Jilid 53

410 14 0
                                    

DI DALAM sebuah gua berdiri tiga wanita dan seorang laki-laki, mereka adalah Thio Bie Kie. Thio Ai Kie. Siauw Tin dan Tan Ciu.

Dipembaringan, tertidur seorang gadis berbaju puiih, itulah Cang Ceng-ceng.

Tan Ciu berkata. "Cianpwe, lekaslah menolong dirinya,"

Thio Bie Kie berkata. "Jangan khawatir, telah kujanjikan untuk menolong dirinya. Kau boleh melegakan hati."

"Telah terlalu lama ia dikekang oleh ilmu Ie-hun Tay-hoat." Tan Ciu memberikan keterangan.

"Aku tahu. Sebelumnya aku hendak bertanya, bagaimana hubunganmu dengannya?"

"Kawan biasa." Berkata Tan Ciu.

"Kawan biasa?" Mengulang Thio Bie Kie. "Bukan kekasihmu."

"B e t u l."

"Timbul niatanku untuk menyerahkan sesuatu kepadamu ?"

Kemudian memandang sang adik, dan Thio Bie Kie berkata. "Moay-moay umur kita sudah tua bukan?"

"Maksudmu? Thio Ai Kie belum mengerti.

"Apa guna kita mengangkangi ilmu kepandaian, tanpa digunakan?"

Thio Ai Kie segera dapat menduga maksud tujuan kakak itu.

"Kau artikan."

"Ada baiknya menyerahkan ilmu kepandaian kita, dengan demikian. kita dapat membalas budi jasanya."

"Setuju." Thio Ai Kie berteriak.

Tan Ciu tertegun. Kejadian yang berada diluar dugaannya,

Maksudnya Tan Ciu masuk kedalam Guha Kematian untuk menolong Cang Ceng-ceng. tentu harus mengadakan sedikit pengorbanan, jiwanya sudah siap disumbangkan. Kini ia batal mati. bahkan mendapat hadiah ilmu silat. Sungguh diluar dugaan.

Siauw Tin menarik lengan baju si pemuda dan berkata kepadanya, "Lekas kau ucapkan terima kasihmu."

"Mengucapkan terima kasih?"

"Betul. Mereka akan memberi pelajaran ilmu silat kepadamu."

"A a a a ... Mana boleh?"

Thio Bie Kie berkata. "Mungkinkah segan kepada ilmu silat Guha Kematian? Ilmu sesat kau kira?"

"Oh. tidak pernah terpikir sampai kesitu." Cepat Tan Ciu berkata.

Thio Ai Kie juga berkata.

"Tan Ciu, kau hendak melawan orang-orang kuat menuntut balas. Bila kau bersedia menerima ilmu silat kami, tentu mendapat kemajuan yang pesat."

Tan Ciu mengucapkan terima kasihnya.

Thio Bie Kie berkata. "Ilmu kami tidak mudah dipelajari, kau harus tinggal didalam Guha Kematian untuk beberapa waktu."

"Tentu." Tan Ciu tidak keberatan.

Menunjuk kearah Cang Ceng-ceng, Thio Bie Kie berkata. "Kau dapat ditinggalkan olehnya."

"Akh, cianpwe pandai bergurau. Ternyata cianpwe sangat ramah, seperti tadi, sangat galak sekali."

Thio Bie Kie tertawa.

Siauw Tin mengikuti percakapan mereka, didalam hati gadis ini, timbul semacam perasaan yang sulit dikeluarkan.

Thio Bie Kie telah menghampiri perbaringan, memegang dan memeriksa urat nadi Cang Ceng-ceng, tiba-tiba ia berteriak.

"Hee, mengapa boleh terjadi seperti ini?"

Tan Ciu terkejut.

"Mengapa?" Si pemuda menjadi khawatir.

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now