RADION || 38

738 66 15
                                    

"Non Ruby, ini tadi ada titipan di satpam. Tulisannya sih buat Non Ruby." Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Ruby lalu izin untuk masuk.

"Buat saya, Bi?" Ruby berdiri dari sofa kamarnya setelah selesai mengoleskan masker wajah di wajahnya.

"Iya, Non."

Ruby mengangguk. "Makasih ya, Bi."

"Sama-sama, Non. Kalau gitu saya izin keluar ya, Non!" Ruby kembali mengangguk.

Perempuan itu menatap kotak dihadapannya dengan tatapan bingung. Memang benar, di atasnya tertulis bahwa kotak tersebut untuk dirinya.

Siapa pula yang memberikannya malam-malam begini?

Karena rasa penasarannya, Ruby pun memutuskan untuk membuka kotak tersebut.

Ia terdiam ketika berhasil membuka kotak di tangannya. Isinya hanya sebuah kertas yang terbalik. Hanya itu.

"Apaan sih ini?"

Beberapa detik setelah membaca tulisan di kertas itu, mendadak Ruby keringat dingin. Tubuhnya membeku untuk beberapa saat.

Tulisan yang tertera itu sama dengan tulisan pada waktu itu yang ada di kaca kamar mandi. Tepatnya saat ia dan Chessy mengganggu Alula di sana.

You will die.

Tangan Ruby gemetar. Ia buru-buru merobek kertas tersebut, memasukkannya kembali ke dalam kotak, lalu membuangnya jauh-jauh.

Diraihnya ponsel yang ada di atas kasurnya, lalu menelepon seseorang.

"Chessy!" Panggilnya dengan nada panik.

"Lo dapet juga nggak? Kotak yang isinya tulisan serem itu."

"Ruby?! Ternyata lo dapet juga? Barusan banget gue buka, dan gue takut sekarang. Siapa sih yang ngehantuin kita kayak gini?" Dari seberang sana terdengar suara Chessy yang juga tengah panik.

"Gue nggak tahu. Firasat gue, ini karena kita gangguin Alula waktu itu. Setelah kita gangguin dia di toilet, kejadian ini mulai menimpa kita. Tapi anehnya, nggak menimpa ke Chlo sama sekali. Cuma kita berdua!"

"Kalo misalnya si Alula dendam sama kita gimana? Gimana kalau sebenernya dia punya obsesi buat bunuh kita? Secara kita kan suka nge-bully dia."

Ruby membuang nafasnya kasar. "Gue juga takut, Chessy. Gue pernah nonton di film-film, dendamnya orang yang suka di bully itu nggak main-main. Dia bisa benci sama kita sebenci-bencinya, sampai bisa mau bunuh kita."

"So? Kita harus apa? Minta maaf?"

Ruby terdiam sejenak. Masih dengan rasa khawatir yang melanda dirinya. "Gue nggak tahu."

****

TOK...TOK...TOK...

Alula yang sedang sibuk mengoleskan selai coklat ke rotinya pun menoleh ke arah pintu rumahnya yang diketuk.

Ia berjalan menuju pintu, masih sambil membawa selembar roti tawar di tangannya. Dirinya sudah rapi dan wangi dengan pakaian sekolahnya hari ini. Siap berangkat ke sekolah, tetapi Alula ingin sarapan terlebih dahulu.

"It's time to school, Alula."

Senyum Alula mengembang ketika melihat Radion dibalik pintu rumahnya.

Lelaki itu sudah rapi dengan seragamnya yang sama sekali tidak di buka kancingnya. Walaupun bajunya tidak ia masukkan.

Rambutnya yang sedikit tidak beraturan justru menambah ketampanannya.

RADIONWhere stories live. Discover now