67🥀 : Back to Indonesia

18.4K 977 0
                                    

Happy Reading

Votenya jangan lupa oke?

typo tandai karena akan segera diperbaiki

Ini hari terakhir cipu update!!!!

....

Vanya memasuki Mansion Lexander, Menatap Daddy Mahendra yang di glayuti perempuan menjijikan menurut Vanya.

"Vanya sudah pulang nak?" Tanya Mami Elyn  yang menyadari kedatangannya. Mereka bergegas menghampiri Vanya, memeluk untuk menyalurkan rasa rindu mereka.

Sedangkan Yolla yang merasa diacuhkan mendengus sebal, namun ia muncullah ide darinya. Ia akan membuat Vanya dibenci, Seperti sebelumnya. "Ya ampun, Vanya akhirnya kamu pulang ya" ucap Yolla kepada Vanya.

Ia hendak memeluk Vanya, namun Vanya menghindar membuat Yolla hampir saja Jatuh. "Please deh tan, kalau mau nyentuh saya minimal Mandi pakai tujuh rupa kembang" Kesal Vanya.

"Vanya kok gitu sama Mommy?" Tanya Yolla dengan wajah piasnya

Vanya mengerutkan keningnya, "Mommy? Elo?" Tanyanya dibalas anggukan oleh Yolla.

"Mimpi" ketus Vanya kembali menyeret kopernya, namun Papi Edward menghentikannya dan membawa Koper Vanya.

Setelah itu mereka duduk di ruang keluarga. Vanya menatap Yolla yang terus saja menempeli Daddy Mahendra. Mahendra terlihat begitu risih. "Yolla menjauh lah" peringat Daddy Mahendra yang tak Yolla gubris.

"Bagaimana liburannya?" Tanya Opah Tora. Vanya mengalihkan tatapannya, lalu tersenyum.

"Luar biasa, Vanya bersenang-senang" jawabnya. "Bersenang-senang dengan darah tentunya" lanjut Vanya didalam hati.

Mereka mengangguk dan ikut tersenyum. "Lalu kenapa nenek lampir ini masih ada disini"

"Pftt, nenek lampir gak tuh" tawa Marvel pecah, baru saja ia masuk kedalaman mansion sudah dibuat tertawa oleh sang adik.

"Wih adik abang udah pulang, mana oleh - olehnya?" Tanya Marvel.

"Kagak ada"

Marvel menekuk wajahnya. "Udah liburan sendiri, sekarang malah kagak bawain oleh oleh. Adik durjanam" ejek Marvel. Ia mengambil posisi duduk disebelah kana Vanya dengan Marvin yang duduk disebelah kiri Vanya.

"Dia kagak punya rumah tetap, Van. Kan dia selama ini nginep dirumah om -om" ucap Marvin, menajwab pertanyaan Vanya tadi.

"Marvel" tegur Mahendra.

"Tuh lihatkan Van?. Udah, dzolimin lagi aja tuh bapak durhaka. Biar kapok" Decak Marvel. "Dia udah mulai bela nenek lampir itu tuh" lanut Marvel.

Mahendra terdiam, sedangkan yolla men decak malas. "Kenapa sih kalian gak bisa nerima mommy? Kenapa kalian gak suka sama mommy?" Tanya Yolla.

"Berasa lihat liana kedua" batin Vanya menatap Yolla dengan tatapan geli.

"Perlu diperjelas?" Sinis Mami Elyn, Yolla mendengus malas.

"Oh ya, kamu liburan kemaan?" Tanya Yolla.

"Kepo lo," decak Marvel.

"Mommy nanya ke Vanya , bukan kamu" ketus Yolla. "Ya, suka suka gue. Gue mewakili Vanya, karena gue tahu dia gak akan mau komunikasi sama elo, lo berbahaya"  jawab Marvel

"Berbahaya apa coba?" Decak Yolla yang tak terima.

"Lo itu kan Virus, Makanya gue takut si Vanya terkontaminasi. Gue saranin lo mandi disinfektan sampai koid deh" celetuk Marvel.

