RADION || 49

501 57 7
                                    

"Bang, yang lain pada ke mana? Kok cuma bertiga aja?" Rafael datang ke meja bar. Menghampiri Radion, Raiden, dan Daplo yang tengah menghabiskan malam mereka di sana.

Mereka kebetulan bertemu di sini. Semenjak mereka vakum dan inti Camelion terpecah menjadi dua, anggota Camelion sudah jarang kumpul-kumpul.

Mendadak semuanya sepi. Camelion seperti sudah mati.

"Yang bisa kita doang," jawab Raiden seadanya.

"Lo sama siapa ke sini?" Daplo bertanya.

"Sama ceweknya kali." Raiden tertawa menggoda Rafael.

"Ah, nggak gila, Bang. Gue sama temen-temen. Biasa, Denzel lagi cari mangsa baru."

"Bener-bener adik kelas gue yang satu itu. Kelakuannya bikin gue keinget sama Galen." Raiden menghisap rokoknya. Jujur, ia kangen dengan teman-temannya saat ini.

Kangen berkumpul sambil membahas cewek-cewek inceran Galen, nge-bully Zean, ngegodain hubungan Radion sama Alula, dan meras duitnya Arlan.

"Namanya juga Denzel, Bang."

"Lo lagi ada masalah ya, Bang?" Rafael beralih ke arah Radion yang sedari tadi sibuk melamun sambil meneguk minuman alkoholnya.

"Banyak, El. Apalagi masalah sama Alula." Radion berterus terang.

Rafael mengangguk mengerti. "Semoga urusan lo sama dia cepet kelar deh, Bang. Biar lo bisa sama-sama lagi. Gue tau lo sayang banget sama dia."

"Iya, El. Makasih."

"Lo juga semoga bisa cepet-cepet sama Mora, Bang. Gue tau lo baper sama dia, tapi lo gengsi aja orangnya." Rafael menepuk pundak Raiden sambil tertawa.

"Sialan lo, El. Gue dari tadi diem aja, ya! Lagian nggak ada istilahnya gue baper-baper," jawab Raiden.

"Masa?"

"Udah sana lo cabut!"

Rafael kembali tertawa. "Ya udah, gue cabut duluan ya, Bang! Have fun."

Setelah Rafael pergi, Raiden menggeser kursinya mendekat ke arah Radion. "Tenang aja. Semuanya bakal baik-baik aja, Rad."

"Walaupun dengan kondisi kita yang lagi kayak gini," ujarnya.

Radion melirik lelaki itu sekilas. "Hubungan gue sama Alula gimana ya, Den?" Ia lalu menerawang.

"Gimana apanya?"

"Kalo maaf gue tetep aja nggak di terima, apa gue mundur aja kali, ya?"

Bukan hanya Raiden yang kaget, melainkan Daplo yang sedari tadi ikut mendengarkan pun juga ikut kaget.

"Segitu doang perjuangan lo, Rad? Sekarang mau nyerah?" Tanya Daplo.

"Lo kalo jadi gue gimana, Dap? Gue ngelakuin apapun biar bisa dimaafin, tapi kayaknya mustahil banget. Mau deketin dia juga dianya menghindar terus."

"Gue nggak nyangka lo bisa kayak gini, Rad. Ayo lah, mana Radion yang punya jiwa pemimpin itu? Masa ngadepin masalah kayak gini aja nggak bisa." Raiden memberi semangat.

"Lembek lo, Rad."

Radion tidak peduli lagi kata-kata Raiden. Entah kenapa rasanya sudah sangat sulit untuk kembali melangkah maju.

"Kalo Alula bahagia sama Galen, nggak apa-apa gue, Den. Gue bisa lepasin dia."

"Cinta itu nggak harus memiliki, kan?" Radion menoleh kepada dua temannya.

Tetapi baik Raiden dan Daplo sama-sama tidak ada yang menjawab. Mereka tahu, di balik kata 'nggak apa-apa' yang dikeluarkan oleh Radion sebenarnya ia diam-diam masih sangat mengharapkan Alula.

RADIONWhere stories live. Discover now