Jilid 62

358 13 0
                                    

ONG JIE Hauw menggendong Lie Bwee masuk ke dalam guanya.

Bagaimana Lie Bwee berdaya tidak mungkin melepaskan diri.

Meletakan Lie Bwee ditempat pembaringannya Ong Jie Haaw berkata.

"Inilah rumahku, seterusnya kau akan menetap ditempat ini."

"Tidak mau.. . ."

"Aha, mengapa kau tidak mau?"

"Aku tidak mau kawin denganmu."

Ong Jie Hauw tersenyum.

"Kau .. Kau tidak mau kawin dengan aku?" Ia bertanya.

"Betul!"

"Belum lama apakah yang telah kau katakan kepadaku?"

"Kukatakan kepadamu, aku hendak menggunakan tenagamu untuk membunuh pemuda yang bernama Tan Ciu."

Ong Jie Hauw mempentang kedua matanya lebar2. tidak percaya kepada kenyataan.

"Busuk sekali hatimu, he?"

"Kau baru tahu?"

Ong Jie Hauw menjadi marah, setiap orang yang mengetahui bahwa dirinya ditipu mentah-mentah, tentu sangat marah. Tangannya dikepal rapat-rapat.

Lie Bwee berkata, "Jangan harap kau mendapat tubuhku. Bila kau berani, bunuhlah!"

"Kau tidak mau diperistri olehku?"

"Tidak mau."

"Mana boleh?"

"Bunuhlah aku," Lie Bwee berteriak.

"Aha . ." Ong Jie Hauw tertawa, "Aku tidak mau membunuhmu. Aku hendak memperistrimu."
"Aku tidak mau . ."

"Harus mau," Ong Jie Hauw menerkam mangsanya.

Lie Bwee berusaha meloloskan diri. kemana pun dia lari, Ong Jie Hauw telah melintang dihadapannya.

"Aha . ." Si dungu tertaWa. "Ingin melarikan diri? . . ."

Kasihan seorang gadis yang tidak mempunyai kekuatan telah menjadi korban keganasan si dungu.

Didalam guha itu. telah terjadi drama penghinaan yang tidak dapat dielakkan.

Diluar, hujan salju turun lagi.

Dunia memutih, salju menutupi semua kotaran manusia.

pemandangan indah menutupi kejahatan masyarakat yang menjijikan.

Akhirnya salju pun berhenti.

Pergumulan diantara dua insan yang berada didalam guha itupun sudah selesai.

Terdengar rintihan tangis Lie Bwee.

Ong Jie Hauw selesai melampiaskan hawa napsunya ia telah mendapat kepuasan yang tidak terhingga.

Lie Bwee berpakaian, berjalan keluar, matanya telah menjadi benggul.

Ong Jie Hauw terkejut, dengan satu kali luncuran kaki, ia berhasil menyusul gadis itu.

Menghadang didepannya seraya berkata. "Hendak kemana ?"

"Pergi." Berkata lagi Lie Bwee singkat.

"Jangan pergi. Kau sudah menjadi istriku." Berkata si dungu.

Lie Bwee mendelikan mata.

"Minggir!" Ia membentak.

"Mengapa?"

"Bila kau tidak mau minggir, aku segera membenturkan kepala pada batu." Lie Bwee memberi ancaman.

"Mengapa tidak mau meniadi istriku?"

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now