Jilid 28

440 14 0
                                    

TAN CIU tidak diperbolehkan pergi dari Benteng Penggantungan.

Apakah maksud tujuan ketua benteng itu?

Tan Ciu belum paham, maka ia bertanya. "Kecuali kau memiliki dalih alasan untuk memusuhi. Siapakah orang yang mau membunuhku?"

"Si Telapak dingin itu." Berkata Tan Kiam Lam singkat,

"Bagaimana kau tahu?"

"Karena kau pernah bertemu dan berkunjung kepadaku. Ia tidak mengharapkan bahwa cerita tentang dirinya tersiar keluar. Hal ini akan tidak menguntungkan baginya. Ia akan berusaha membunuhmu. menutup sumber berita."

Tan Ciu tidak percaya.

"Bukalah pintu rahasia ini." Ia meminta, "Aku segera pergi."

"Aku tidak dapat membiarkan kau meninggalkan Benteng Penggantungan, Kau adalah putraku. Sebelum memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sebelum mempunyai pegangan yang cukup kuat untuk mengalahkan si Telapak Dingin, aku tidak dapat membiarkan kau pergi dari sini."

"Kau ingin menahan aku?" Tan Ciu mulai naik darah.

"Betul"

"Dengan segala daya upaya."

"Tentu."

"Tekadku sudah bulat, harus menerjang keluar dari Benteng Penggantungan."

"Tidak mungkin." Berkata Tan Kiam Lam.

Tan Ciu betul-betul marah. tangan kananya diayun memberi satu pukulan, arah tujuannya ialah Pintu rahasia.

Bummmm ....! terdengar suara gemuruh yang hebat, pintu batu itu pecah berhamburan. Luar biasa tenaga yang Tan Ciu kerahkan. sampai pintu batu itu pun tidak sanggup menerimanya.
Disana, telah terjadi lubang.

Wajah Tan Kiam Lam berubah, dengan geram ia membentak.

"Tan Ciu, kau ingin memaksa aku menggunakan kekerasan?" Suara Tan Kiam Lam geram, membuat orang yang mendengar bergidik, takut sekali.

Tan Ciu berdehem, katanya. "Ingin membunuh?"

"Bila kau tidak kenal budi, terpaksa, aku harus membunuhmu, tahu?"

"Terpaksa aku pun harus melawanmu, tahu?" Tan Ciu tidak mau kalah suara.

"Bila kau berani membongkar pintu itu segera kubunuh."

Untuk membuktikan ancamannya, Tan Kiam Lam lompat mendampingi sipemuda, maka bila perlu. ia dapat turun tangan dengan cepat.

Disaat yang sama. Tan Ciu telah mengayun tangan memukul pintu batu lagi, maksudnya segera meninggalkan ruangan ini.

Maka tangan Tan Kiam Lam juga bergerak. memukul tubuh sipemuda.

Tan Ciu segera memberi tangkisannya.

"Hkkk . . ." Tan Ciu terdorong mundyr sehingga empat langkah.

Kini Tan Kiam Lam telah menjaga didepan pintu.

Ternyata kekuatan Tan Ciu belum dapat mengimbangi kekuatan ayahnya, maka ia harus menerima kekalahan tadi.

Wajah Tan Ciu berubah. "Tan Kiam Lam, berani kau membunuh anak?"

"Mengapa tidak?" Tan Kiam Lam tidak kalah marah.

"Pukullah." Tan Ciu memasang dada.

"Kau sudah bosan hidup?"

"Boleh dicoba. siapa yang sudah bosan hidup!" Timbul niatan Tan Ciu untuk mengadu jliwa.

Tan Kiam Lam mendorong telapak tangannya perlahan maju kedepan, dari telapak tangan itulah keluar tenaga kekuatan yang dapat mematikan lawan.

Pohon Keramatحيث تعيش القصص. اكتشف الآن