RADION || 56

161 21 4
                                    

Raiden menepati janjinya untuk menjemput Alula di rumahnya. Setelah berganti pakaian dan bersih-bersih, Alula bersama Raiden pergi menuju rumah sakit tempat Radion di rawat. Tak lupa juga Alula membawa buah-buahan dan makanan untuk Radion.

Kata Raiden, teman-temannya sudah menunggu Alula sejak sore tadi. Raiden juga bercerita bahwa tadi ia memberitahu Radion bahwa Alula akan ke rumah sakit. Katanya saat itu juga reaksi Radion langsung sangat senang mendengarnya.

Sesampainya di rumah sakit Alula langsung disambut oleh teman-teman Radion dan juga sahabat-sahabatnya yang sudah menunggunya disana. Alula juga bertemu dengan Tante Marissa dan Om Alfred. Gadis itu sangat merindukan mereka. Sudah lama Alula tidak bertemu dengannya.

Mereka semua sengaja keluar dari kamar Radion untuk mempersilahkan Alula masuk dan berbincang-bincang dengan Radion berdua.

"Mi, Pi!" Alula menyalami mereka berdua lalu ia langsung lari ke dalam pelukan Marissa. Marissa pun balas memeluk Alula dengan penuh rasa rindu.

"Alula, kamu apa kabar? Mami kangen banget sama kamu. Kita udah jarang ketemu." Marissa mengusap pelan rambut Alula.

"Alula baik, Mi. Mami sama Papi sendiri gimana?"

"Kita juga sehat kok, Alula. Saya seneng bisa ketemu kamu lagi. Udah lama kita nggak ngobrol." Alfred menjawab.

"Maafin Alula Mi, Pi. Alula sibuk banget sama sekolah akhir-akhir ini. Alula janji nanti bakal main ke rumah lagi. Radion gimana Mi keadaannya?"

"Radion udah sadar. Mami khawatir banget pas tau dia kayak begini. Tapi semoga dia cepet sembuh, biar bisa balik sekolah lagi."

Alula meraih tangan Marissa. "Maafin Alula, Mi. Karena Alula, Radion jadi kayak begini. Alula sama sekali nggak tau apa yang terjadi sama Radion setelah Radion anterin Alula pulang. Alula ngerasa bersalah banget."

"Bukan salah kamu, sayang. Mungkin Radion aja yang kurang hati-hati."

"Iya, ini semua bukan salah kamu. Ya udah, mending kamu masuk ke dalem nemuin Radion. Dia udah nungguin kamu, tuh." Alula tersenyum ke arah Alfred lalu mengangguk.

Langkah kakinya berjalan menuju kamar rawat Radion yang berada dihadapannya. Ia menghela nafasnya panjang sambil membuka kenop pintu.

"Lama banget sih ngobrol di luarnya? Nggak tau apa aku nungguin kamu?" Baru saja masuk ke dalam kamar Radion, Alula disambut dengan suara khas lelaki itu.

Alula menghela nafasnya lega melihat kondisi Radion sudah seperti biasanya. Baik-baik saja. Lelaki itu sedang duduk di atas ranjangnya dengan perban di kepala sambil tersenyum ke arahnya. Walaupun wajahnya terlihat agak pucat, tetapi lelaki itu tetap tampan.

Alula berjalan menghampiri kasur Radion. Meletakkan buah-buahan dan makanan yang ia bawa ke atas meja. "Beneran kamu nungguin aku?"

Radion mengangguk. Menyuruh Alula untuk duduk di bangku sebelah kasurnya. "Kepala aku abis kena batu gede banget. Kata dokter ini bisa fatal," ceritanya.

"Fatal? Kata orangtua sama temen kamu nggak ada yang fatal sama kamu."

"Soalnya kata dokter bisa kelebihan mikirin kamu. Itu fatalnya." Radion melanjutkan kata-katanya.

Refleks Alula memukul bahu lelaki itu. "Kamu lagi sakit masih ada aja idenya."

Radion terkekeh sambil mengusap kepala Alula dengan lembut. Tatapannya menunjukkan rasa rindu dan rasa sayang.

"Makasih ya udah dateng ke sini."

"Cepet sembuh, ya!" Alula mengusap pelan tangan Radion.

RADIONWhere stories live. Discover now