6🥀 : Menerima

58.3K 2.9K 12
                                    

Selamat membaca ⛅
Votmennya jan lupa:'
Sarangbeo.
.

Naya kembali membuka matanya setelah beberapa menit ia tergeletak tak sadarkan diri, hembusan lega dari bibir bi Asih dan Dokter membuat Naya meliriknya sekilas.

"kalau mereka benci gue karena gue ngerebut dunia lo, sorry, Van." batinnya menatap atap rumah sakit.

"nona apa yang anda rasakan?"

"gue gak ngerasain apa apa dok, gue cuma pegel doang karena terlalu banya rebahan" jawab Naya dan Dokter hanya mengangguk pelan.

"gimana kalau bibi ajak non jalan jalan ke taman yang ada dirumah sakit" usul bi asih membuat Naya menatap bi Asih dengan tatapan teduh. "boleh kan dok?" tanya Bi Asih dan Dokter mengangguk ragu.

"Asal tidak menguras banyak Energi Nona Sevanya, makan boleh" jawab dokter dan bi Asih melebarkan senyumnya, ia pun membantu Naya berdiri lalu menuntunnya jalan ke kursi roda.

"gak deh bi, Nay- eh maksudnya Sevanya gak mau naik kursi roda"

"tapi-" ucap dokter dan bi Asih yang bersaman namun ucapan Mereka berdua terpotong.

"Please, aku gak mau terlihat lemah dan banyak yang prihatin ke aku." sela Naya dan mereka berdua hanya mengangguk ragu.

"yuk bi"

"i-iya non" jawab bi Asih dan mulai berjalan di samping Naya.

Setelah sampai di taman, Naya duduk di kursi yang terdapat disana, "bi kenapa berdiri aja? Ini masih ada tempat buat bibi. Duduk aja" ucap Naya sambil menepuk samping dimana ia duduk di kursi panjang.

"tapi Non, Nona Vanya gak suka kalau terlalu dekat dengan bibi yang cuma Art" ucap bi Asih.

"bi, udah Vanya bilang jangan terlalu deket atau nempel sama Vanya!!. Vanya gak mau, karena bibi dan Vanya itu beda jauh banget!!, bahkan berdiri sejajar aja gak pantes!" teriak Vanya tepat diwajah Bi asih, Bi Asih hanya Menunduk dan tersenyum getir.

Dan itu sedikit kilasan memori yang masuk di kepala Naya membuatnya kepalanya berdenyut. "Non?, Ada yang sakit?" tanya Bi Asih dan Naya hanya menggelengkan kepala.

"enggak kok bi, maaf ya dulu Vanya udah memperlakukan bibi dengan buruk. Tapi Vanya benar - benar gak bermaksud, dan Vanya mohon maafin semua sikap buruk yang Vanya lakukan ke bibi" ucap Naya, walaupun ini bukan kesalahannya tapi... tubuh ini akan menjadi miliknya dan dia yang memiliki kewajiban mengubah pandangan mereka semua tentang dirinya.

Bi Asih nampak terkejut, lalu ia mengubah raut wajahnya dengan tersenyum manis membuat Hati Vanya sedikit lega, "enggak apa apa Non, bibi ngerti kok. Yang non Vanya lakukan hanya untuk menarik perhatian keluarga non. Bibi juga prihatin, karena seharusnya nona gak diperlakuin seperti itu" ucap bi Asih dan naya hanya diam.

"makasih bi" ucap Naya dengan Mata berkaca kaca dan sekali lagi membuat bi Asih terkejut, ia di buat takjub dengan perubahan besar yang dialami Vanya.

"Vanya!" teriakan melengking dari seorang gadis yang berlari dari kejauhan. gadis itu menjadi bahan tontonan orang yang berada dirumah sakit karena suaranya bak toa.

Naya mengerutkan dahinya, menatap gadis yang berteriak itu sampai di tempatnya, "vanya, lo baik baik aja kan?" tanya Gadis itu sambil memegang lengan kanan Naya.

Naya yang merasa risih itu segera menepis kasar tangan gadis itu, "Vanya?"

"siapa lo?, Berani - beraninya nyentuh tangan gue tanpa seizin gue!!" tanya Naya dengan ketus.

Dapat ia lihat gadis itu menggelengkan kepalanya tak percaya, "Vanya?, masa lo lupa sama teman lo yang nemenin lo dari Smp??" tanya gadis itu.

"Non Raya-"

"sebentar deh bi!, Vanya lo marah sama gue!?"

"Siapa yang marah sama lo coba!, kenal aja kagak" jawab Naya dengan kesal.

"Non Vanya Amnesia non, Non Vanya gak ingat apa apa termasuk namanya sendiri" timpal bi asih membuat gadis yang dipanggil Raya melotot tak percaya.

"ga-gak mungkin. Masa kebentur meja sampai amnesia!?" tanyanya dengan nada nyolot membuat Naya bertambah kesal, "lo ngeprank gue kan!?"

"Non Raya, Non Vanya bukan terbentur meja. Melainkan tertembak oleh orang tidak dikenal" ucap bi Asih membuat Raya terkejut bukan main, dan juga jangan lupakan Naya yang terdiam.

"tapi rumor keluarga Lexander?, Mereka bilang lo cuma kebentur" ucapnya, seketika ia ingat bagaimana perilaku keluarga sahabatnya itu, bajingan!. "lagi dan lagi, keluarga lo gak punya rasa kemanusiaan Van" lirihnya.

"Non Raya mohon maklumin tuan ya?" pinta bi Asih dan Raya hanya Mengangguk.

"tapi lo gak apa apa kan?" tanya Raya sambil membolak balikkan badan Naya, membuat Naya menggerucutkan bibirnya.

"I am okay, lagi pun mau gue baik baik aja ataupun sekarat itu gak ada hubungannya sama lo kan?" sarkas Naya membuat gadis yang bernama Raya Evelin Adison itu mulai menitikkan air matanya, bibi Asih yang siap itu langsung mengelus punggung Raya dengan pelan.

Naya terdiam, menatap Raya penuh dengan kebingungan. "Bi, Masa Vanya lupa sama raya. Lupa sama temen yang selalu jadi pendengar keluhannya. Masa dia tega ngomong kayak gitu ke Raya hikss..." tangis Raya membuat Naya sedikit merasa iba.

"Sabar Non,"

"hiks... Vanya kenapa lo lupain gue?"

"ya karena kenal lo aja gue enggak!" batin Naya. "sorry, gue lupa semuanya. Maaf ya" ucap Naya membuat Raya terdiam. Apa ada yang salah?.

Namun beberapa menit Naya menatap Raya yang terdiam, ia dibuat terkejut saat Raya langsung menubruk dadanya dan memeluknya erat. "sorry gue bukan temen yang baik buat lo, gue gak bisa nolongin lo pas lo di sakitin sama Daren dan abang lo" ucap raya dengan pilu.

"jadi.. abangnya Vanya yang udah bikin Vanya kayak gini Abangnya dan si Daren?" batinnya, "siapa sebenarnya Daren, dan alasan semua masalah yang Vanya alamin"

"gue... usahain, Van. Gue akan berjuang mempertahankan harga diri lo dan membersihkannya. Gue harap dengan usaha gue yang entah berhasil atau malah gagal, lo akan tenang disana"

"dan let's play the game, selamat datang Naya selamat tinggal Vanya. dan katakan hai kalian para brengsek pada awal permainan" ucapnya yang tak lupa dengan smirk jahat, membuat Raya dan bi Asih terkejut dan bergidik ngeri.

Tbc.

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now