RADION || 32

696 69 2
                                    

"PAPI!" Alfred terkejut ketika pintu kamarnya sedikit dibanting dari luar. Menunjukkan putra satu-satunya yang langsung masuk ke dalam.

Alfred sedang berada di atas kasur dengan tab dan laptop yang ada di hadapannya. Seperti biasa, Ayahnya selalu bekerja. Padahal hari ini Alfred seharusnya libur sehabis lembur kemarin. Pekerjaannya seolah-olah tidak pernah habis.

"Kamu kenapa, sih?"

Radion duduk di atas kasur besar yang ada di kamar orang tuanya. Menatap Ayahnya sendiri dengan serius.

"Pi, bisa minta tolong bilang ke Pak Arthur nggak?"

Alfred mengernyit. "Bilang apa?"

"Gara-gara masalah Zean kemarin, temen-temen Radion di skors, Pi. Lagi-lagi, cuma Radion yang nggak di skors," beritahu Radion.

"Bisa nggak sih Papi bilang sama Pak Arthur? Nggak usah jadiin Radion anak emas di sekolah. Radion nggak butuh perhatian-perhatian itu. Radion cuma mau dia adil."

"Ada apa sih ini?" Marissa keluar dari kamar mandi. Samar-samar ia mendegar suara Radion dari dalam. Putranya itu terlihat sedang kesal.

"Pak Arthur, Mi. Bisa nggak sih bilangin ke dia buat jadi kepala sekolah yang bener sehari aja?"

Marissa duduk di sebelah Radion. Mengusap punggung putranya—menenangkannya.

"Gimana?" Marissa lalu melirik Alfred.

Terlihat Alfred berfikir sebentar, lalu pada akhirnya mengangguk. "Nanti Papi coba bicarain."

"Secepatnya, Pi! Malem ini juga kalau bisa. Besok temen-temen Radion udah nggak boleh dateng ke sekolah. Kalau Pak Arthur tetep nggak ngerti juga, tiga hari ke depan, Radion nggak bakal masuk ke sekolah juga."

"Ya sudah, Radion. Kamu jangan marah-marah begini, dong."

"Mami nggak lihat kemarin Zean mukanya kayak gimana? Zean dikeroyok, Mi!" Marissa mengangguk tanda mengerti.

"Udah lah, Radion mau ke kamar. Jangan lupa ya Pi buat bilang ke Pak Arthur!" Kedua pasangan suami istri itu hanya bisa saling tatap setelah kepergian putra mereka.

"Kenapa, Rad?" Tanya Zean yang kebetulan berpapasan dengan Radion di tangga.

Zean sehabis dari dapur untuk mengambil beberapa cemilan. Radion sendiri yang menyuruhnya untuk mengambil apa-apa sendiri. Dengan satu syarat, mengambil sendiri! Tidak boleh diambilkan oleh pelayan-pelayan yang bekerja di rumah Radion.

Hitung-hitung olahraga bagi Zean, karena jarak kamar Radion dengan dapur lumayan jauh. Maklum, rumah Radion kan sangat besar dan luas.

"Lo nggak tahu?" Radion malah bertanya balik yang membuat Zean kebingungan.

"Nggak. Gue tim tempe."

"Gue serius," decak Radion.

"Hehe, ya nggak tahu, lah. Kan lo belum kasih tahu. Emangnya ada apa?" Zean berjalan mengikuti Radion masuk ke dalam kamarnya.

"Anggota inti di skors tiga hari."

"Hah?! Di skors?!"

RADIONWhere stories live. Discover now