10🥀 : Kegaduhan di kantin

53.6K 2.9K 17
                                    

Bukan berubah, namun sudah lelah untuk bersikap baik - baik saja
-🔮

Selamat membaca ⛅
Votmennya jangan lupa!

.
.

Setelah keheningan melanda, Irene mencoba mengangkat kepalanya. Menatap inti scorpios secara bergantian, lalu menatap Liana yang mati kutu. "Vanya gak ngebully siapa siapa, kak. aku buktinya" ucap Irene.

"dari pagi sampai sekarang, Vanya sama aku terus" lanjut Iren

Inti Scorpios terdiam, memandang tanya Irene. Irene diancam Vanya kah?, "lo belain dia?" tanya Bima tak percaya.

Irene mengangguk cepat, "iya aku belain Vanya" jawab Irene.

"setelah apa yang dia lakuin ke elo?, bully lo bahkan dengan patuh lo nurut jadi babu nya?" tanya Bima.

"iya, aku belain Vanya. Yang dimana dulu perbuatannya begitu membuat aku sakit hati, tapi kembali ke kata awal 'dulu'. Dan sekarang Vanya udah berubah-"

"ini rencananya" sela Bima

"Mau rencana apapun yang Vanya buat, tapi kalau memang dia gak salah sekarang. Sampai mati Irene bakalan belain dia, karena memang Vanya gak izin kemana pun. bahkan aku dari pagi yang nemenin Vanya" jawab Irene.

"dan soal Vanya yang memperlakukan aku kurang baik, Vanya udah minta maaf dan aku udah maafin. Jadi gak usah dipermasalahin, kak. Masalah ini urusan aku sama Vanya, gak ada kaitannya sama kalian." ucap irene. "tanpa mengurangi rasa hormat aku ke kakak, maaf kalau sekiranya aku dicap sebagai adek kelas yang tidak ada sopan - sopanya" lanjut Irene.

Vanya yang asik makan mampu mendengar semua ucapan yang keluar dari bibir Irene. Ia tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tidak ada yang menyadarinya.

"Kenapa sih lo!?" tanya Bima

"dan kenapa lo mojokkin Irene buat gak belain Vanya?" dan kini Nathan ikut menimpal. "kenapa sekaan lo disini yang paling benci sama Vanya?" tanyanya membuat Bima terdiam seketika.

"lo ada masalah pribadi apa sama, Vanya?" tanya Nathan dan inti scorpios menantikan jawabannya. "gak ada" hanya itu yang keluar dari bibir Bima.

"kalau gak ada, stop! buat orang lain nganggap vanya salah disini" ucap nathan, "kembali ke masalah pertama, gue tanya ke Liana. Lo beneran dibully Vanya?" tanyanya pada Liana yang terdiam.

"maksud lo apa? Lo gak percaya sama cewek gue?" tanya Daren tak terima.

"gak usah tersinggungan, Ren. Mending lo nyimak aja" usul Nathan dan Daren hanya mampu menatapnya kesal.

"lo beneran dibully Vanya? atau Erina?" tanya Nathan.

"hikss..." bukan jawaban malahan isakkan tangis yang keluar.

"gue gak butuh tangis lo, Lin. asalkan lo tahu, dengan lo nangis lo malah memperkeruh keadaan!" ucap nathan kesal.

"stop kasar!" sentak Daren

"gak usah meringatin gue tentang ke kasaran, seharusnya sebelum lo meringatin lo harus nyadar gimana perlakuan lo ke Vanya selama ini" ketus Nathan.

"lo kenapa sih belain dia terus?" tanya marvel kesal.

"yang lo bilang 'dia' itu adik lo asal lo tahu!" jawab Nathan dengan nada begitu ketus, "Liana jawab" pinta Nathan

"hiks... aku dibully Erina" jawabnya membuat seisi kantin terkejut, terutama inti Scorpios.

"lo bohong?" tanya Atlan tak percaya. "maaf, hiks... Aku minta maaf" lirih Liana dengan kepala bertambah menunduk.

"kenapa lo lakuin itu?" tanya Marvin

"aku disuruh sama Erina"

"Gue gak nyuruh lo!" teriak gadis dengan rambut coklat yang baru saja tiba dikantin. "gue bully lo emang benar, tapi nyuruh lo bilang kalau lo dibully Vanya enggak. Gue enggak sejahat itu kali!!" ucap gadis itu dia Erina dengan dua anteknya bernama silviana agreta dan Abrella Nouvita.

