RADION || 48

485 52 2
                                    

Arlan sedang dalam perjalanan pulang menuju rumahnya. Pukul satu malam, mobil hitam mewah milik Arlan membelah jalanan yang sepi.

Arlan baru saja pulang dari sebuah club malam.

Lelaki itu memang sering pergi ke sana sendiri. Istilahnya 'me time'. Arlan sangat suka menyendiri di sebuah club malam sambil minum dan mendengarkan musik di sana.

Ia merasa, jika ia pulang ke rumah, ia akan kesepian kembali. Ia hanya merasakan kebersamaan di sekolah atau di markas. Jadi, pelarian Arlan adalah ke sebuah club malam.

Jika Arlan tidak ditemukan di rumahnya ataupun di markas Camelion, sudah pasti lelaki itu sedang berada di sana.

Malam ini Arlan ditemani dengan kesunyian. Ia sama sekali tidak menyalakan musik di mobilnya. Hanya lampu mobil dan jalanan yang menemaninya.

Ponselnya menyala di jok sebelahnya, menandakan bahwa ada sebuah pesan masuk. Ia pun meliriknya.

Setelah membaca dan merasa tidak penting dengan pesan tersebut, pandangan Arlan kembali fokus ke depan.

Gadis itu akhir-akhir ini mendekatinya. Arlan tidak pernah didekati sampai benar-benar dekat seperti ini. Kebanyakan perempuan yang ingin dekat dengannya menyerah di tengah jalan.

Tetapi gadis itu sepertinya susah untuk dihentikan.

Kezia namanya.

Anaknya cantik, tetapi Arlan tidak menyukainya. Ia sama sekali tidak tertarik pada gadis itu.

"Belom tidur dia jam segini?" Gumamnya.

Beberapa menit setelahnya, mata Arlan memicing ke arah spion mobilnya. Ia baru sadar bahwa lima motor besar yang awalnya sedang berjalan dibelakangnya masih pada posisi yang sama.

Padahal mobil Arlan melaju dengan sedang. Ia juga berjalan di pinggir, kendaraan dibelakangnya bisa membalapnya jika mau.

Lima motor besar itu serasa mengepung Arlan.

Arlan tidak bisa melihat jelas siapa yang mengendarai motor tersebut. Sinar dari lampu motornya terlalu menyilaukan matanya. Lagipula semua yang mengendarai motor itu menggunakan helm nya masing-masing.

Karena firasatnya sudah buruk, Arlan menyambar ponselnya di bangku sebelahnya. Membuka ponselnya sambil tetap menyetir dengan tenang.

CAMELION INTI

Arlan Richardo : Guys, bisa tolongin gue? Kayaknya gue diikutin.

Arlan tidak begitu yakin teman-temannya akan membalas pesannya. Pasalnya di jam segini biasanya semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Radion belajar, Raiden mendengarkan musik, Daplo sudah tidur, Zean nonton youtube, dan Galen yang sedang mandi air panas tengah malem.

Sebuah notifikasi balasan dari Radion membuat Arlan bernafas lega. Radion bahkan baru on grup sekarang—saat membalas pesannya.

CAMELION INTI

Radion Geraldo : Posisi di mana, Lan?

Arlan Richardo : Antasari. Gue bawa mobil, abis dari club.

Radion Geraldo : Gue nggak bisa ke sana, Lan. Tapi gue udah kirim orang buat jagain lo.

Radion Geraldo: Jangan panik, santai aja. Kalo ada apa-apa, langsung call gue. Gue on terus.

Arlan Richardo : Oke, makasih, Rad.

RADIONWhere stories live. Discover now