangan kau menangis." Ia berkata. "Setiap orang pasti mati... hanya bagaimana kematian ... yang menimpa dirinya ... Aku segera ma..ati... tetapi aku puas... Aku mati tak percuma ... "

"Tidak, Kau tidak boleh mati!"

"Suddhlah, biar bagaimana ... aku akan mati... Sebelum meninggalkan dunia ini ... Aku ingin meninggalkan tenaga kekuatanku ... kepadamu,"

"Cianpwe...."

"Duduklah didekatku." Perintah Su Hay Khek.

Tanpa banyak komentar, tangan kanan Su Hay Khek telah menempel diubun-ubun Tan Ciu.

"Jangan banyak pikir." Ia berkata cepat. "Satukanlah peredaran darahmu dengan peredaran darahku."

Tan Ciu mengikuti petunjuk orang tua aneh itu.

"Terjanglah Seng su seng-koan." Berkata lagi Su Hay Khek. "Cuci dan bersihkan di diri dua belas tingkatan peredaran jalan darah.. ..kemudian ... bersihkan diri dari segala pikiran ..... kumpulkan di Cit-seng-ceng meh."

Satu hawa hangat meresap masuk kedalam tubuh Tan Ciu, si pemuda telah menyatukan peredaran darah mereka, maka dengan mudah pertukaran peredaran darah itu menjadi satu.

Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Su Hay Khek telah mengeluarkan semua kekuatannya dan diserahkan kepada Tan Ciu.

Disaat ini, Tan Kiam Pek yang memutarkan peredaran darah Jelita Merah telah hampir selesai.

Wajah Jelita Merah yang pucat telah bersemu merah, suatu tanda bahwa ia telah bebas dari ancaman bahaya.

Tan Kiam Pek mengempos tenaganya yang penghabisan sekali dan selesailah penyembuhan dengan cara seperti itu.

Dilain bagian, tangan Su Hay Khek yang menempel pada Tan Ciu telah lemas, ia kehabisan tenaga.

Su Hay Khek mati.

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now