Jilid 48

383 14 0
                                    

THIO AI KIE berkata kepada Tan Ciu.

"Cerita yang akan kukisahkan ada hubungannya dengan Penghuni Guha Kematian itu,"

"Ooo..." Tan Ciu semaKin tertarik.

"Namaku Thio Ai Kie,..." Wanita itu mulai bercerita. "Dia Kho Liok." Tangannya menunjuk kearah peti mati merah ditengah-tengah ruangan.

Tan Ciu mengerti, tentunya pemuda yang didalam peti mati itulah yang dimaksudkan bernama Kho Liok.

"Kecuali kami berdua, tokoh ketiga adalah kakakku yang bertama Thio Bie Kie." Meneruskan cerita Thio Ai Kie. "Kami bertiga terlibat didalam kisah percintaan."

Tan Ciu sudah menduga akan hal itu, ia memasang kuping lebih tajam.

Thio Ai Kie meneruskan ceritanya.

"Kakakku sangat sayang kepadaku. kami dibesarkan bersama, tanpa ada kasih sayang orang tua, mereka telah tiada. Kami hidup bersama beberapa saat dan berguru kepada seorang nenek ahli silat yang bernama Kui Boh Cu. Dikala aku genap berumur dua puluh tahun, tidak sedikit pemuda-pemuda yang melamarnya, tapi semua lamaran itu ditolak ia tidak mau meninggalkan diriku. aku dianggap anak kecil, selalu membimbing diriku. Dikatakan olehnya, sebelum aku mendapatkan jodohku, ia tidak akan menikah dengan orang. Ia lebih suka diam dirumah, sedangkan aku sering berkelana, dengan ilmu kepandaian yang kumiliki, aku berhasil mendapatkan gelar Pendekar Wanita Berbaju Hitam....."

Thio Ai Kie menghentikan ceritanya, ia bermuram durja, tentunya sedang mengenang akan kejadian masa silamnya.

Tak lama Thio Ai Kie merenung, lalu meneruskan pula ceritanya.

"Karena kebinalan aku itulah. aku berkenalan dengan seorang pemuda yang bernama Kho Lok." sambung cerita wanita itu, "Kami saling jatuh cinta. Orang-orang yang mengiri pada cinta kami memberi tahu kepadaku. dikatakan bahwa pemuda bernama Kho Liok inilah ahli wanita. tukang mempermainkan wanita. penggoda wanita. Tapi tidak kuterima kisiKan-kisikan itu. Di sampingku. Kho Liok sangat baik dan patuh. tidak mungkin seorang hidung belang. kami sangat puas merantau kebeberapa tempat, dibawah buaian asmara kami melupakan semua kedukaan dunia."

"Dan kalian menikah?" Tan Ciu mengemukakan dugaan.

"Belum." Berkata Thio Ai Kie. "Desas-desus semakin santer segera kutanyakan kepada dirinya. dari mana asal desas desus itu. Ia menyangkal, dikatakan bahwa mereka tak tahu menahu, kecuali aku, ia belum pernah jatuh cinta kepada orang. Itu waktu aku meninggalkan kakakku, maka ia tak tahu juga tak dapat meminta pendapatnya. Kata-kata Kho Liok yang berkesan ialah, ia mengatakan telah melakukan suatu kesalahan besar. Kutanyakan, kesalahan apakah yang telah diperbuat? Ia tidak mau memberi keterangan yang lebih jelas. Betul-betul aku sangat cinta kepadanya. Maka urusan itu tidak kutarik panjang."

Tan Ciu mendengarkan cerita tersebut dengan penuh perhatian.

"Pada suaru hari." Thio Ai Kie melanjutkan cerita, "Kami bercakap-cakap tentang keluarga masing-masing. kukatakan bahwa aku masih mempunyai seorang kakak yang bernama Thio Bie Kie, wajahnya berubah. Dengan acuh tak acuh ia mendengarkan cerita itu tanpa suara. Dan dengan alasan sakit kepala ia berpisah. Itulah perpisahan untuk jangka waktu yang lama, tanpa pamit lagi ia meninggalkan diriku."

"Mungkinkah ada sesuatu yang menyangkut Thio Bie Kie cianpwe?" Tan Ciu mengemukakan pendapat.

Thio Ai Kie menganggukkan kepala.

"Musuh Thio Bie Kie?" bertanya lagi Tan Ciu.

"Bukan."

"Mengapa ia lari tanpa pamit?"

"Dia adalah kekasih Thio Bie Kie."

