8🥀 : Back to Gratama'School

55.1K 2.9K 21
                                    

Meminta keadilan, saat diri belum bisa berlaku adil, Manusia sepertinya Terlalu bodoh.
-🔮

Selamat membaca ⛅

Votmennya jan lupa:'
.
Sarangbeo.
.

Jam enam pagi, di sebuah kamar bernuansa Blue itu terdapat gadis yang masih bergelut dengan selimut ia Naya atau bisa dipanggil Vanya.

Vanya membuka selimut, saat dirasa tidurnya telah cukup. Ia mengucek ucek matanya dan mulai bangkit lalu berjalan menuju lemari besar milik Vanya. Ia membukanya dan mencari keberadaan seragam sekolah.

"etdah Vanya, baju lo itu kurang kain atau gimana sih. Sampai kecil kayak gini, cocokkan juga dipakai bocah SD" dumelnya. Lalu mulai mencari kembali seragam yang berderet rapi itu.

"nah, untung aja ada lo. Kalau enggak entah gimana penampilan gue pakai seragam ketat kayak gitu" ucapnya saat menemukan seragam yang pas alias tidak kebesaran dan kekecilan di bagian paling bawah.

Hari ini hari senin, ia memutuskan untuk sekolah walaupun tubuhnya belum benar benar fit. Vanya mulai berjalan Menuju kamar mandi tapi sebelun itu ia menaruh pakaiannya di atas kasur.

Setelah beberapa menit kemudian, ia menuju meja rias dan mempoles wajahnya tipis berbeda dari tubuhnya yang dulu ia bahkan tak pernah menyentuh alat makeup, dan juga vanya yang asli jauh dari kata tipis tapi bedak yang ia tempel begitu tebal sehingga menutupi kecantikkannya, membuatnya seperti tante - tante.

Setelah itu Vanya turun ke lantai bawah dan berjalan menuju dapur. Dapat ia lihat pria paruh baya yang ia duga adalah ayah dari raganya yang ia pakai ia Mahendra Abrata Lexander. Pria berpawakan tegas namun tampan, siapa yang tak kenal dengan dirinya?.

Semua pasti kenal dengan Mahendra, tapi sayangnya kesempurnaan tubuhnya sangat berbanding terbalik dari sikapnya. Mahendra pria yang sangat galak dan tegas, terutama suka melalukan kekerasan kepada putri semata wayangnya yaitu Vanya.

Vanya selalu saja takut, ia merasa Mahendra membencinya tapi memang kenyataannya begitu. Ia tak tahu alasanya tapi yang jelas ia selalu di panggil sebagai anak pembawa sial.

Vanya berhenti di meja makan saat daddy, abang dan teman abangnya  menatapnya terkejut. "pada kenapa sih nih orang!" batinnya.

Vanya duduk di kursi saat ia rasa kursinya memang tempat yang selalu pemilik raga ini  dudukki. "ekhem" Mahendra sedikit berdehem saat vanya telah duduk.

Vanya hanya diam menatapnya sekilas tanpa minat, lalu ia bergerak mengambil lauk pauk dan nasi. Saat ia hendak mengambil makanan seafood tangannya langsung di tepis kasar oleh Marvin yang malah membuat vanya menatapnya sinis.

"lo mau alergi lo kambuh!?" tanya Marvin sedikit ketus.

Vanya diam, tak ada niatan menjawab pertanyaan Marvin, lalu ia bergerak mengambil ikan di atas meja. Ia makan dengan tenang.

Daren yang sedang makan, matanya diam diam melirik wajah vanya, "dia beneran Vanya!?" batin daren.

Setelah merasa kenyang, Vanya bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju mahendra yang menatapnya bingung, lalu ia mengadahkan tangannya membuat si kakak lemesnya berbunyi.

"gak cukup duit lo? Sampai minta daddy kasih lagi." tanya Marvel dengan ketusnya.

"siapa yang minta duit orang gue mau salim" jawan Vanya yang tak kalah ketus, ia mulai mengambil paksa tangan mahendra lalu salim tak lupa ia mencium punggung tangan mahendra membuatnya terkejut.

Lalu ia berjalan menuju Abang tertuanya dia Alex manuel lexander, pria berpawakkan tegas, dingin dan jangan lupakan ia merupakan CEO muda diumurnya yang berusia 24 tahun.

Ia mengambil tangan sang abang tertua lalu menyaliminya, membuat alex terpaku.
"kadang lo harus atur bibir lo sebelum bibir lo jadi penyebab lo hancur" ucap Vanya ke marvel lalu melenggang pergi.

"woy! Tata krama lo di jaga sama abang sendiri!!" teriak Marvel

"gue gak punya abang kayak lo" balas Vanya dengan ikut teriak.

"dad lihat itu, dia songong banget!" adu Marvel kepada Mahendra yang terdiam.

"biarkan, lebih baik kita makan sekarang" jawab Mahendra setelah sadar akan keterdiamannya. Semua orang terkejut, bukankah dia Mahendra yang mereka kenal?.

"kenapa saya gak bisa nolak dia pas Minta salim Nay?, padahal dia penyebab kamu pergi." batin Mahendra lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

"kamu berubah dek, tapi abang suka" batin Alex, ya hanya Alex lah yang tidak bermain tangan terhadap Vanya. Ia hanya diam dan memandang datar Vanya saat Vanya disiksa oleh sang Ayah.

Hatinya sesak saat sang adik diperlakukan seperti itu, namun egonya begitu tinggi. Apalagi Vanya membuat sang ibu tercinta pergi.

vanyatransmigration•

Ditempat Vanya sekarang, di halte bus. menunggu bus yang mengarah ke arah sekolahnya datang. Ia menghela nafas pelan.


Ia mengetahui sekolahnya dari logo seragam, dan satu yang ia tak ketahui. Bagaimana suasana disana.

Jujur, ia masih belum terbiasa. Lidahnya masih kelu saat harus mengganti namanya menjadi Vanya. "gimana keadaan bang vano?, apa dia baik baik aja?" gumamnya merasa bersalah.

Bus yang ia nantikan tiba, dan segeralah ia masuk sambil memandangi luar jalan dari jendela bus. "hari pertama menjadi seorang Vanya Amarta lexander" ucapnya

Vanya turun dari bus, dan mulai berjalan masuk melewati gerbang sekolah.

Bisik bisik mulai terdengar ditelinganya, namun ia tak menggubrisnya.

Woy itu murid baru?

Keknya vanya deh

What? Masa vanya?

Emang vanya! Lihat aja tuh mukannya

Kok jadi cantik sih?

Mungkin skenarionya doang buat daren

Tapi lebih baik kayak gini, dia cantik

Percuma cantik kalau hatinya busuk.

Jangan lihat orang dari covernya.

Emang nyatanya gitu, iwh murahan!

Percaya kok sama queen bullying

Penampilannya yang berubah, sikapnya mah pasti kagak!

Vanya berjalan melewati siswa/i yang berkerumun yang sedang menatap penampilannya.

Brumm...brumm...brumm...

Suara motor sport menggema diluar sekolah, pekikkan keras terdengar dari siswi siswi yang menunggu mereka.

Dan sudah Vanya tebak, mereka geng scorpios. Dengan satu wanita bernama liana, gadis sejuta topeng dan sandiwara.

"semoga gak ada yang mancing amarah seorang Kanaya Raina Abirael" gumamnya pelan.

...

Tbc kak.
Jangan kaboer sebelum end!🐽

Naya Transmigration (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora