RADION || 35

759 74 9
                                    

Radion mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

Sebuah flashdisk juga. Hanya saja flashdisk yang berbeda.

"Saya juga punya bukti. Bukan Om Wiguna aja yang punya rekaman cctv di atas gedung itu. Tapi saya juga punya. Saya punya rekaman cctv jalanan pas Zean dikeroyok sama Abimanyu dan temen-temennya."

"Silahkan dilihat!" Radion menyodorkan flashdisk tersebut kepada Pak Arthur.

Semuanya sontak menatap flashdisk tersebut dengan tatapan bingung. Terutama dengan Wiguna.

Saat vidio rekaman cctv itu di setel, terlihat jelas perubahan wajah Wiguna. Ia tidak memercayai bahwa yang ada di dalam rekaman itu adalah anaknya sendiri. Rasanya tidak mungkin.

Di belakangnya, Cakra dan Nevan ketakutan. Mereka berdua sudah tidak bisa berkutik, mengetahui Radion memiliki rekaman cctv jalanan yang menampilkan anak-anak Blidvinter tengah mengeroyok Zean.

Mereka pikir, cctv jalanan itu sudah lama rusak dan tidak menyala.

"Nggak! Nggak mungkin anak saya ngelakuin itu!" Wiguna mengelak setelah jelas-jelas melihat Abimanyu yang paling berkuasa di sana.

"I–ini beneran kamu, Zean?!"

"Bapak bisa lihat sendiri kan kalo itu saya? Pas itu nggak ada satupun orang juga yang nolongin saya."

"Di sini tertera tanggal kejadian hanya sehari sebelum vidio rekaman cctv yang satunya. Berati kejadian ini terlebih dahulu terjadi, karena Abimanyu masih terlihat baik-baik saja." Pak Arthur kembali berbicara setelah tayangan rekaman cctv itu selesai ditayangkan.

"Nggak mungkin anak saya ngelakuin hal itu! Pasti sebelumnya anak ini juga yang mulai duluan! Anak saya hanya terpancing emosi, jadi bisa melakukan tindakan yang di luar batas seperti itu." Wiguna masih saja tetap membela putranya walaupun ia sendiri kaget melihat fakta yang sebenarnya terjadi lewat mata kepalanya sendiri.

"Cakra dan Nevan, kalian juga ada di dalam rekaman cctv itu. Bisa jelaskan kenapa tiba-tiba kalian mengeroyok Zean? Apakah Abimanyu memaksa kalian untuk ikut mengeroyok Zean?"

Wiguna langsung menatap keduanya dengan tajam. Ia memberikan peringatan lewat sorot matanya supaya Cakra dan Nevan tidak berbicara yang aneh-aneh. Ia sudah cukup malu dengan masalah ini.

"Baik, jika kalian tidak ingin menjawab, maka saya tidak jadi membenarkan tindakan Abimanyu dan juga teman-temannya dalam hal ini. Mereka dinyatakan bersalah karena melakukan pengeroyokan terhadap salah satu siswa kami." Wiguna memijat pelipisnya pelan.

"Radion, bukan berati saya bisa membenarkan tindakan kamu. Walaupun begitu, caramu membalas Abimanyu tetap hal yang salah." Radion mengangguk.

"Cakra dan Nevan, saya akan memanggil orang tua kalian ke sekolah untuk saya bicarakan dengan mereka lebih lanjut."

"Karena sekarang Abimanyu sedang mengalami pemulihan, maka yang bisa saya lalukan hanyalah berdoa, Pak Wiguna. Semoga Abimanyu bisa cepat masuk ke sekolah lagi dengan kondisinya yang sudah pulih sempurna. Saya tidak akan memberikan hukuman atau semacamnya kepada Abimanyu terlebih dahulu."

Pak Arthur lalu menatap Zean. "Maafin saya ya, Zean. Saya bener-bener nggak tahu kemarin kamu dapat perlakuan seperti itu. Semua karena keteledoran saya."

RADIONWhere stories live. Discover now