"Gue setuju" balas Marvin.

"Ck, menyebalkan. Sampai kapan aku tahan bersama bocah - bocah bermulut pedas?!" Batin Yolla.

"Sudah - sudah, lebih baik Vanya naik keatas. Bersih - bersih, lalu istirahat" ucap Oma Herna.

vanyatransmigration

Vanya memasuki kelasnya, semula yang tadinya begitu ramai bak pasar. Sekarang terdiam, Letta dkk pun menatap tak percaya kepada vanya. "Yaampun, my hunny bunny" pekik Raya berjalan menghampiri Vanya dan menarik Vanya untuk cepat duduk di kursinya.

"Gimana liburan lo? Senang?" Ketus Erina.

"Ngapa? Ngambek?" Tanya Vanya.

Erina memutar bola matanya malas, "gimana gak ngambek? Malem kita ajakin keluar, hp lo kagak aktif. Besoknya ditungguin malah kagak berangkat sekolah, eh tahunya liburan ke Australia. Sopankah begitu?!"

"Sopan - sopan saja" celetuk Irene.

"Irene" tegur Erina membuat Mereka terkekeh.

"Iya iya, sorry" ujar Vanya. "Oleh - olehnya?" Tanya Irene.

"Gak beli" jawab Vanya apa adanya.

"Tuh kan, bener bener lupa temen lo!" Decak Raya. Vanya terkekeh pelan, ia melirik Aletta yang diam memandangi mereka. Biasanya ia akan sama hebohnya seperti Raya, apa dia sedang dalam mode kalem? Pikir Vanya.

Seakan tahu apa yang dipikirkan Vanya, Erina berdehem pelan. "Bokapnya kemarin dateng"

Vanya mengalihkan tatapannya menatap Erina dan Raya yang mendekat ke telingannya. "Bapaknya mutisin hubungan sama Liana, tapi liana kagak mau. Pokonya Aletta Murka dah, lumayan serem" ucap Raya

"Bukan serem anjay" decak Erina. "Kasihan Van, Kita sama sama di sakitin sama orang yang sama. Bapaknya mau balikin hubungan mereka, karena Aletta udah terlanjutr kecewa ya dia kagak mau lah" jelas Erina.

"Terus ?"

"Gak ada terus - terus." Decak Raya, membuat Vanya mendecak malas.

"Ngomongin gue ya?" Tanya Aletta yangs sedari tadi memperhatikan mereka.

"Eh, enggak kok"

"Sans aja kali, gak apa apa ya lo ngomongin gue. Gak sedikit orang kok yang sering ngomongin masalah kehidupan gue"

"Btw, nyokap lo gimana?" Tanya Vanya, yang mengingat jika sang ibu drop ketika tahu suaminya berselingkuh dengan gadis seusia Aletta. "Masih di nenek gue, ayah gue gak Dateng ke pengadilan. Makanya prosesnya terhambat"

"Kenapa gak coba maafin ayah kamu, Aletta?. Kita gak sebaiknya kayak gitu bukan?" Tanya Irene

"Hahaha, hidup lo sama gue beda Ren. Hidup lo penuh dengan keluarga yang lengkap, sedangkan gue? Keluarga gue aja jadi sumber luka gue, lalu dimana rumah gue sebenarnya?"

"Orang yang udah berani selingkuh, kemungkinan besar bisa aja mengulang kesalahan yang sama" ucap Aletta. "Luka yang ayah gue kasih itu belum seberapa, lihat ibu gue nge drop dan punya sedikit gangguan mental itu yang buat gue hancur. Orang yang Ayah gue nikahi tapi juga ayah gue khianati hiks..." lanjutnya.

"Udah udah, jangan nangis dong"

"Hiks..." Tangis Aletta bertambah kencang

Seluruh penghuni kelas terdiam, memandang Aletta yang menangis. Jujur saja mereka terkejut. Aletta adalah perempuan yang selalu ceria, namun di balik itu ada luka yang begitu dalam di dalam hatinya.

"Maafin irene ya, Aletta"

"Hiks... Bukan salah lo"

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now