RADION || 31

679 75 4
                                    

"Gimana kondisi Zean, Cha?" Tanya Nara malam itu.

Baru saja Alula selesai makan malam, teman-temannya sudah mengajaknya untuk berbicara lewat telepon. Katanya Zean habis dikeroyok sama anak Blidvinter. Alula jadi was-was. Apakah Radion terlibat?

Tetapi jika di pikir-pikir, sudah pasti Radion terlibat akan masalah itu. Radion kan ketuanya.

"Mukanya babak belur parah, Ra. Badannya juga pada sakit katanya. Tapi dia bilang di chat, dia udah mendingan. Udah di obatin juga sama adik kelasnya."

"Ya ampun, kasian banget. Semoga bisa cepet sembuh deh si Zean. Kelewatan banget emang anak-anak Blidvinter," ujar Kezia.

"Iya, gue mau samperin Zean tapi dia katanya nggak bakal pulang malem ini. Dia katanya bakal nginep di markas karena takut orang tuanya marah lihat kondisi dia kayak gitu. Gue juga dilarang sama dia buat ke sana. Katanya suasananya lagi kacau," cerita Archa.

"Maksud lo kacau gimana?" Tanya Mora.

"Camelion bales dendam ke markas Blidvinter. Mereka nggak terima lihat Zean dikeroyok kayak gitu. Udah, gue nggak tahu lagi gimana kabar mereka sekarang."

"Ya udah, lo tenang aja! Kalo sekiranya besok lo ada kemungkinan buat temuin Zean, temuin aja! Nanti gue anterin lo, Cha," kata Nara.

"Iya, Ra. Thanks."

"Raiden nggak ngasih tahu apa-apa ke gue. Dia lagi di mana, ya? Gue lihat kamarnya juga masih mati lampunya. Berati dia belum balik ke rumah." Terdengar dari suaranya, Mora terlihat sangat cemas.

Mendengar hal itu, membuat Alula jadi teringat Radion. Ia jadi ikut cemas dengan cowok itu. Sedang di mana Radion? Apakah cowok itu baik-baik saja setelah balas dendam kepada Blidvinter?

"Mungkin emang bener kalau di sana suasananya lagi kacau, Mor. Ya lo tahu sendiri lah kalau Zean yang dikeroyok sama Blidvinter, musuh mereka sendiri. Mereka pasti kesel banget. Mungkin aja mereka nggak bakal ngampunin Blidvinter karena masalah ini," tutur Kezia.

Mora menghela nafasnya kasar dari seberang. "Ngapain sih mereka malah nyari ribut? Mereka kan lagi kena masalah di sekolah. Gue takut kalo masalah ini bisa sampai ke telinga kepala sekolah sama guru-guru."

"Guys, aku udahan ya teleponannya." Alula akhirnya membuka suara setelah sedari tadi gadis itu hanya mendengar percakapan teman-temannya saja.

"Mau ngapain? Ngerjain tugas, ya?"

"Iya, biar cepet selesai aja. Aku mau tidur cepet juga malem ini."

"Ya udah, nanti gue tanya tugas yang nggak gue ngerti ke lo ya, Alula."

"Iya, Mora. Tanya aja kalo ada yang nggak kamu ngerti."

"Aku matiin ya teleponnya! Semoga Zean sama anak-anak Camelion yang lainnya nggak kenapa-napa. Jangan terlalu dipikirin, Archa." Alula menenangkan Archa.

"Iya, Alula. Makasih, ya!"

Setelah menutup teleponnya, jari-jari lentik Alula mencari nomor kontak yang ia tuju.

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang