RADION || 09

1.5K 149 61
                                    

Hari ini rumah Radion kosong. Hanya ada supir, satpam, serta beberapa pelayan di dalamnya. Mami dan papinya tentu saja sedang bekerja.

Setelah meminta kepada pelayan untuk menyediakan makanan dan minuman yang banyak, mereka pun pada akhirnya memutuskan untuk nge-gym di ruang gym rumah Radion. Galen pun juga sudah menyusul ke sini. Rupanya benar, cowok itu menyusul dengan waktu kurang dari satu jam.

"Gila, lo berasa tinggal di istana, Rad. Rumah gue aja nggak sampai ada lapangan golf nya gitu." Zean sedari tadi hanya takjub kepada lapangan golf di belakang rumah Radion.

"Nanti kita main golf, ya!"

Sebesar-besar rumahnya, tidak pernah dirinya merasakan rumah yang belakangnya ada lapangan golf yang sangat besar.

"Lo anak satu-satunya, Rad?" Tanya Daplo.

"Iya. Emang lo pada anak ke berapa?"

"Cuma lo, Arlan, Raiden, sama Galen doang yang anak satu-satunya. Gue punya adik cewek sama kakak cowok. Kalau Daplo punya adik cowok," jelas Zean.

"Gimana rasanya jadi anak tunggal lo berempat, hah?!" Zean bertanya kepada Radion, Raiden, Arlan, dan Galen.

"Biasa aja," jawab mereka secara bersamaan.

"Gue pengen banget ngerasain jadi anak satu-satunya. Ya walaupun bokap nyokap gue juga selalu kasih apapun yang gue mau."

"Kalau jadi anak satu-satunya, rintangan terberatnya adalah kesepian. Gue sering banget bosen di rumah dan sendirian di rumah. Nggak ada temen."

"Bener, gue juga setuju." Raiden menyetujui.

"Gue mau kok jadi adik lo, Rad."

Galen menoyor kepala Zean keras. "Radion nya yang nggak mau punya adik kayak lo."

"Jahat banget."

"Kenapa jadi curhat? Kita kan mau olahraga." Daplo menyadarkan mereka semua.

"Gih sana lo pada olahraga! Gue mah nggak dulu." Galen malah duduk di salah bangku yang ada di sana sambil meluruskan kakinya.

"Gue lihatin lo pada hidup sehat aja, bro. Soalnya badan gue udah bagus," lanjutnya lagi dengan bangga.

"Apaan badan kerempeng aja di bilang bagus," sindir Arlan.

"Badan lo sama gue aja sebelas dua belas, Lan."

"Tapi kecilan lo. Tenaganya juga kuatan gue."

"Lo nggak boleh terlalu pede gitu, Lan. Mungkin yang lo lawan kemarin-kemarin nggak ada apa-apanya. Makanya lo mikir kalau tenaga lo kuat."

"Mau nyobain? Sini gue buktiin. Samsaknya lo."

Galen langsung bergidik. "Ya elah, Lan. Bercanda. Lo mah nggak bisa di ajak lucu-lucuan sedikit. Iya, walaupun badan lo masih keliatan kurus, tapi tenaga lo nggak bisa di ragukan. Bismillah di bayarin makan besok di kantin."

"Sadar, Len! Orang tua lo udah kaya.
Stop pura-pura miskin dan nggak modal." Zean menyadarkan cowok itu.

"Lo sendiri juga nggak modal, Ze. Gue tahu ya, di rumah lo punya motor trail lebih dari satu, kan? Cuma lo nggak pernah bawa aja ke sekolah."

"Udah, yuk! Kepala gue pusing dengerin mereka debat." Raiden lalu mengajak Radion, Arlan, dan Daplo untuk cepat-cepat melakukan kegiatan olahraga mereka.

Jangan salah, walaupun mereka pemalas di sekolah, tetapi untuk olahraga, mereka sangat bersemangat. Terkadang Raiden, Arlan, dan Daplo menyempatkan waktunya untuk pergi ke tempat gym. Kadang Zean dan Galen juga ikut serta, walaupun sebenarnya mereka jarang berolahraga ke tempat gym.

RADIONWhere stories live. Discover now