"ta-tapi hikss... memang kamu yang nyuruh"

"gak usah fitnah ya!" kesal Erina. "dan sekarang gue sadar, ternyata lo Liana gak selugu yang gue pikir. Emang benar ternyata. selain lo cewek penghancur, lo juga cewek bermuka dua!" ucap Erina dengan smirk.

"maksud lo apa!?" tanya Daren tak terima, membuat Erina menatapnya sinis. "bukan urusan lo!" jawab Erina dengan ketus.

"jelas jadi urusan gue, karena dia pacar gue!"

"iya gue tahu, dia itu pacar lo. Pacar yang lo puja puja sampai lupa bahwa dia bukan cewek baik baik"

"lo juga bukan cewek baik baik" timpal Marvel.

Erina tertawa renyah, ucapan Marvel memang benar. Tapi tidak sepenuhnya. "seenggaknya gue bukan playing victim lah" ucap Erina berupa sindiran. "yuk gais!, kita pergi dari sini" ucap Erina kepada kedua antek - anteknya.

"gue jenuh berurusan sama orang yang tolol" ucap Erina dan pergi bersama dua anteknya meninggalkan mereka berdua.

"gue rasa, Erina tahu gimana sifat Liana asli" gumam Vanya pelan. "gue harus cari tahu semuanya dari dia" batinnya

"lo beneran di suruh sama Erina?" tanya Daren dan Liana mengangguk pelan.

"oke!, lain kali jangan nuduh orang lain. Karena itu malah buat reputasi Scorpios hancur" ucap Daren dan Liana mengangguk dengan tangan terkepal tanpa ada yang menyadarinya... Eits ada yang menyadarinya, salah satu dari mereka menyadarinya.

"ada yang aneh" batin orang itu

"sekarang masih ada urusan gak?, Gue mau makan dengan tenang tanpa bacotan" ucap Vanya, dan mereka terdiam.

Satu persatu Inti Scorpios dan Liana mulai meninggalkan Vanya, dan pergi meninggalkan kantin. "lain kali gak usah sungkan minta maaf, egonya tinggi bener kek tiang listrik" teriak Vanya dengan tujuan menyidir mereka.

"Vanya?" panggil Irene membuat Vanya menatapnya, "kenapa Liana nuduh kamu?. aku  bisa simpulin, kalau sebenarnya Liana ada maksud jahat sama kamu" ucap Irene dan teman sekelasnya hanya diam mendengarkan namun di batin mereka, mereka merasakan hal yang sama.

"iya, dan itu yang baru kalian lihat dari sisi gadis itu." jawab Vanya, "dan emang kenyataannya dia Playing Victim, sok tersakiti dan jadi korban." ucapnya pelan dan semua temannya hanya diam, tak merespon. Toh, mereka juga tahu itu bukan urusan mereka dan mereka tak punya hak mencampuri urusan Vanya.

"nanti jam bu Rita kosong" ucap Deva.

"seriusan?" tanya mereka semua dan Deva mengangguk. "yeay!!" pekik mereka.

"kenapa senang banget?" tanya Vanya penasaran.

"bu Rita ngajar matematika van, dia gak pernah absen. Dan ini fenomena langka, dan juga emang sekarang seharusnya ulangan dadakkan, karena kita dapat bocoran info" jawan Pria dengan tahi lalat didekat mata, dia Rahyan Aksa Robani.

"ouh, dapat info dari mana?" tanya Vanya, "tuh si Letta" jawab rayhan sambil menunjuk gadis berambut pendek, dia Aletta sekar Arumi.

"hust! Diem dong, kalau sampai ketahuan berabe urusannya" ucap Letta membuat mereka terkekeh pelan.

"kok bisa?"

"gue kan manusia paling pintar makanya bisa ngasih info kayak gitu" ucapnya dengan memainkan alisnya naik turun.

"iya manusia pintar, tapi pintarnya nguping" sambung nanda membuat mereka tertawa pelan, beda lagi dengan letta yang menekuk wajahnya kesal.

Dan ya Vanya beruntung, ia mendapatkan teman yang membuatnya tertawa. dan semoga saja ini tak akan cepat berlalu. Ia bahagia memiliki seorang teman.

Tbc.

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now