jilid 4

980 24 0
                                    

ENAM orang itu bangun duduk. Mereka mengucek-ucek mata. jiwa mereka baru lolos dari lubang jarum. Mereka ragu-ragu dan kurang percaya, bahwa mereka masih hidup.

Keenam orang itu saling pandang dengan perasaan seram, curiga dan takut.

Si Juta Bisa mengeluarkan hembusan napas dalam yang panjang. Lima orang lainnya memandang kearah kawan tukang main bisa ini.

"Bagaimana?" Pengemis Sakti Bermata Satu mengajukan pertanyaan.

"Eh, mengapa kurang seorang ?"

"Siapa ?"

Mereka memeriksa dirinya dan betul saja disana telah susut seorang, siapakah yang tidak ada itu?

"Thung-tayhiap!!!" Lie Kee Ceng berseru keras.

Mengapa kepala pemimpin mereka yang tak ada? Kemanakah perginya si Cendekiawan Serba Bisa itu?

Letak Thung Lip berada didekat si Juta Bisa, Pedang Penembus Langit, mengapa kini tidak terlihat?

Terdengar lagi suara Si Buddha Alim,

"Hei lihat!"

Mata semua orang tertarik kearah yang ditunjuk. Itulah Pohon Penggantungan. Entah kapan, disana menggelantung seseorang, itulah gadis berbaju putih yang mati dan menjadi korbannya tahun ini.

"Aaaaa...." Lagi-lagi. Pohon Penggantungan meminta korban!

Keenam orang itu diserang rasa takut yang tak terhingga, diatas pohon masih berdayung-dayung jenazah gadis itu.

Sukma para jago hampir keluar dari tempatnya. Dalam waktu yang singkat, diatas pohon Penggantungan telah dijerat seorang, tanpa diketahui oleh mereka. Dan yang aneh, si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip lenyap tanpa bekas-bekasnya.

Untuk menghilangkan rasa takut, mereka segera meninggalkan tempat itu dengan perasaan seram dan ngeri.

Berjalan tidak jauh, didepan mereka muncul seseorang, datangnya sangat mendadak, lagi lagi enam orang itu dikejutkan.

Pengemis Sakti Bermata Satu yang berjalan dipaling depan mengeluarkan suara keras.

"Kau!!"

Orang yang menghadang kepergian mereka adalah si pemuda angkuh Tan Ciu.

Terlihat pemuda ini tersenyum aneh, dengan suara dingin berkata.

"Betul."

Ke enam orang itu mundur ke belakang, Tan Ciu maju dua langkah.

"Eh, kalian mengapa?" Ia mengajukan pertanyaan.

Pengemis Sakti Bermata Satu memandang Pek Gie Kie. Dengan satu kerlingan mata meminta pendapat kawan itu.

"Tentunya dia!" Berkata si Pedang Penembus Langit.

"Aku? apa?" Tan Ciu tidak mengerti. Maka ia mengajukan pertanyaan.

Semua orang telah dirundung ketakutan terus menerus, hawa kumpulan ini menjadi suatu kemarahan yang tidak dapat ditampung. Terlihat si Juta Bisa maju membentak, "Demi Thung-tayhiap, mari kita menuntut balas!"

"Betul."

"Minta pertanggung jawabannya."

"Bunuh saja."

Pergolakkan itu semakin meningkat. Orang yang pertama kali bergerak ialah si Pengemis Sakti Bermata Satu, tangannya dikedepankan memukul pemuda itu.

Juta Bisa, Lie Kee Ceng, Thiat Kiam Khek dan Pedang Penembus Langit tak tinggal diam, serentak, merekapun memukul pemuda itu.

Tan Ciu mendapat serangan lima orang tokoh kuat. Kecuali si Buddha Alim, tak seorang pun yang menaruh simpati pada pemuda angkuh ini, mereka menduga pasti, bahwa Tan Ciu mempunyai hubungan yang erat dengan Pohon penggantungan.

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now