RADION || 57

141 15 1
                                    

Radion dan Raiden sekarang sudah berada di tribun lapangan basket. Kebetulan lapangan basket sepi. Tidak ada kegiatan olahraga di sana.

Sesuai janji Raiden, lelaki itu akan menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan di pikiran Radion. Ia sengaja tidak mengajak teman-temannya yang lain. Ia ingin berbicara empat mata dengan Radion.

Sudah lima menit mereka duduk di sini tanpa memulai pembicaraan. Raiden melirik Radion yang berada di sebelahnya.

Lelaki itu hanya menatap lurus ke arah lapangan sembari meletakkan tangannya di atas pahanya. Menopang tubuhnya.

"Gue nggak bermaksud buat sembunyiin dari lo. Gue cuma cari waktu yang tepat. Gue nggak mau lo sampai drop." Raiden akhirnya berbicara.

"Cari sampai waktu yang tepat atau sampai gue yang tau sendiri kebenarannya?" Radion menatap Raiden.

"Alula pasti dipaksa dan diancem, Rad. Lo pasti tau itu."

"Ini bukan saatnya lo marah sama dia. Dia dalam bahaya. Galen bisa ngelakuin apa aja ke dia."

Perkataan Raiden barusan sepertinya tidak dipedulikan oleh Radion. Terbukti dengan wajah lelaki itu yang masih tetap sama. Ia sangat keras kepala.

"Galen nggak bakal ngapa-ngapain dia selagi dia nurut."

"Kita nggak akan pernah tau, Rad. Lo tau kan sebangsat apa Galen sekarang?"

"Lo tau kan Den sepercaya apa gue sama Alula?" Radion kembali menatap lelaki itu.

Raiden diam.

"Dia ngehancurin kepercayaan gue. Gue berusaha yakinin dia buat jalanin masalah ini sama-sama."

"Gue punya plan sama dia, Den. Gue punya plan sama dia buat selesain masalah ini sama-sama. Tapi, bukan hal ini yang justru mau gue denger."

"Bukan berita dia pacaran sama Galen yang mau gue denger."

Raiden menghembuskan nafasnya kasar. Ia terdiam sejenak, begitupun Radion yang tengah mengatur nafasnya.

"Harusnya dia bilang sama gue dari awal. Gue nggak akan semarah ini dan gue bakal berusaha ngelepasin dia dari Galen gimanapun caranya."

"Tapi sekarang semuanya udah terlanjur dan gue nggak tau harus apa."

"Tetep lakuin apa yang mau lo lakuin sebelumnya, Rad." Raiden bersuara. Menatap Radion yang sudah bangkit dari duduknya dengan tatapan memohon.

Radion menggeleng perlahan. "Gue nggak tau."

Setelahnya lelaki itu pergi meninggalkan Raiden sendirian di sana.

****

Alula sibuk berlarian di koridor sekolah sambil membawa sebungkus makanan yang dibelinya dari kantin.

Perempuan itu hanya melihat teman-teman Radion di kantin, tidak dengan lelaki itu.

Alula sudah mencari Radion ke ruang musik, halaman sekolah, perpustakaan, tetapi ia belum juga menemukan keberadaan lelaki itu.

Saat melewati kelasnya, tak sengaja Alula melihat Radion dari jendela kelas lelaki itu.

Ia menghentikan langkahnya seketika. Matanya menyipit, memastikan bahwa orang yang ada di dalam benar-benar Radion.

Rupanya benar, itu Radion.

Radion sedang tidur di atas kursi yang sengaja ia susun memanjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang