40🥀 : Kekejaman Emiliano

37.7K 2.1K 8
                                    

SELAMAT DATANG DILAPAK CIPU.
CIPU KEMBALI
MANA VOTEMENTNYA?
APAKAH MASIH PADA PELIT PELIT!?

Emiliano pun melamgkah maju, melepaskan kain yang menutup mulut pria itu. "katakan!" tekan emiliano saat tak mendapatkan jawaban dari pria didepannya.

"tidak akan" jawab pria itu dengan berani.

Tangan Emiliano bergerak untuk mencengkram kuat dagu pria itu, menatap tajam sang empu. Sungguh kesabarannya sudah habis. "seberapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk menyumpal mulutmu!?"

Pria itu meringis, namun ia tetap bertekad untuk tak menjawab pertanyaan emiliano, "mau berapa banyak pun, itu tak ada urusan dengan anda, tuan!" jawabnya.

"oh, kau rupanya masih begitu berani. Kau tak tahu siapa diriku!?" tanya emiliano.

"memangnya kau siapa?, sampai aku harus takut kepadamu?" tanya pria itu dengan angkuh. Ck, rupanya pria itu tak mengenali emiliano, pantas saja dia berani seperti itu.

Netra elang milik emiliano tak berhenti menatap tajam pria didepannya. "yang pasti saya lebih kuat dari orang yang ngelindungin anda dari belakang." jawab emiliano dengan seulas senyum miring.

Pria didepannya meneguk salivanya susah, "Si-siapa?"

"begitu saja langsung tergagap" remeh emiliano dan ia pun memutuskan menjauh dari pria itu, dan duduk disebuah sofa yang berada didepan pria itu dengan jarak satu meter.

"cepat katakan, aku bukanlah orang yang sabar menunggu" titahnya yang mendapatkan gelengan sebagai jawaban.

"tidak akan" jawabnya.

"katakan padaku!" sentak emiliano namun pria itu hanya diam.

Dor

Awh

Emiliano menembak pria itu dibagian bahu kirinya. "cepat katanya, sebelum kucincang habis tubuhmu" ucapnya.

"tidak akan" jawab pria itu lagi dengan gelengan keras. "berhentilah menolak, katakan dengan jujur. Siapa yang menyuruhmu untuk mengirimkan paket bangkai itu kepada gadisku!" teriak emiliano dengan nafas naik turun.

"gadismu?" cicit pria itu dengan nada sedikit terkejut.

"ya, Sevanya Amarta lexander. Gadis yang kalian teror, dan cepat katakan!. Jangan bertele - tele!" desak emiliano saat ia sadar bahwa ia banyak berbicara.

Pria itu tetap bungkam, seolah ada lem yang merapatkan bibirnya. Apa mungkin ia mendadak bisu?, oh sungguh menjengkelkan berhadapan dengan pria seperti ini.

"sedari awal aku begitu mengulur waktu hingga membuat mu begitu berani!" desis emiliano dengan menatapa lamat pistol yang berada.ditamgan kanannya.

Dor

Emilano kembali menembak pria itu, namun dibahu satunya lagi. Ringisan terdengar namun tak membuat emiliano iba, melainkan tersenyum puas. "kau ternyata adalah tipe orang yang menepati janjinya, akan ku buat kau berbicara sendiri"

"tuan"

Emiliano menatap gabriel yang baru datang dan memanggil namanya. "ada apa?" tanya emiliano dengan raut datar.

"apa dia masih tutup mulut?" tanya gabriel saat sudah disamping emiliano ia melirik pria itu sekilas, "dia susah di ajak bicara." jawan emiliano.

"ada cara mudah tuan" saran gabriel. "apa itu?" tanya emiliano.

"dia memiliki seorang putri yang begitu ia sayangi, kenapa tidak tuan bunuh saja dia. Pasti pria itu akan membuka mulut-"

"jangan kumohon!"

Emiliano tersenyum penuh arti, saat pria yang diikat itu menyela ucapan gabriel dengan mata memerah padam. "jangan sakiti putriku, kumohon. Dia tak ada urusannya dengan masalah ini" pinta pria itu.

"dia turut andil, karena dia adalah putri dari pria menjengkelkan seperti dirimu" bukan emiliano yang menjawab melainkan gabriel.

"tidak, kumohon jangan sakiti putriku. Sakiti saja aku, kalau perlu bunuhlah diriku. Jangan putriku, dia harus baik baik saja. Tuan jangan sakiti putriku" mohon pria itu diikuti isakkan kecil.

"hei berhentilah menangis pak tua!, ini sepadan atas apa yang kau lakukan kepada nyonyaku" ucap gabriel menatap jengkel pria dihadapannya.

"baiklah gabriel, sepertinya itu ide bagus. Kirim bebrapa orang untuk membunuh-"

"akan kukatakan, tuan" sela pria itu, emiliano tersenyum puas begitu pun gabriel. tak sia sia emiliano memnacing emosi pria dihadapannya.

"akan kukatakan, tapi kumohon... Jangan sentuh putriku. aku yang salah disini bukan dia" tangis pria itu.

"dia begitu cengeng jika berurusan dengan anaknya. Tadi saja menolak mentah - mentah" gumam gabriel menatap pria itu remeh.

"kau mungkin juga akan seperti itu, gabriel. saat menjadi seorang ayah, seorang ayah tidak akan mungkin tega melihat putri kecilnya terluka" ucap emiliano.

"hei kau!" kesal gabriel.

"benar bukan?, apa kau tak ingin menjadi seorang ayah. Gabriel?" tanya emiliano membuat mulut gabriel yang hendak protes kini kembali tertutup rapat.

"sudah lebih baik urus bedebah ini" ucap gabriel membuat emiliano kembali fokus kepada pria yang sedang menunduk itu.

"katakan!" perintah emiliano.

"Monlix" jawab pria itu cepat.

"oh, rupanya monlix" gumam gabriel.

Dor

Emiliano menembak pria itu tepat dijantungnya. "apa kau bermusuhan dengan keluarga Monlix, tuan?" tanya gabriel dibalas gelengan oleh emiliano.

"bukan aku, tapi mereka memiliki masalah dengan gadisku" jawab emiliano. "bereskan pria ini. dan kau teruslah pantau keadaan gadisku, jika sampai dia terluka maka kau akan habis ditangaku"

"baik tuan" jawab gabriel dengan menganggukkan kepala sebagai tanda hormat.

"oh iya, rawat putrinya. Berikan dia kelayakkan untuk hidup, jangan sampai dia terluka ataupun kelaparan" tegas emiliano. "dan berikan ibunya perkejaan-"

"dia sekarang yatim piatu tuan" jawab gabriel dengan kepala tertunduk.

Emiliano membalakkan matanya terkejut. "ibunya tiada karena kangker, dia hidup berdua dengan ayahnya. Alasan mengapa pria itu menerima tawaran untuk meneror nyonya vanya hanya karena uang. Ia gunakan uang itu untuk bertahan hidup" jelas gabriel.

Emiliano menatap tajam gabriel, gabriel pun hanya bisa tertunduk. "kau bercanda bukan?"

"mustahil saya bercanda tentang hal serius seperti ini, dia sekarang sebatang kara. Maaf tuan saya tidak langsung berterus terang" jawab gabriel dengan lugas.

Dor

Emiliano menembak vas yang terdapat di atas meja. "kau menjengkelkan gabriel" desis emiliano.

"maaf tuan"

"huft" emiliano menghela nafas berat. "bawa dia kehadapanku, bawa dengan keadaan baik baik saja. Jangan menyakitinya" titah emiliano tak terbantahkan.

Gabriel melotot tak percaya. "untuk apa tuan?" tanya gabriel dengan suara hampir tercekat, ia hanya takut emiliano melakukan hal yang tidak tidak-

"bawa saja, tentang 'alasan' kau akan tahu nanti"

"baik tuan"

"sial!, aku merebut kebahagian seorang gadis kecil." batin emiliano.

TBC.

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now