Jilid 24

453 15 0
                                    

MENGETAHUI bahwa Tan Ciu menyerang, tiga orang baju hitam melintangi pedang mereka, dengan kekuatan tenaga tiga orang, mereka menerima serangan si pemuda.

Trangggg.....!

Mereka segera terpisah lagi.

"Tan siauwhiap, serahkanlah mereka kepadaku." Ia meminta.

Tan Ciu menggoyangkan kepala.

"Tidak!" Ia tidak setuju "sebelum mendapat izinku jangan kau ikut campur."

Terpaksa Cang Ceng Ceng mundur lagi.

Dua wanita dan seorang laki-laki berbaju hitam itu mengurung Tan Ciu ditengah.

"Kalian tidak mengijinkan kita masuk ke dalam lembah?" Tan Ciu masih menghindari pertempuran.

"Tidak." Jawaban ini sangat pasti.

"Baik, bersiap-siaplah untuk menerima seranganku."

"Silahkan..." Tiga orang baju hitam telah menggabungkan diri menjadi satu.

Tan Ciu membentak keras, pedangnya terayun menyapu tiga lawannya. Inilah serangan maut, hebat luar biasa, si pemuda telah mengerahkan semua kekuatannya, ia harus cepat-cepat menemui ketua Benteng Penggantungan, Maka tidak mengenal rasa kasihan lagi. Wanita baju hitam menutup serangan itu dengan pedangnya. Dua kawan lainnya menyerang dari kanan dan kiri, demikian agar Tan Ciu tidak dapat memusatkan satu tujuan. Sebentar saja mereka telah saling gebrak tiga jurus.

Tan Ciu lebih gesit, lebih cepat dan lebih galak, ia berada diatas angin. Cang Ceng Ceng menunjukkan rasa girangnya, wajahnya menjadi terang. Tiga orang baju hitam menjadi terkejut, sungguh berada diluar dugaan mereka. Seorang pemuda yang baru berumur belasan tahun mempunyai kekuatan seperti ini.

Trangggg.....

Terjadi lagi benturan pedang, lelatu berterbangan keempat penjuru. Tanpa menghentikan gerakan senjata. Tan Ciu menyerang lagi. beruntun sampai dua kali.

Hal ini tidak mungkin diikuti oleh lawan-lawannya, kecepatan sipemuda adalah kecepatan kilat yang lewat, hanya terdengar suara jeritan yang mengerikan, kepala wanita baju hitam itu telah melayang terbang, darah bertaburan ditanah.

Dua orang berbaju hitam lainnya mengundurkan diri, wajah mereka menjadi pucat.

"Tidak mau memberi tahu kedatanganku!" Tan Ciu mengancam.

Dua orang itu gemetaran, tetapi mereka masih ingin mengadu jiwa, disaat yang hampir sama, dua orang itu mengayun pedang mereka tanpa memperdulikan keselamatan diri sendiri.

Tan Ciu menyabetkan pedang. dan menariknya kembali. Terdengar lagi dua kali jeritan ngeri dua orang itupun menjadi korban keganasan pedang si pemuda, Tan Ciu berhasil menyingkirkan tiga pelintang jalan itu, Cang Ceng Ceng maju dan pemberi pujian,

"Ilmu pedangmu cukup lumayan."

Hati Tan Ciu tergetar. Cukup lumayan? Didalam hati ini, bukankah mengatakan bahwa ilmu pedang gadis itu masih berada diatas dirinya? Ia memandang gadis tersebut, Mungkinkah gadis yang lemah ini mempunyai ilmu silat yang hebat?

Mereka meneruskan perjalanan dan masuk ke dalam lembah.

Tiba-tiba.......

Terdengar suara dingin dari celah-celah batu gunung.

"Ilmu pedang yang cukup hebat!"

Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menghentikan langkah mereka memeriksa keadaan disekitarnya tidak terlibat orang yang bicara tadi.

"Mereka bersembunyi dibalik batu." Berkata Cang Ceng Ceng.

"Ng ..."

Terdengar lagi suara orang Benteng Penggantungan itu. "Lebih baik kalian keluar dan segera meninggalkan lembah ini."

Pohon KeramatWhere stories live. Discover now