17🥀: Peluk Hangat untuk Vano

48.8K 2.7K 2
                                    

Selamat membaca ⛅
Votmennya jan lupa:'
Sarangbeo.
.

Setelah mendengar bahwa Vano mengurung diri, Vanya langsung menuju Mansion Abirael. Masa bodo jika ada yang menganggapnya aneh, tapi yang ia harapkan kondisi baik dari Vano.

Setelah sampai di gerbang, Satpam Mansion menghampiri motor Vanya. "ada urusan apa, neng?" tanya satpam itu dia pak beni, satpam yang sudah 7 tahun bekerja untuk keluarganya, ah lebih tepatnya keluarga diraganya yang lama.

"mau ngobrol sama bang Vano, ada gak pak?"

"den Vano ada didalam, tapi lebih baik jangan ditemuin non. Lagi kurang baik kondisinya"

"pak saya mau jenguk lho, tolong izinin saya" pinta Vanya. "tapi mustahil non, aden lagi ngurung diri selama seminggu" tolak pak beni.

"karena apa?"

"untuk alasannya saya gak bisa ngasih tahu" ucap satpam, "saya mohon ya pak izinin saya masuk" pinta Vanya dengan menyatukan tangannya didepan dada.

pak satpam mengangguk pelan dengan helaan nafas, "thanks pak" ucap Vanya dan melajukan motornya ke dalam mansion saat gerbang dibuka.

Ia memencet bel dan yang membukakannya adalah art di rumahnya, dia bi Surti. "iya, cari siapa ya non?"

"cari bang Vano ada?"

"ada dikamarnya" ucap bi Surti, "jangan diganggu ya non" ucapnya dan Vanya mengangguk

"udah makan belum bang Vanonya bi?"

"belum dari kemarin sore non. Lagi mogok makan" ucapnya, "bawain nampan makanan sama susu ya bi, kasih ke atas. Vanya mau nemuin bang Vano dulu"

"tapi non-"

"gak apa apa bi, tenang Vanya gak akan buat kericuhan kok"ucapnya.

Bi surti akhirnya mengangguk dan menuju dapur, dan Vanya menaiki tangga menuju kamar vano.

Tok tok tok

"bang?" panggil Vanya.

"pergi!!" teriak Vano dari dalam kamar.

"keluar bentar yuk, makan" ucap Vanya

"gue gak mau makan, dan siapa lo manggil gue bang?" tanya Vano.

"ada sesuatu yang mau gue bicarain bang"

"bodo!"

"tentang Naya, Naya adik lo bang. Dia masih hidup"

Ceklek

Pintu langsung terbuka menampilkan keadaan Vano yang kacau. mata sembab serba tubuhnya yang begitu kurus, jauh berbeda dari Vano yang terakhir ia lihat.

"siapa lo?" tanya Vano dengan nada mengintimidasi, "dan kenapa lo bisa bilang Naya adik gue masih hidup?" tanyanya

"masuk boleh?, gue kasih tahu. Tapi ini rahasia" ucapnya

Vano menggeser tubuhnya dan Vanya langsung masuk dan dudum dikasur Vano, "kenapa ngurung diri?"

"bukan urusan lo!" ketusnya, "cepat kasih tahu gue!" desaknya.

"lo percaya transmigrasi?" tanya Vanya

"ck, lo mau bahas gituan?. Lebih baik keluar" bukannya menjawab Vano malah mengusirnya membuat Vanya menghela nafas lelah.

"lo percaya gak kalau adik lo Naya itu transmigrasi!?"

"gak lucu!, stop buat ngelabuin gue!"

"kalau kenyataannya gimana?" tanya Vanya membuat Vano terdiam, menatapnya dengan raut wajah bingung. "mau lo percaya atau enggak, gue ini Kanaya Raina Abirael adik lo yang bertransmigrasi ketubuh gadis bernama Sevanya Amarta Lexander"

"stop ngelabuin gue, gue bukan bocah yang mudah di bohongin apalagi percaya transmigrasi" geramnya tak terima, "lo cuma mengada - ada kan!" tuduhnya.

"gak ada untungnya bang, gak ada untung bagi gue mengada ada itu semua" jawab Vanya dengan lelah, "lihat mata gue, apa ada kebohongan diraut wajah gue?"

Vano memandang mata hitam pekat milik Vanya mencari letak kebohongan itu namun nihil, ia tak menemukannya.

"gue Naya bang hiks.. " tangisnya, "gue kira gue mati tapi nyatanya gue malah nyangkut di tubuh ini" ucapnya dengan wajah yang sudah dibanjiri air mata, "please, percaya sama gue. Gue kangen lo bang, kangen bang Vanonya Naya"

Vano terdiam, ia mencerna semuanya. "gue awalnya ngerasa ini mimpi, tapi ini benar benar terjadi di diri gue bang" tangis Vanya. "bang... Percaya sama gue" pintanya, "adik lo masih hidup bang, diraga ini. Raga gadis lain" sambungnya.

"peluk gue bang hiks... Gue butuh pelukkan bang Vano" pintanya.

Vano menggelengkan kepalanya, ia merasa ia dipermainkan. Namun jauh dilubuk hatinya ia merasakan hangat akan keberadaan Vanya, "gue masih belum percaya" lirih Vano menatap manik mata Vanya yang sembab.

"hiks.. Ini emang salah gue, seharusnya gue gak ceroboh waktu itu." tangis Vanya.

Vano mencoba mendekat dan memeluknya dibalas pelukkan erat oleh Vanya, "lo beneran Naya?" tanyanya, vanya mengangguk.

"iya hikss..." tangisnya, "bang mamah papah jahat" adunya.

Vano hanya bisa mengelus punggung vanya, "iya abang tahu, mereka nyembunyiin dia" ucapnya membuat Vanya mendongakkan wajahnya menatap Vano yang menunduk menatapnya.

"hiks... Abang tahu?" tanya Vanya dengan suara serak, Vano mengangguk pelan dengan tangan bergerak mengelap air mata yang menetes dipipi vanya.

"abang tahu udah seminggu, pas abang tahu abang langsung ngurung diri. " ucap bang Vano, matanya begitu merah karena menahan tangis, "abang mogok makan, pas tahu kalau dia masuk rumah sakit. Dan mereka dari kemarin terus terussan ngurus dia, bahkan lupa kalau gue masih hidup" ucap Vano dengan suara sedikit tercekat.

"gue ngerasa diri gue egois nay, tapi ternyata mereka lebih egois. Mereka lupa anaknya yang lain hanya karena satu anak"

"kenapa mereka hiks... Kayak gitu bang?"

"karena opah yang nyuruh Nay" jawab Vano

"O-opah?" cicitnya dan Vano mengangguk.

"jadi kemarin mereka cerita bahwa-

Tbc.

Naya Transmigration (END)Where stories live. Discover now