9🥀 : kehidupan baru dan masalah baru

53.6K 2.9K 15
                                    

Selamat membaca ⛅
Votmennya jan lupa:'
Sarangbeo.


Vanya berjalan menyusuri koridor, untuk mencari cari keberadaan kelasnya. Ia ingin menyumpah serapah Vanya yang asli, karena ia sama sekali tidak memberikan kaset memori yang membantunya.

Hingga seorang gadis dengan kacamata serta rambut yang sedikit menutupi wajahnya melewatinya dengan kepala menunduk. "eh, stop!" teriak Vanya membuat gadis itu langsung memberhentikan langkahnya, membalikkan badannya dengan tubuh bergetar.

"iya kak?" tanyanya dengan gugup, dan Vanya memincingkan matanya curiga. Kenapa ia gugup?

"mau tanya doang, kelas gue dimana?"

"kakak lupa?" tanyanya pelan namun Vanya masih bisa mendengarnya.

"iya gue amnesia" bohongnya. "lo kenapa sih?, lo ngelihat hantu? Sampai muka lo pias banget ketika ngobrol bareng gue"

"maaf" jawabnya, "tapi aku gak lihat hantu" sambungnya

"lah terus? Karena lihat gue?" tanyanya dan gadis itu hanya diam dan tak merespon. "gue punya salah sama lo?" tanya Vanya.

Gadis itu terkejut dan mendongakkan wajahnya menatap Vanya, "e-enggak" sanggahnya.

"Tentang dulu, kalau gue emang selalu bersikap buruk sama lo maupun orang lain-" ucapnya dijeda, "gue minta maaf" sambungnya dan gadis itu kembali terkejut.

"gue gak tahu, lo mau maafin gue atau enggak karena itu emang hak lo. Tapi gue benar - benar minta maaf" ucap Vanya sekali lagi.

"kamu beneran?" tanya gadis itu dan Vanya mengangguk, lalu dapat Vanya lihat gadis itu tersenyum, "Irene maafin, Vanya jangan buat kayak dulu lagi ya?" pintanya pelan.

"emangnya dulu gue gimana?" tanya Vanya.

Gadis itu bergerak gelisah, "maaf, tapi kamu dulu suka bul-bully" ucapnya membuat Vanya menghela nafas kasar. "ouh, yaudah dimaafin kan?" tanya Vanya dan gadis itu mengangguk.

"thanks" ucap Vanya tak lupa senyum manisnya membuat gadis itu tertegun. "so, gue mau lo jadi teman gue" ucapnya membuat gadis itu mengangguk ragu. "gue janji gak akan ngebully lo"

"iya aku mau jadi teman kakak"

"kembali ke topik awal, dimana kelas gue?"

"kamu sekelas sama aku" jawabnya membuat bibir Vanya terbuka. "tapi kenapa lo manggil gue kakak?" tanya Vanya dengan nada sedikit berteriak.

Ia kembali menunduk, "karena kakak yang nyuruh" jawabnya seadanya.

"yaudah, mulai secara lo bisa manggil gue Vanya. Bukan kakak ataupun yang lain" pintanya tak terbantahkan.

"oke, Van-Vanya" ucapnya sedikit kaku, dan Vanya tersenyum. Vanya menggenggam lengan gadis itu membuatnya tersentak. "udah panjang lebar gue ngomong sama lo, tapi gue gak tahu nama lo. Nama lo siapa?"

"Irene Arfiana Putri" jawabnya dengab suara pelan, namun masih bisa Vanya dengark. "oke, irene. Yuk kita ke kelas" ucap vanya dan irene mengangguk.

Mereka berjalan menuju kelas, sedikit bercamda gurau membuat jarak mereka sedikit terkikis.

"hai teman teman" sapa Vanya saat ia sudah masuk kekelasnya bersama dengan Irene.

Semula yang dimana kelasnya begitu ramai seketika senyap. Irene dan vanya saling pandang, "Vanya, mereka terkejut melihat perubahan kamu" ucap Irene seolah mengetahui ekspresi wajah teman sekelasnya.

"Ekhem" Vanya berdehem, memandang teman temannya yang menatapnya. "Gue minta maaf"

Ucapan itu membuat temannya terkejut, bahkan ada yang tersedak maupun mulutnya terbuka lebar. "gue sadar, selama ini apa yang gue lakuin merugikan kalian termasuk diri gue sendiri. Dan berdirinya gue disini, gue Sevanya Amarta Lexander memohon maaf sebesar besarnya. Masalah dimaafkan, itu keputusan kalian" ucap Vanya.

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now