RADION || 33

676 72 4
                                    

"Kasian ya Camelion. Sebelumnya mereka nggak pernah dapet masalah yang begini-begini." Mora bersuara.

Malam ini, Mora mengajak teman-temannya untuk bertemu di sebuah restoran. Niatnya Mora ingin mengobrol-ngobrol saja. Alula juga ada di sana.

"Iya, bener. Sekolah mendadak sepi nggak ada mereka. Biasanya Zean sama Galen paling berisik di kantin. Nyamperin meja cewek satu-satu terus ngegombal." Nara geleng-geleng kepala memikirkan tingkah kedua lelaki playboy itu.

"Ini baru hari pertama mereka di skors, tapi gue udah kangen lihat muka Arlan." Kezia menggumam sambil memakan spaghetti carbonara pesanannya.

"Kangen? Sejak kapan lo jadi kangenin dia?" Mora berdecih.

"Sejak kemarin. Gue kangen lihat ATM berjalan di sekolah. Gue nggak bisa modus minta dibayarin mie ke dia lagi, deh."

"Dasar tukang modus." Nara geleng-geleng kepala.

"Harus modus, Ra. Kalau gue nggak modus di depan dia, mana bisa gue bikin dia kenal sama gue? Sekali kedip aja, dia udah lupa kali sama bentukan muka gue."

"Terserah deh, Kez. Nggak biasanya gue lihat lo gencar banget deketin cowok. Biasanya kan lo nggak peduli tentang cowok, yang penting shopping lancar."

"Eh, iya! Ngomongin shopping, gue kemarin abis beli parfum. Tapi sayang, gue nggak bawa parfumnya sekarang. Tapi kecium nggak wanginya? Gue tadi pakai banyak soalnya." Kezia mencoba mendekati Nara, menyuruh perempuan itu untuk mencium aroma tubuhnya.

"Iya, wangi. Berapaan tuh parfum?"

"Murah. Lo mau? Nanti besok gue beliin, deh. Lo tinggal kasih uangnya aja ke gue."

"Murah nya berapa? Gue nggak percaya kata murah yang keluar dari mulut lo. Murahnya lo tuh biasanya bikin kantong gue kering, Kez."

Kezia mengalihkan tatapannya malas. "Ya elah Ra, cuma tiga juta. Itu juga lagi diskon kok dari lima jutaan."

"Tuh kan bener, mahalnya lo tuh biasanya bikin gue jantungan. Nggak dulu, deh. Mending duitnya buat gue beliin yang lain aja."

"Yakin? Nanti keabisan lo nangis. Masalahnya parfumnya lagi banyak di incer orang. Pas gue tahu di jual di Mall itu, langsung gue beli hari itu juga."

"Gue nggak kayak lo, Kez." Nara meneguk minumannya.

"Sebenernya ATM lo masih di sita nggak, sih? Katanya lo di kasih duit pas-pasan, tapi kok masih mampu beli parfum tiga jutaan?" Archa heran sendiri.

Alula pun sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka sekaligus menunggu notif balasan yang masuk dari ponselnya.

Ya, beberapa jam yang lalu Alula sempat mengirimkan pesan kepada Radion. Menanyakan keberadaan lelaki itu. Tetapi sampai sekarang, lelaki itu belum membalasnya. Radion bukan tipe lelaki yang suka mengacangi pesan orang. Pasti akan ia balas, walaupun sesingkat apapun.

Alula ingin menghubungi Radion, tetapi merasa tidak enak karena sedang bersama teman-temannya.

"Masih di sita. Ya tapi kan gue punya duit simpenan sendiri. Untungnya waktu itu belum gue setor ke ATM. Jadi masih bisa gue pake, deh."

RADIONWhere stories live. Discover now