RADION || 44

579 48 17
                                    

Radion dan Alice sudah berada di kantor polisi. Mereka berdua tengah duduk berhadapan dengan seorang polisi wanita yang ingin menginterogasinya.

"Saudara Radion, apakah benar kemarin malam anda ada di tempat balapan liar?"

Radion terdiam sebentar lalu mengangguk. "Iya, saya ada di sana."

"Apa yang saudara lakukan di sana?"

"Temen saya ikut balapan. Saya ke sana karena ada temen saya," jawabnya jujur.

Disebelahnya, Alice membuka ponselnya diam-diam. Ia mencoba menghubungi kedua orangtua Radion, terlebih lagi Alfred. Alice takut terjadi apa-apa dengan Radion. Sebaiknya ia berjaga-jaga.

"Apa benar ini foto saudara?" Polisi wanita itu menunjukkan sebuah foto dirinya yang tengah berada di atas motor.

Tepatnya kemarin malam saat dirinya ingin kabur dari kejaran polisi. Plat motornya juga terlihat jelas.

"Iya bener, itu saya."

Polisi wanita itu mengangguk. "Saya mendapat kesaksian bahwa saudara lah yang memulai aksi balapan kemarin. Radion, ketua Camelion, salah satu perkumpulan geng yang ada di SMA Gardapati."

"Saya sama sekali bukan yang mulai balapan kemarin. Saya cuma di ajak taruhan sama musuh saya. Selebihnya, bukan urusan saya ataupun Camelion."

"Kalo anda nyari dalang di balik kejadian kemarin, anda salah bawa saya ke sini. Harusnya anda datang ke Blidvinter."

"Tapi saya mendapat keterangan kalau saudara atas nama Radion dan Camelion lah yang memulai keributan semalam."

"Dengar saya! Bukan hanya sekali di tempat itu ada balapan liar. Sebelumnya, banyak anak-anak yang mengadakan balapan liar di sana. Apa yang polisi lakukan? Tentu kami tidak diam saja. Kami menyuruh perkumpulan geng itu untuk membubarkan diri." Radion terpaku mendengarnya.

Tangannya di bawah terkepal dengan kuat. Siapa yang berani mengatas namakan Camelion atas kejadian kemarin? Jelas-jelas Blidvinter yang memulai semuanya. Camelion hanya di jebak.

"Saya udah bilang, bukan saya pelakunya."

"Bukti yang saya dapat, saudara lah pelakunya. Kalau saudara mengelak, segerakan dengan bukti bahwa musuh saudara lah yang bersalah." Radion mendengus kasar.

Percuma ia melakukan pembelaan di depan polisi jika ia sendiri tidak memiliki bukti.

"Jangan emosi, Ion!" Alice mengusap-usap punggung Radion. Meredakan emosinya.

"Dari siapa?" Tanya Radion.

"Dari siapa foto bukti itu?"

"Saya merahasiakan identitasnya. Intinya, orang yang kasih bukti ini ke kantor polisi adalah orang yang satu sekolah dengan anda."

Siapa?

Apakah mungkin Blidvinter yang mencoba mengadu domba?

"Radion!" Radion menoleh terkejut ketika melihat Alfred dan Marissa yang baru sampai di kantor polisi.

"Mi? Pi?"

"Apakah anda orangtua dari Radion?"

Alfred menatap Radion sekilas lalu menghampiri polisi tersebut di susul dengan Marissa. "Iya, saya orangtuanya."

"Lo yang manggil mereka ke sini?" Radion bertanya kepada Alice.

"Iya." Radion mengusap wajahnya kasar setelah mendengar jawaban dari Alice.

"Aku takut kamu kenapa-napa, jadi aku manggil Papi sama Mami kamu."

"Saudara Radion!" Radion mendongak.

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang