4🥀: Hidup kembali?!

61.3K 3K 7
                                    

Selamat membaca ⛅
Votmennya jan lupa:'
Sarangbeo.

Di sebuah Ruangan serba putih, dengan bau khasnya obat - obatan, dimana lagi kalau bukan dirumah sakit.

Seorang gadis dengan alat medis lengkap sedang tertidur pulas di Brangkar Rumah Sakit. hanya satu kata untuk gadis itu, dia 'menyedihkan!'. bagaimana tidak?, Hidupnya itu bagai jurang yang akan membuatnya terjatuh.

Hingga gerakkan jari jemarinya membuat ulasan senyum seorang Wanita paruh baya yang juga ada diruangan itu tercetak jelas, "Non Sevanya," gumamnya dan langsung keluar dari ruangan itu.

Ceklek

Hingga datanglah seorang dokter dengan wanita paruh baya tadi yang sedang berdiri di belakangnya, "apa anda tidak salah lihat?"

"gak dok, saya benar benar melihatnya Kalau jari Non Sevanya gerak"

"baik, biar saya priksa" jawan sang dokter, Ia pun mulai memeriksa gadis itu dengan telaten, hingga lenguhan dari bibir pucat tersebut membuat dokter tersenyum. "anda sudah sadar rupanya"

"gu-gue dimana?" tanya gadis itu dengan suara seraknya. "gu-gue di alam baka?". "tunggu, suara gue beda?. Apa karena kecelakaan itu bikin suara gue bermasalahya?. Ah udah biarin, suara gue malah jadi lembut gak cempreng lagi" batinnya

Dokter yang mendengar pertanyaan itu hanya terkekeh pelan, alam baka? Yang benar saja di alam baka apa ada dokter tampan seperti dirinya?.

"bukan nona, anda sedang berada dirumah sakit" jawabnya membuat ia Melotot Sempurna, ia bangun dan duduk dengan cepat lalu memandang tangan dan tubuhnya, sontak ia melotot sempurna.

"Daebak!, Kok tubuh gue gak lecet sama sekali. Tapi malah tambah putih kulit gue!" gumamnya membuat Dokter dan Wanita paruh baya tersebut menatapnya intens. Saat ia hendak duduk namun merasakan nyeri di bagian perutnya.

"Nona apa ada yang sakit?"

"perut gue doang" jawabnya dan dokter mengangguk mengerti. "nyeri di perut nona akan hilang ketika jahitan di perut sudah mengering." Ucapan sang Dokter membuat dahi gadis itu mengerut.

"jahitan?" cicitnya menatap dokter penuh tanda tanya.

"iya, masa nona lupa?. Jahitan diperut karena nona di tembak oleh orang yang tidak dikenal" jawab sang Dokter dan lagi lagi gadis itu terkejut, ia menatap Wanita dan Dokter itu secara bergantian.

"ada apa, Non?"

Gadis itu menggeleng pelan, ditatapnya sang Dokter yang menatapnya lamat. "gue gak ketembak!, tapi ketabrak truk!." ucapnya membuat manusia didepannya menaikkan alisnya satu. "dan dimana Bang Vano?, dia baik baik aja kan?" tanyanya yang sudah bisa ditebak ia adalah Naya yang jiwanya tersangkut ditubuh gadis yang bernama Sevanya Amarta Lexander.

"maaf non?, bang Vano siapa yang non maksud?"

"abang gue lah!!"

"bukan non, non cuma punya abang tiga. Aden Alex, aden Marvin, dan juga aden Marvel" Jawab wanita paruh baya tersebut.

"apaasih gak jelas!" kesalnya, "kalian ngomongnya aneh tahu gak!. Tadi bilang gue ketembak, padahal gue ketabrak truk. Dan juga bilang abang gue tiga?, Abang gue itu cuma satu dia Bang Vano seorang!" ucapnya dengan nada Sewot.

"Non?" lirih wanita paruh baya penuh tanda tanya, ia menatap sang Dokter untuk meminta penjelasan.

Dokter tersebut maju, membuat Naya meliriknya sinis, "Mau Apa Lo?, Mau ngomong ngaco lagi?. Gue itu cuma mau pulang!, Mau ke Bang Vano" kesalnya

"Apa Nona benar - benar amnesia?" tanya dokter itu.

"Tapi kalau amnesia, bagaimana bisa dok?. Lagi pun perut nona yang tertembak"tanya wanita tersebut.

"mungkin mental Nona Vanya terguncang, Ia mungkin sedang syok atas apa yang ia alami. Membuat memorinya menghilang" ucap sang Dokter membuat Wanita itu menatap prihatin Sang Anak Majikan.

"Nona Vanya?" panggil sang dokter

Naya menatap sang dokter dan wanita itu dengan tatapan lelah. Ia benar benar lelah, apalagi tubuhnya yang begitu nyeri membuatnya menahan rasa sakit tersebut.

"Vanya siapa sih?" tanyanya dengan lirih. "gue baru sadar, dan kalian ngomong ngasal. Dengerin gue ya!, gue itu Naya bukan Vanya. lagian kalau misalnya lo ngomong gue amnesia!, lo itu salah karena gue ingat semuanya!"

"coba buktikan" ucap Dokter seolah menantang seorang Naya.

"Gue Kanaya Raina Abirael, anak dari Sepasang kekasih bernama Agrama dan Sinta. Dan Devano itu Ab-"

"Salah!" sela dokter tersebut membuat mata Naya melotot sempurna. "seperti yang sudah kita ketahui, Nona Vanya di nyatakan amnesia dan nona menyangkut memori orang lain. Seolah olah nona adalah orang tersebut"

"gue emang Naya dok!" keukeh Naya.

"anda itu Sevanya Amarta Lexander, anak bungsu dari keluarga Lexander" Jelas sang Dokter.

Ia menatap dokter dengan perasaan dongkol, ingin sekali dirinya menyebutkan penghuni Kebun Binatang tepat di Wajah Sang Dokter. " Kenapa lo ngotot banget sih kalau gue itu Vanya!?"

"karena memang Nona adalah Nona Vanya, coba apakah Nona mengenal wanita disamping saya?" Tanya Sang dokter membuat pandangan naya menggeser ke arah wanita tersebut. "siapa dia?" tanya Sang dokter.

"ya mana gue tahu" jawabnya dengan pelan namun sedikit ketus. Dokter menghela nafas frustasi, sedangkan wanita tersebut tak kuat menahan air matanya.

"Apa Nona benar - benar gak ingat sama bibi?" ucapnya membuat dahi Naya mengekerut. "ini Bibi non, Bibi Asih art di rumah non. Masa non lupa sama bibi" ucapnya sambil menunjuk dirinya.

"loh?, Art gue namanya Bi Surti bukan bi Asih. Art baru ya?" tanyanya, seketika ia terdiam saat merasa kejanggalan yang terus terusan ia sanggah.

Saat logikanya mulai mencerna membuatnya begitu terkejut, "boleh pinjam cermin?" tanya Naya.

"bibi gak punya cermin, tapi bibi bawa hp Non yang dikasih Den Nathan" ucapnya dan menyerahkan ponsel yang merupakan milik Vanya, raga yang sekarang ia pakai.

Ia menerima hp tersebut, dan mulai membuka kamera lalu mengarahkan ke wajahnya, ia kembali terkejut. "WAJAH SIAPA INI!?, KENAPA KAYAK BADUT!!" teriaknya menggelegar.

Setelah berteriak, ia merasa nyeri dikepala membuat ponsel tersebut jatuh kelantai begitupun dirinya yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

.
.
.

Tbc

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now