"A a a a .... "

"Ia mengatakan, pernah melakukan suatu kesalahan, itulah yang dimaksudkan. Sebelum kami berkenalan. Thio Bie Kie telah berhubungan dengannya, itu waktu aku sedang berkelana, maka tidak tahu hal tersebut. Bila aku tahu adanya hubungan diantara mereka, tentu aku dapat menghindari kisah percintaan."

"Kalian kakak dan adik sangat mengasihi, seharusnya mudah diselesaikan, bukan?" Berkata Tan Ciu.

"Akupun memikirkan begitu, segera pulang dan kutemui, Thio Bie Kie, kuceritakan semua kejadian, kuceritakan tentang semua yang menyangkut Kho Liok. Thio Bie Kie tidak mendengar habis semua kisahku tatkala mendengar nama Kho Liok disebut, ia jatuh pingsan. . . . Aku bingung. Cepat-cepat kusadarkan Thio Bie Kie. setelah ia sadar dari pingsannya, dengan marah mencaci maki diriku, belum pernah aku melihat ia marah besar seperti itu. Aku takut sekali. Ternyata kisah percintaannya dengan Kho Liok tidak sengaja, mereka telah melewati batas-batas persahabatan. tanpa disengaja cinta kakakku kepada Kho Liok hanya sepihak, sedangkan Kho Liok tidak cinta padanya. Kisah mereka dimulai setelah Kho Liok terluka, ia lari mendapatkan Thio Bie Kie. luka itu luar biasa, dikelabui musuh sehingga menerima bisa racun yang jahat. Thio Bie Kie berusaha menyembuhkan dirinya, didalam keadaan setengah sadar, mereka telah mengadakan hubungan yang melampaui batas, Setelah Pho Liok sembuh. dikatakan ia harus menuntut balas. dan ia pergi... Pergi untuk tidat kembali lagi. Thio Bie Kie merana, tapi aku tidak diberi tahu tentang penderitaan itu. Aku meninggalkan kakakku. kucari Kho Liok dibeberapa tempat. akhirnya aku berhasil menemukannya. Kutegur mengapa dia berani mempermainkan kami kakak beradik? Dikatakannya ia tidak bermaksud mempermainkan kami, orang yang dicintai adalah aku, sedangkan hubungan dengan Thio Bie Kie dilakukan tanpa sadar, itu waktu bisa racun belum semua keluar, ditambah dengan cinta Thio Bie Kie kepada dirinya, maka terjadilah tragedi tersebut... Ak cinta kepada Kho Liok tapi aku lebih cinta kepada kakakku. Kuanjurkan kepadanya agar kembali kesamping Thio Bie Kie, ia menolak. Kami bertengkar dengan hasil kesudahan matinya dia dibawah tajamnya pedangku."

"Aaaa .." Tan Ciu mengerti akan duduknya perkara dari hasil percintaan segitiga.

"Bukan maksudku untuk membunuh Kho Liok." Meneruskan cerita Thio Ai Kie. Suaranya menjadi sember. air matanya telah membasahi wajah setengah tua itu. "Dengan sedihaku menggendong jenazahnya, kubawa pulang dan kutemukan Thio Bie Kie kuceritakan segala kejadian yang telah terbentang dihadapannya, kesalahan tersebut tidak dapat diperbarui lagi."

"Thio Bie Kie cianpwee tidak dapat memaaffkan?" Bertanya Tan Ciu.

"Dengan jatuh bangun dari pingsannya, ia menangis sesambatan, mengapa aku berlaku ceroboh, membunuh orang yang kami cintai? Dikatakan aku kejam, tidak mau ia mempunyai seorang adik kejam, sifat-sifatnya berubah hampir menjadi gila, kulihat perubahan pada wajahnya, aku tinggalkan begitu saja. Mulai hari itu aku tinggalkan oleh dua orang yang kukasihi, Kho Liok mati. Thio Bie Kie lari, Untuk menebus dosaku, aku menetap disini, kukawani jenazah Kho Liok sehingga hari ini."

"Tidak ada kabar beritakah dengan Thio Bie Kie cianpwe?" Bertanya Tan Ciu.

"Dia adalah Penghuni Guha Kematian yang akan kau kunjungi itu."

"Aaaaa a......"

"Sifatnya telah berubah, aku diancam dilarang memasuki guhanya. setiap orang yang masuk kedalam guha tersebut akan mengalami tekanan jiwa. otaknya dimiringkan, mereka menjadi sinting dan linglung.

Thio Ai Kie selesai mengisahkan cerita tentang percintaan dan sebab musabab dari keluarga mereka.

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now