RADION || 10

1.6K 166 58
                                    

"Mau sampai kapan kita kayak gini? Kalau kayak gini terus, kita nggak akan punya penerus Camelion yang baru. Anggota baru dan kandidat anggota inti baru juga nggak ada."

"Bener, kalau kayak gini caranya, Camelion bisa kalah telak dari Blidvinter. Masa kita kalah dari mereka cuma gara-gara masalah ini? Secara kita sama mereka aja kuatan kita."

Radion bangkit dari duduknya. "Maaf kalau gue lancang sama masalah kalian. Tapi, kenapa kalian nggak buka kandidat baru aja sekarang? Pasti banyak yang mau masuk ke sini. Itu kesempatan buat kalian, kan? Lagian juga ini masih awal kenaikan kelas. Masih banyak waktu, kan?"

"Tahun kemarin sih banyak. Sampai capek ngurusinnya. Lembur kita. Tapi dengan kondisi Camelion yang sekarang, mana bisa sih kita nambah anggota baru, Rad? Orang-orang di luar sana juga pasti ogah. Itu yang ngebuat kita undur terus tanggalnya. Kalau Camelion baik-baik aja, pasti dari bulan kemarin kita juga udah mulai cari kandidat yang baru."

"Kenapa lo pada harus takut?" Semua mata langsung tertuju ke arah Radion.

"Lo pada sendiri bilang kan kalau Camelion nggak boleh kelihatan lemah, apalagi di mata para musuh kalian? Kalau kayak gini caranya, sama aja lo pada nunjukin kelemahan lo secara nggak langsung."

"Mau sampai kapan juga lo nutup-nutupin dari orang-orang? Pasti mereka bakal tahu juga kok pada akhirnya. Kasih tahu aja mereka yang sebenarnya, nggak usah takut bikin citra Camelion jelek di mata orang-orang. Banyak banget kan anak-anak yang mau jadi bagian dari Camelion? Blidvinter juga kalah jauh dibandingkan sama Camelion."

"Mereka selalu kalah setiap kalian tempur, kan? Mereka yang nyari ribut duluan, mereka juga yang kalah. Harusnya mereka yang malu, bukan Camelion. Walaupun sering kalah, Blidvinter tetep optimis buat terus berdiri. Walaupun mereka sering kalah, peminat buat jadi bagian dari Blidvinter juga bisa di bilang nggak sedikit. Mereka sampai sekarang aja bisa berdiri, setelah bertahun-tahun selalu kalah dari kalian."

"Apa lagi yang mau ditakutin sama lo semua? Gue yakin peminat Camelion lebih banyak dari Blidvinter. Ini cuma masalah di diri lo pada yang terlalu takut buat ngejalanin. Selain kalian lihat mereka sebagai musuh, lihat mereka juga sebagai patokan kalian. Coba berani! Kalau nggak di coba, lo pada nggak akan pernah tahu hasilnya."

Semua yang ada di dalam markas Camelion saat itu berhasil di buat bungkam oleh Radion.

****

"Kenapa ke sini? Udah selesai nyalinnya?" Tanya Raiden ketika melihat Alula datang menghampiri dirinya dan teman-temannya.

Alula sedikit bernafas lega karena tidak ada Radion di antara mereka. Entahlah ke mana perginya cowok itu. Setidaknya Radion tidak melihat dirinya di suruh-suruh seperti ini oleh Raiden dan teman-temannya. Cowok itu pasti akan mengamuk dan langsung menolongnya.

Tetapi di satu sisi, Alula juga berharap Radion datang dan menegur teman-temannya itu.

Ah sudah, lah. Alula terlalu banyak berharap. Radion tidak akan selalu menolongnya.

"Udah. Nih, buku kalian!" Alula menyodorkan beberapa tumbuk buku kepada mereka.

"Emang bener, lo punya keahlian menulis yang cepet." Daplo geleng-geleng kepala sambil membolak-balikkan buku tulisnya.

RADIONWhere stories live. Discover now