Jilid 47

413 12 0
                                    

TAN CIU memasang kuping panjang-panjang.

Dan wanita itu mulai bercerita, "Aku Thio Ai Kie......"

Entah mengapa, ia menghentikan katanya, memandang kearah luar, matanya menunjukkan sinar tajam.

"Mengapa?" Bertanya Tan Ciu tak mengerti.

"Ada orang datang." Berkata wanita yang bernama Thio Ai Kie itu.

Tan Ciu memandang keluar. tidak terlihat ada sesuatu yang mencurigakan, Ia memasang kuping juga tidak ada urusan lain. kecuali suara hujan yang masih belum berhenti.

"Ada orang?" Tan Ciu kau kurang percaya,

"Benar." Berkata Thio Ai Kie. "Ia seJdng menuju kearah kita."

"Ach. tidak kudengar adanya suara langkah kaki itu."

"Kini jaraknya semakin dekat. hanya seratus meter lagi."

Bila apa yang dikatakan oleh wanita jtu benar hal itu sungguh sulit dibayangkan.
Mungkinkah dapat mendengar suara derap langkah seseorang yang masih berada dijarak seratus meter? Sedangkan keadaan itu masih turun hujan? Suara berisiknya angin ribut turut mengganggu. Betapa hebat ilmu pendengaran wanita yang bernama Thio Ai Kie ini.

Thio Ai Kie berkata.

"Aku hendak bercerita tanpa gangguan. Tapi orang ini akan segera tiba."

"Ia masih datang?"

"Arahrya tidak berubah. Kukira ia akan datang untuk menghindari serangan hujan."
"Tentunya kemari?"

"Betul. . . Eh. . . Heran. rumahku belum pernah mendapat kunjungan orang. Hari ini, setelah kedatanganmu, muncul lagi orang ini. ia datang lebih dekat."

Kuping Tan Ciu sudah dapat menangkap suara derap langkah kaki orang yang baru datang, ia harus memuji ketajamannya kuping Thio Ai Kie. dapat mendengar suara yang dua kali lipat dari pendengaran dirinya.

Tiba tiba ....

Terdengar suara pintu diketuk orang>

"Siapa ?" Bertanya Thio Ai Kie.

"Seorang pengembara yang ditimpa hujan. dapatkah memberi kelonggaran untuk meneduh."

"Silahkan."

Pintu itu didorong, dan seorang tua berjalan masuk.

Melihat wajah itu, tiba-tiba Tan Ciu berteriak. "Kau!?"

Orang itu pun melihat adanya Tan Ciu. ia juga terkejut.

"Kau?" Terlihat sekian perobahan pada wajahnya yang menjadi terang.

Kedua araog itu saling pandang,
Thio Ai Kie menyaksikan hal tersebut memandang kedua tamunya, ia bertanya. "Kalian saling kenal ?"

"Lebih dari kenal." katanya. "Kedatanganku ketempat ini dengan maksud tujuan mencari dia."

Siapakah yang mencari Tan Ciu?

Orang yang mengejar Tan Ciu sehingga sampai digunung Ceng-in adalah si Pendekar Angin Sin Hong Hiap.

Bagaimana Sin Hong Hiap dapat mengejar datang? Bagaimana ia tahu bahwa Tan Ciu sedang menuju gunung Ceng-in ?

Ini adalah suatu pertanyaan.

Memandang Tan Ciu beberapa saat. lalu Hong Hiap berkata kepadanya.
"Ho ho.... bila tidak diganggu oleh hujan, perjalanan akan kuteruskan, gagallah aku menemukanmu."

"Kedatanganmu khusus mencari aku?" Bertanya Tan Ciu heran.

"Betul, sebelum kau masuk kedalam Gua Kematian, aku harus menemukanmu."

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now