RADION || 41

648 65 20
                                    

"Selamat malam, Den Radion!"

Seperti biasa, Radion sampai rumah pukul tujuh malam. Pelayan rumahnya membukakan pintu sembari menyapanya.

"Malem juga. Garasi kunci aja, Radion nggak keluar lagi nanti malem. Mami sama papi juga udah pulang, kan?"

Pelayan rumahnya mengangguk. "Iya, Den. Cuma Den Radion aja yang baru balik. Nanti saya suruh Pak Santoso buat kunci garasi."

"Makasih, ya."

Radion melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya. Langkah laki-laki itu mendadak terhenti di ruang tamu rumahnya.

Iris matanya menangkap seorang perempuan yang tengah duduk santai sambil memakan sebuah cemilan di sofa ruang tamunya. Perempuan itu belum menyadari kehadirannya karena sedang sibuk dengan ponselnya.

"Lo ngapain ada di rumah gue?" Radion menyadarkan perempuan itu.

Alice mendongak, tersenyum mendapati orang yang sudah ia tunggu sekitar dua jam yang lalu.

"Hai, baru pulang? Dari mana aja jam segini baru sampai rumah?" Radion berdecak.

"Dari mana aja? Main ya sama temen? Kayaknya dulu kamu nggak pernah keluyuran, deh. Kalau nggak pulang sama aku, pasti kamu langsung ilang karena dijemput supirnya cepet banget." Alice tertawa pelan.

"Jadi kangen deh kamu nungguin aku di depan kelas sambil ngobrol sama kucing penghuni kelas aku. Siapa deh namanya?" Alice mencoba mengingat-ingat.

"Ah, namanya Jasmine! Kucing putih yang cantik banget dan nggak pernah kotor."

"Gue tanya lo ngapain di rumah gue?"

Alice tersenyum masam. Nada bicara Radion benar-benar sudah berubah. Ia pikir nada bicaranya kemarin hanya karena Radion sedang marah. Rupanya hari ini sama saja.

Padahal ia berharap hari ini Radion bersikap lembut layaknya lelaki itu dulu. Menyambutnya dengan hangat, mengajaknya makan malam bersama sambil bercerita.

"Aku mau main aja. Lagian boleh kok sama mami sama papi."

"Lo belum izin ke gue, kan? Gue nggak mau lo dateng ke sini. Mending lo balik ke rumah!" Radion mengusir.

"Oke, kalau kamu emang nggak mau ketemu aku. Kamu bisa langsung ke kamar, and done. Anggep aja aku ke sini karena mau main dan ketemu sama papi mami kamu."

Radion meletakkan tasnya di atas meja lalu duduk di sebelah perempuan itu. "Gue tau kemarin lo udah ketemu sama Alula."

"Terus?" Alice masih menjawab dengan santai.

"Lo bilang apa sama dia?!"

Alice tersenyum kecil. "Dia cantik. Kayaknya anaknya pendiem, ya? Pas aku liat dia, aku bisa tau kalau dia cewek yang malu-malu gitu. She's cute."

"Lo halu apa gimana, sih? Gue sama sekali nggak nungguin lo dateng ke Jakarta. Gue juga sama sekali nggak ngajak lo janjian."

"Motif lo apa ngelakuin itu? Lo masih berharap sama gue?"

"Iya, aku masih berharap sama kamu. How many times do i have to tell you that i still love you?" Potongnya.

"But i don't." Kata-kata tersebut berhasil menusuk Alice.

"Lo tau nggak tingkah lo kemaren ngehancurin hubungan gue sama Alula?"

"Kalian pacaran?" Tanya Alice.

"Nggak perlu tanya hal itu. Intinya semuanya berantakan karena lo."

"Mau kemana, Ion?" Tahan Alice melihat Radion beranjak dari tempatnya berdiri.

RADIONWhere stories live. Discover now