RADION || 25

913 85 29
                                    

"GUE BILANG SAMA LO, JANGAN PERNAH MACEM-MACEM SAMA GUE KALAU LO NGGAK MAU GUE BUAT BEGINI LAGI!" 

Gadis itu lagi-lagi kembali meringis di lantai. Ia di benturkan lagi ke sana, membuat tangannya kembali lebam. Tetapi kali ini lebih sakit sampai ia mengeluarkan air matanya.

"Gampangan ya lo ternyata? Berani banget ngajak cowok masuk ke rumah malem-malem. Gila lo!"

"Pacaran lo sama dia?!" Bentaknya.

"Nggak."

"Bagus lah kalau lo nggak pacaran sama dia."

"Denger, ya!" Pria yang tengah memakai sweater hitam itu memegang pundak gadis di depannya dengan kuat.

"Lo nggak boleh deket-deket sama cowok manapun, kecuali sama gue!"

"NGERTI LO?!" Gadis itu tersentak. Ia hanya bisa mengangguk samar, dari pada lelaki di hadapannya melakukan hal yang lebih kepadanya.

"Hidup lo bergantung sama gue. Lo macem-macem sama gue, lo bakal terima akibatnya!"

****

"Woi!"

Bola basket itu mengenai punggung Radion yang sedang mengobrol di pinggir lapangan bersama teman-temannya.

Radion dan yang lainnya menoleh. Mendapati Abimanyu serta antek-anteknya yang sudah berada di belakangnya.

"Mau ngapain lo?!" Tanya Raiden.

"Udah lama nggak berantem. Karena lo pada lagi di awasin sama Pak Arthur, pasti lo pada nolak ajakan gue buat berantem."

"Nggak usah nyari ribut," dengus Arlan.

"Santai! Gue cuma mau ajak tanding basket di lapangan sekarang. Sebagai ganti juga karena lo pada pasti takut kalau gue ajak berantem."

"Gue nggak takut, anjing! Mau berantem di sini? Sekarang? Gue juga gas!" Daplo menyikut lengan Zean.

Abimanyu tertawa. "Jadi gimana? Dua puluh menit sebelum bel selesai. Lo pada terima nggak ajakan gue buat tanding basket?"

"Tenang aja, gue nggak nuntut apa-apa kalau lo pada kalah. Kita main biasa aja. Semua orang juga tahu kalau pasti kita yang menang. Apalagi gue kan anak basket." Abimanyu memutar bola basket di jarinya.

"Sombong amat lo. Gue juga bisa kalau main basket doang, mah." Galen berdecih.

"Udah lah terima aja," kata cowok itu lagi.

"Oke." Tanpa banyak cakap, Radion langsung menerima ajakan Abimanyu tersebut. Cowok itu mengambil bola basket yang ada di tangan Abimanyu lalu berjalan menuju lapangan diikuti teman-temannya yang lain.

"CAMELION, CAMELION, CAMELION!!" Seruan tersebut berasal dari siswa-siswi yang mendadak mengerubungi area lapangan. Ada pula yang menonton dari koridor lantai dua dan tiga.

Alula, Mora, Archa, Nara, dan Kezia pun langsung keluar dari kelas mereka. Tidak peduli dengan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran mereka. Yang terpenting sekarang adalah, menonton mereka bertanding di lapangan.

"BLIDVINTER, BLIDVINTER, BLIDVINTER!!"

Kedua kubu itu sudah berdiri berhadapan di lapangan. Karena anggota inti Camelion berjumlah lima, maka Zean tidak ikut di permainan pertama. Cowok itu akan ikut di permainan kedua.

"Bolanya buat lo aja," ujar Abimanyu.

Dalam hitungan detik, mereka semua sudah berada di posisi masing-masing dengan bola pertama ada di tim Radion. Setelah waktu di mulai, Radion dengan cepat langsung membawa bola tersebut ke ring lawan. Mengoper dan memasukkannya dengan mudah.

RADIONWhere stories live. Discover now