RADION || 19

946 95 11
                                    

Radion membuka pintu rooftop SMA Gardapati. Cowok itu memilih tempat ini karena sekolah adalah satu-satunya tempat teraman dari serangan Blidvinter. Lagipula masih ada satpam dan tukang bersih-bersih sekolah yang masih ada di sini.

Jika Radion membawa Alula ke markas Camelion, ada kemungkinan bahwa Blidvinter bisa menyerang mereka lagi. Radion ingin langsung mengantar Alula pulang, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Punggung Radion juga masih sangat sakit.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Radion dan Alula memutuskan untuk duduk di atas rooftop. Melepas penat mereka.

Terjadi keheningan beberapa saat di antara mereka. Radion sengaja tidak mengajak Alula berbicara atau bertanya-tanya terlebih dahulu.

Ia ingin gadis itu tenang. Pasti Alula sangat shock. Gadis itu sedari tadi hanya menunduk di sebelahnya.

"Are you okay?" Radion akhirnya membuka suara.

Perlahan, Alula mulai mengangkat wajahnya. Gadis itu menatap manik mata Radion. Menatap Radion mampu membuat Alula semakin tenang. Gadis itu percaya kepada Radion. Jika Radion ada di sebelahnya, ia pasti akan baik-baik saja.

Alula mengangguk. "Iya, nggak apa-apa. Cuma kaget aja."

"Akhirnya gue denger suara lo. Gue bener-bener takut lo kenapa-napa. Soalnya dari tadi lo diem aja."

"Luka kamu." Alula melirik luka Radion. Mulai dari luka di dahi, ujung bibir, dan juga di tangan cowok itu.

Radion menatap lukanya sendiri. "Nggak apa-apa, kok."

"Aku ambilin obat di UKS dulu, ya? Harus di obatin." Alula beranjak.

Radion menahan tangan Alula. "Nggak usah!"

"Kenapa nggak usah? Pasti sakit. Itu masih ada darah yang keluar."

"Iya, tau. Lo nggak kenapa-napa, kan?" Entah sudah keberapa kalinya Radion menanyakan pertanyaan seperti itu kepada Alula.

"Aku nggak apa-apa. Kamu yang kenapa-napa, Radion!"

Radion melepaskan cengkeramannya dari tangan Alula.

"Kamu tunggu di sini, ya?! Aku ambilin obat ke bawah sebentar."

"Ayo, gue anter."

"Nggak perlu. Kamu di sini aja!"

"Udah malem. Nggak ada siapa-siapa juga di sekolah."

"Masih ada satpam, kok."

"Nanti gue biar di obatin di markas aja. Sini duduk!" Radion menepuk-nepuk tempat duduk Alula yang semula.

"Aku ambilin kamu obat!" Alula bersikeras.

Radion menghela nafasnya pasrah, lalu mengangguk. "Iya, hati-hati."

Sambil menunggu Alula kembali, Radion memegang punggungnya. Cowok itu mendengus ketika masih merasakan nyeri yang hebat dari punggungnya.

"Resek banget si Cakra."

"Yang mana aja lukanya?" Radion tersentak saat Alula sudah berada di sebelahnya.

RADIONWhere stories live. Discover now