RADION || 05

1.9K 197 93
                                    

Alula pulang ke rumah pukul setengah empat sore. Alula selalu langsung pulang setelah bel pulang sekolah berbunyi. Kecuali jika Alula ada kegiatan ekskul di sekolahnya, ia akan pulang lebih lambat.

Alula masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang bisa dikatakan tidak mewah dan biasa saja. Tidak bertingkat pula.

Seperti biasa, setelah masuk ke dalam rumahnya, Alula pasti selalu masuk ke dalam kamarnya untuk bersih-bersih dan setelah itu mengerjakan pekerjaan rumah.

Alula bahkan tidak pernah merasakan pergi bersama saat pulang sekolah bersama teman-teman. Ia tidak memiliki teman. Bahkan satupun. Mungkin dulu ada, tetapi banyak yang mendadak menjauhinya semenjak ia di ganggu oleh perkumpulan Camelion itu.

Jika di tanya, Alula capek terus-terusan di ganggu oleh mereka. Mungkin tidak punya teman di sekolah bukan masalah yang besar bagi Alula. Masalahnya ada pada saat dirinya selalu di ganggu oleh ke-lima lelaki di sekolahnya. Terlebih lagi, ke-lima lelaki itu adalah pentolan sekolah yang ditakuti.

"Radion." Alula tersenyum setelah meletakkan tasnya di kursi belajarnya. Gadis itu menguncir rambutnya. Merubah penampilan dirinya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari yang orang-orang lihat.

"Lo orang pertama yang udah nolongin gue."

Hanya di rumah Alula bisa bebas. Gadis itu menyembunyikan semuanya. Alula tidak lemah. Alula tidak lemah seperti yang orang-orang lihat di sekolah. Alula bisa saja melakukan yang lebih kepada mereka yang sudah mengganggunya.

Tetapi Alula tidak bisa. Ia tidak bisa menunjukkannya kepada orang lain. Alula harus menyimpannya. Entahlah, dirinya juga tidak tahu sampai kapan ia akan menyimpannya. Menyimpan sesuatu yang besar yang ada di dalam dirinya.

Mata Alula berubah menjadi sendu ketika melihat foto di atas meja belajarnya. Gadis itu lalu mengambil foto pertama. Foto di mana di sana ada seorang pria dan wanita. Sepasang kekasih.

"Ayah, bunda."

Alula tersenyum sedih menatap foto kedua orang tuanya. "Bunda pergi pas Alula lahir ke bumi. Bahkan Alula nggak sempet lihat wajah bunda. Cuma dari foto yang di kasih ayah."

"Alula pengen cerita-cerita sama bunda. Cerita tentang sekolah Alula, cerita tentang cita-cita Alula. Alula juga mau jalan-jalan sama bunda, dan bercanda bareng bunda."

"Tapi sekarang nggak ada bunda. Dari dulu Alula nggak pernah ngerasain kasih sayang bunda. Kalau sekarang bunda masih ada, pasti Alula lagi ngajak ngobrol bunda."

Tatapan mata Alula beralih ke arah seorang pria di sebelah bundanya. Iya, itu adalah ayahnya.

"Ayah. Kalau inget kejadian pas ayah kecelakaan, Alula sedih banget. Waktu itu Alula masih SD. Alula udah kehilangan bunda sama ayah."

"Dulu ayah selalu anter Alula ke sekolah, terus pas pulangnya jajanin Alula makanan. Mungkin sekarang kalau ayah masih ada, Alula berangkat dan pulang sekolah bareng ayah."

"Tapi Alula sekarang apa-apa sendiri, yah. Ayah juga selalu masakin Alula makan, tapi sekarang, Alula harus masak sendiri. Ayah juga suka beliin Alula hadiah setiap pulang kerja, terus nemenin Alula sampai tidur. Sekarang, sebelum tidur Alula suka kepikiran sama ayah bunda. Kadang nangis juga gara-gara kangen."

Alula meletakkan foto tersebut kembali ke tempatnya. "Alula sayang ayah sama bunda. Doain Alula semoga kuat kedepannya. Alula nggak putus asa gitu aja. Alula pengen hidup seneng pas besar. Alula pengen beli rumah bagus dan bantu orang-orang yang kesusahan."

Kali ini tangan Alula terulur ke bingkai foto yang satunya lagi. Sama seperti sebelumnya. Di sana ada seorang pria dan wanita yang tengah tersenyum lebar.

RADIONWhere stories live. Discover now