Jilid 75

455 13 0
                                    

Kim Ie Mo-Jin dan Ratu Bunga Giok Hong mengadakan duel untuk menentukan calon pemimpin rimba persilatan.

Kim Ie Mo-Jin membuka serangan dengan tangan kanan disodorkan kedepan, sangat perlahan sekali.

Reaksi Giok Hong sangat cepat, dia menggeser posisi, dari atas kebawah, suatu gerakan yang tidak mudah dilakukan oleh manusia biasa.

Tangan Kim Ie Mo-Jin yang maju kedepan seperti hilang, begitu cepat gerakan itu, membawa tubuhnya berputar dan menangkis serangan lawan.

Bayangan Giok Hong Berkembang baik, semakin lama, semakin banyak, dan akhirnya tidak terpeta lagi, hanya melihat suatu gumpalan merah yang mengurung sinar kuning. Ternyata Kim Ie Mo-Jin juga liehay, tubuh Kim Ie Mo-Jin telah bergoyang, bagikan gasingan, menjelubungkan dirinya didalam sinar kuning didalam dan bayangan sinar merah didepan.
Tidak lagi terlihat gerakan-gerakan dari kedua orang itu.

"Plaaakkk..."

Kedua gulungan baju itu terpisah. Yang kuning diselatan, dan yang merah di utara. Wajah Kim Ie Mo-Jin dan Giok Hong sangat kaku sekali. Suatu tanda bahwa tidak seorang pun dari kedua orang ini yang dapat menarik keuntungan dari gebrakan-gebrakan tadi.

Mereka telah mengakhiri babak pertama.

Masing-masing telah mengirim sepuluh serangan berikut pertahanan, sepuluh jurus itu dilewatkan didalam satu kedipan mata. Suatu kecepatan yang tidak dapat dipadui oleh manusia biasa.

Masing-masing memuji ilmu kepandaian lawan, inilah lawan yang terkuat, Semakin berhati-hati dan semakin waspada.

Kim Ie Mo-Jin menggeser kaki kearah Timur, dari sini dia melejitkan kaki, sangat tinggi, dibarengi oleh suara pekikannya, dia menyerang Giok Hong.

Giok Hong tidak bergerak dari posisi semula, dia mengikuti gerakan Kim Ie Mo-Jin dengan kerlingan mata. Diakal musuh itu bergerak, diapun berpendak silat dengan tenaga dalam.

Giliran bayangan kuning yang mengurung gulungan baju merah.

Pergumulan babak kedua lebih hebat dari yang pertama, dikala bayangan-bayangan itu terpeta, perhitungan jurus angaka set tepat pada jurus ke tiga puluh.

Masih ada dua puluh jurus untuk menentukan kemenangan itu.

Kim Ie Mo-Jin menyusut keringatnya. Giok Hong mempertahankan jalan pernapasannya. sudah terempas empis. Mereka tidak bicara.

Dan disaat yang hampir bersamaan, mereka mengeluarkan geraman menerjang musuhnya menjadi pergumulan yang lebih berbahaya..

Empat puluh jurus telah dilewatkan, tanpa hasil kemenangan.

Pada jurus ke empat puluh lima, masing-masing mengundurkan gerakan mereka. Hanya lima jurus lagi untuk mencapai kemenangan, mereka lebih sayang melontarkan jurus-jurus tersebut, agaknya tidak mudah untuk menentukan kemenangan hari itu.

Kim Ie Mo-Jin mengibaskan tangan sekaligus melontarkan tiga jurus serangan!

Giok Hong lebih cepat, berpindah dua kali dia melontarkan lima jurus serangan, menghabiskan semua kesempatan.

Kim Ie Mo-Jin menambah lagi dengan dua kali bacokan tangan.

Mereka menyerang memaksa musuh berganti tempat, menyerang untuk menggantikan pertahanan. Inilah motto ilmu silat kelas tinggi.

Terdengar dua kali suara letupan. bayangan kedua orang terpisah, Mulut dan bibir kedua orang itu berceceran darah.

Masih belum ada putusan, siapa dari kedua orang itu yang mempunyai ilmu silat lebih unggul.

Batas pertandingan hanya lima puluh jurus, dan angka ini telah mereka tepati, belum ada kemenangan, pertandingan segera ditangguhkan, menunggu satu bulan kemudian setelah melatih diri lebih tekun, mereka harus bertanding kembali.

Pohon KeramatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang