RADION || 43

567 58 7
                                    

"Oh, halo, Tante. Galen nya ada di rumah, kan, Tante?"

"Galen lagi di rumah sakit. Kemarin malem kecelakaan. Tante juga kaget pas di telepon sama rumah sakit di suruh ke rumah sakit."

"Kecelakaan?! Kondisinya gimana sekarang, Tante?"

"Alhamdulillah, Galen nggak apa-apa, kok, tenang aja. Cuma luka-luka. Tapi Tante nyuruh dia buat di rawat, biar nggak keluyuran dulu."

"Rumah sakit mana, Tante? Radion boleh ke sana sama temen-temen?"

"Gue minta maaf ya udah ngeyel semalem. Terutama sama lo, Rad. Gue minta maaf karena udah berani ngelanggar lo." Radion mengangguk sambil menatap Galen yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit.

Sebenarnya kondisi lelaki itu tidak ada yang serius. Hanya luka-luka biasa.

Radion baru bisa menghubungi Galen pada pukul delapan pagi. Itu pun yang mengangkat telepon Mamanya, karena pada saat itu Galen masih tidur.

Setelah diberitahukan Galen berada di rumah sakit, Radion langsung memberikan info tersebut kepada anak-anak Camelion yang lainnya. Mereka baru sampai pada pukul sepuluh pagi.

Tetapi yang tersisa di sini hanyalah Radion dan anak-anak inti Camelion. Tadi lumayan banyak anggota lain yang menjenguk. Rafael juga datang membawa teman-temannya, tetapi tadi baru saja pulang.

"Kebiasaan lo mah, Len."

"Ya maaf, Den. Semalem gue udah kesel banget, makanya nggak dengerin lo pada."

"Makasih ya lo pada udah mau jengukin gue. Tau aja gue suka dibawain banyak makanan." Lelaki itu terkekeh karena senang di mejanya banyak sekali buah dan makanan.

"Untung lo temen gue, Len." Zean menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue nggak jadi dapet sepuluh juta, deh."

"Sepuluh juta apaan?" Tanya Daplo.

"Itu, kemarin gue di ajak taruhan sama Cakra. Kalo Galen menang, gue harusnya bisa dapet sepuluh juta, tuh."

"Berani banget lo ikutan taruhan begitu. Sama aja kayak Galen," omel Raiden.

"Ya abisnya si Cakra ngeselin. Lagian juga pas babak pertama Galen udah menang. Gue udah yakin banget tuh kalo gue bisa dapet sepuluh juta."

"Tapi polisi malah bubarin semuanya." Saat mengucapkan itu, nada bicara Zean berubah pelan.

"Pertama kalinya gue dikejar-kejar polisi. Biasanya cuma satpam sama warga-warga," ujar Arlan.

"Iya, sama. Sampe deg-deg an gue."

"Untung semalem pintu rumah gue belum di kunci."

"Semalem lo ketangkep sama polisi, Len?" Semuanya langsung menoleh ke arah Radion.

Galen menggaruk-garuk kepalanya. "Alasan gue bisa kecelakaan gara-gara gue panik mobil polisi ngikutin gue. Awalnya gue nggak tau apa yang sebenernya lagi terjadi."

"Abis itu gue nabrak batu gede, terus jatuh. Gue di bawa ke rumah sakitnya sama tukang ojek yang kebetulan lewat. Jadi, intinya gue nggak ketangkep polisi, sih." 

"Kalo kita tiba-tiba di tangkep gimana?! Tuh polisi bisa aja ke sekolah kita kan besok?" Zean langsung panik.

"Paling yang di tangkep Galen, kan dia yang balapan liar."

Galen mendelik ke arah Arlan. "Sialan lo, Lan!"

"Untuk di tangkep atau nggak nya, gue juga nggak tau. Kalo di tangkep, kita paling bakal di introgasi sama polisi. Tapi gue yakin kok kita nggak bakal salah di sini. Tenang aja."

RADIONWhere stories live. Discover now